Pak Heri hanya bisa memijit kepalanya yang tiba-tiba saja berdenyut, diikuti dengan helaan nafas yang panjang keluar dari mulutnya. Sementara itu di hadapannya, ibu Julia sedang terduduk sembari menatap calon suaminya itu dengan tatapan yang ragu. Karena ibu Julia baru saja menceritakan soal pertengkarannya dengan Valerie tempo hari.
"Mas.. jadi gimana?" Tanya ibu Julia dengan tatapan yang memelas.
helaan nafas kembali terdengar dari mulut pak Heri, kini matanya pun menatap ibu Julia lurus. "Kamu ini kenapa selalu melakukan tindakan yang impulsif? Kenapa kamu selalu bertindak seenaknya?" Ucap pak Heri dengan nada yang cukup tinggi. Ibu Julia pun sedikit tersentak karena ini pertama kali bagi dirinya dibentak seperti itu oleh pak Heri.
"Kamu.. ngebentak aku mas?"
"Aku begini pun karena kamu, aku suka pusing kepala mikirin kamu yang selalu bertindak seenaknya dan berakhir menyebabkan masalah." Bales pak Heri lagi dengan penuh ketegasan.
"Apa kamu pernah terpikirkan kalau tindakan kamu itu malah semakin jadi penghalang untuk kita? Julia.. aku ini udah mau menikahi kamu secepatnya, tapi kamu sendiri yang terus membatasi."
"Tapi mas, saat itu Valerie mancing emosi aku mas. Dia-"
"Tapi ga seharusnya kamu bilang begitu sama dia. Kamu menyamakan Valerie dengan Arya? Valerie itu berbeda dengan Arya Julia.. kamu sudah tau kalau anak kamu benci sama kamu, tapi kamu bilang seperti itu. Semakin sulit Julia.." sela pak Heri dengan nada putus asanya, entah sudah berapa kali ibu Julia membuat masalah seperti ini. Dan selalu saja berakhir dengan pak Heri yang akan menyelesaikan masalahnya, pak Heri sendiri merasa sudah sangat lelah dengan semua ulah ibu Julia yang tak ada habisnya.
Namun, mendengar ucapannya pak Heri barusan justru membuat ibu Julia tidak suka. Ekspresinya mendadak berubah seketika, sorot matanya berubah menjadi dingin sembari menatap pak Heri yang sedang melihat ke arah lain.
"Jadi mas nyalahin aku?" Ujar ibu Julia dengan nada yang dingin.
"Lalu kamu mau menyalahkan siapa lagi? Aku? Jelas tidak kan Julia?"
"Tapi bukannya ini kemauan mas kan? Mas yang minta aku untuk bertemu anak aku?"
"Iya, tapi tidak dengan cara seperti itu"
"Lalu bagaimana dengan mas sendiri?! Mas sendiri suka bertengkar dengan Arya! Kenapa hanya aku yang disalahkan!" Sentak ibu Julia karena dirinya sangat benci untuk disalahkan.
"Terserah. Untuk saat ini aku tidak akan membantu, kamu urus urusanmu dengan Valerie. Yang aku mau, kamu harus secepatnya memperbaiki hubungan kalian dan segera bercerai. Maka aku akan langsung menikahimu"
Tepat saat pak Heri akan beranjak dari duduknya. Ucapan ibu Julia menghentikan langkahnya, "mas.. kamu belum minum vitamin kamu bukan?"
--
Menunggu adalah pekerjaan yang membosankan. Setidaknya itulah yang dikatakan oleh orang-orang, termasuk untuk Valerie sendiri.
Dirinya kurang lebih sudah menunggu kedatangan Andrea sekitar 25 menit. Tapi laki-laki itu belum juga terlihat batang hidungnya.
Biasanya Valerie tidak akan mengeluh jika sedang menunggu, namun entah mengapa saat ini dirinya merasa sangat jengkel menunggu Andrea yang tidak datang-datang.
Beberapa menit setelahnya, Valerie bisa melihat seorang laki-laki tengah setengah berlari menuju restoran dimana Valerie berada.
"Sorry gue telat" saut laki-laki tersebut yang tak lain dan tak bukan adalah Andrea.
Dirinya langsung mengambil minuman Valerie yang masih penuh, lalu diteguknya sampai menyisakan setengah gelas. Setelahnya dia langsung duduk dengan nafas yang masih tersengal-sengal.
"Nanti gue ganti minumnya" sambung Andrea.
Sementara itu Valerie yang sedari tadi hanya diam, langsung memanggil pelayan untuk memesan makanan. Karena dirinya memang berencana untuk memesan makanan saat Andrea sudah datang.
"Lo abis dari manasi? Lama banget tauga" keluh Valerie saat pelayan baru saja pergi dari meja mereka.
"Sorry, tadi aki mobil gue mendadak soak. Makanya lama.. hp gue ketinggalan di apart" jelas Andrea.
"Lo tu suka kebiasaan banget suka ningal-ningalin hp gitu. gimana kalo misalkan ada hal yang urgent? Tapi lo susah dihubungin, bisa bikin orang khawatir juga tauga?" Omel Valerie kepada Andrea. Karena memang salah satu kebiasaan buruk Andrea yang satu itu sangat tidak disukai oleh Valerie, Andrea itu selalu lupa dengan ponselnya. Entah itu lupa nyimpen atau ketinggalan kaya sekarang ini.
"Iya maaf, lagian gue ngerasanya hp tu udah ada di saku celana"
"Lain kali double check"
"Iya Valerie.. bawel banget deh lo" ucap Andrea lalu kembali menegak habis minumannya Valerie, karena tanggung juga.
"Jadi.. apa aja yang gue lewatin selama beberapa hari ini?" ujar Andrea lagi.
"Emak gue dateng ke Cafe" jawab Valerie. Andrea memang orang terakhir yang tau akan kejadian tempo hari. Itu karena kesibukan Andrea yang membuat dirinya jadi absen beberapa hari di Cafenya Valerie, sementara itu Valerie selalu malas jika harus curhat via telfon atau text dengan Andrea.
Mendengar ucapan Valerie barusan, Andrea sontak terkejut. Mengingat Valerie memang tidak bisa terkontrol emosinya jika harus berhadapan dengan ibunya.
"Sumpah lo? Terus gimana?"
"Ya gitu.. seperti yang udah lo tau apa yang terjadi kalau gue sama ibu gue ketemu" jawab Valerie, memang tidak menjelaskan secara gamblang tapi cukup membuat Andrea mengerti.
"Lagian tumben banget lo mau nyamperin ibu lo? Maksud gue ya ngobrol gitu.. bukannya sebelum-sebelumnya lo selalu menghindar?"
"Ya pengennya juga gitu, cuman... Arya minta sama gue kalau seandainya ibu gue dateng, jangan ngehindar. Gue harus ngehadapin ibu gue, dan melakukan sandiwara yang sedang gue jalankan"
"Kemaren lo lakuin?" Tanya Andrea dan mendapat anggukkan kepala dari Valerie.
"Gue gabisa bayangin gimana kacaunya Cafe lo waktu itu.. lo pasti ngamuk-ngamuk kan?" Ujar Andrea yang mendapat kekehan dari Valerie.
"Hampir. Gue hampir aja mau ngamuk kalo ga Rani nyamperin gue hari itu, gue udah sempet ngebentak ibu gue Ndre.."
"Haduh... untung aja meja sama lo ga di balikin. Bisa ambyar nanti.. gue takut pelanggan Cafe lo pada mikir kalau lo kena bipolar" ujar Andrea dengan santainya.
"Enak aja lo!"
"Coba.. kali ini gue pengen denger sesuatu yang baik. Gue tu pengen banget nyebar-nyebarin vibe yang positif sama lo.. tapi tiap kali lo cerita tu adaaaa aja kayanya yang bikin cape hati"
"Lo-"
"Kalau lo mikirnya gue bosen denger curhatan lo, gue gampar ya sekarang juga" belum sempat Valerie menyelesaikan ucapannya, Andrea sudah lebih dulu memotong. Dan sudah tau apa yang akan Valerie katakan.
"Gue tu cuman gamau lo terus aja dikelilingin sama masalah Val. Gue juga mau lo seneng.. ga gini terus"
"Kayanya ada sih berita yang bisa dibilang kabar bagus, tapi buat lo. Bukan buat gue.."
"Apaan?"
"Lo sering bilang kan kalau gimana jadinya nanti gue sama Arya berakhir jadi pacaran beneran?"
"Iya, lalu?"
"Inget bukan kalau gue ngundang Arya untuk makan malem dirumah ayah? Dari situ bapak gue langsung pengen jadiin Arya mantu"