Razz melirik kami bertiga dengan geram.
"Tiga nyawa melayang dan Panji lolos," dengusnya sinis. Anggota paramedis mulai mengevakuasi mayat. Kami berdiri di atas karang, siap menerima ledakan kemarahan Razz.
"Seandainya kalian koordinasi, mungkin tiga mahasiswa itu masih hidup!" bentaknya.
"Nggak mungkin Razz, mereka sudah mati dari tadi sore!" bela Nika.
"Apa pun itu! Lapor dan jangan bertindak sendiri!" teriak Razz.
"Sorry, tapi sebuah tim nggak akan ninggalin anggotanya sendirian. Kamu jalan dengan tim kamu, aku akan lanjut sama mereka berdua!"
Kalimat Nika terkesan sangat berani dan tajam menusuk. Dia merogoh lencananya dan menyerahkan ke tangan Razz. Nika memberi isyarat kepada aku dan Puri untuk mengikutinya. Kami berjalan turun.
"Aku tidak pernah meninggalkan kalian! Skors itu kuberikan karena tindakan kalian salah!" balas R azz tidak terima. Langkah kami terhenti. Nika berpaling ke belakang.