Chereads / It's A Secret Mission / Chapter 79 - Seventy Nine

Chapter 79 - Seventy Nine

Saat ini aku tengah membantu tante Sarah membereskan dapur. Aku yang mencuci peralatan masak, sementara tante Sarah membereskan yang lainnya. Walaupun aku sebenarnya sudah memaksa tante Sarah untuk istrirahat, tapi beliau tetap memaksa ingin membantu aku.

Namun, selama aku mencuci.. mataku memang tertuju kepada panci-panci yang sedang ku cuci. Tapi tidak dengan pikiranku.

Ketakutanku akan ayah yang sudah tau siapa pak Heri terus saja terbayang-bayang, aku benar-benar tidak mau sampai ayah punya pandangan buruk tentang Arya.

"Val, itu nanti pancinya taro sini dulu aja ya. Jangan langsung dimasukin- Val?"

"Eh? Iya tan kenapa?" Aku sedikit terlonjak karena tangan tante Sarah yang tiba-tiba aja menepuk pundakku, walaupun pelan tapi karena aku tidak fokus jadinya aku lumayan terkejut.

"Kamu yang kenapa? Kamu ngelamun?" Tanya tante Sarah.

"Engga.. tadi Val-"

"Val.. kamu taukan kalo kamu ga jago ngeboong?" Potong tante Sarah sambil menatapku.

Akupun langsung menghela nafas panjang kemudian mematikan kran air, supaya tidak boros juga.

"Val cuman kepikiran soal tadi aja tan.." jawabku seraya membalikkan badan kemudian menyandar pada sink.

"Yang mana? Ayah kamu?" Ucap tante Sarah dan aku bales dengan anggukkan kepala.

"Tante sempet denger obrolan antara ayah kamu sama ibu kamu. Emang, mereka terlibat adu mulut.. tapi dari yang tante denger itu, ibu kamu gaada bahas apapun soal Arya" jelas tante Sarah, membuatku jadi menatap beliau. Karena beliau menjawab pertanyaan percis apa yang sedang kupikirkan sedari tadi.

"Jadi ayah gatau kalau calonnya ibu itu ayahnya Arya?" Tante Sarah menggelengkan kepalanya sembari tersenyum simpul.

"Lagipula kalaupun tau, ayah kamu gaakan marah sama Arya.. tante bisa jamin itu"

"Kenapa?"

"Disaat situasi seperti ini, anak itu gabisa disalahkan Val.. jadi kalaupun emang ayah kamu tau kalau Arya ada kaitannya dengan masalah ini, ayah kamu gaakan memandang Arya jadi buruk juga" ucap tante Sarah sembari mengusap kepalaku lembut. Setidaknya ucapan tante Sarah bisa membuatku sedikit tenang walaupun belum tentu juga ucapan tante Sarah itu terbukti.

"Kamu jangan terlalu mikirin soal itu, ayah kamu juga tadi itu ga marah, ga kecewa juga. Ayah kamu cuman terlalu khawatir sama kamu, dan telat untuk tau. Udah ya, kamu jangan terlalu di pikirin oke?" Akupun langsung menganggukkan kepala. Kemudian aku kembali membalikkan badan untuk melanjutkan cuci-cucinya, namun saat aku hendak menyalakan kembali kran airnya, satu lagi yang tiba-tiba terlintas dalam benak aku. "Tan.." panggilku lagi.

"Kenapa sayang?" Jawab tante Sarah.

"Menurut tante... permintaan ayah untuk nyuruh aku pindah ke rumahnya gimana?" Tanya aku. Tante Sarah sempat terdiam beberapa saat, kemudian beliau tersenyum. "Tante gabisa kasih komentar banyak soal itu. Karena itu keputusan kamu Val.."

"Tante ga mikir kalau aku bakal ngusir tante kan?" Celetuk aku spontan gitu aja, membuat tante Sarah langsung tertawa. "Hahaha, ya engga dong sayang... kalaupun emang kamu mau jual rumah kamu juga tante gamasalah. Dan itu kan tandanya kamu bukan ngusir juga, toh ini rumah kamu"

"Ya engga dong tan.. kalaupun emang pada akhirnya Valerie pindah ke rumah ayah pun, rumah ini Val kasih buat om sama tante.. kan Val juga yang mau om sama tante tinggal disini"

"Yaudah.. soal itu kamu pikirin lagi aja baik-baik. Kalau kamu emang udah yakin, kamu bilang aja sama ayah kamu. Ok?"

"Iyaa tan..."

--

Arya sedikit melirik ke jam yang terdapat di atas meja kerjanya. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 1 pagi, sejenak Arya menghentikan pekerjaannya dulu sebentar lalu dirinya meregangkan badannya. Arya benar-benar tidak sadar kalau dirinya sudah cukup lama duduk, sehingga membuat badannya sedikit pegal-pegal.

Setelah itu Arya beranjak dari duduknya kemudian keluar dari ruangan kerjanya. Tujuan dia saat ini adalah mini bar, Arya benar-benar butuh sumber energinya saat ini.

Sampai di mini bar, Arya menghampiri kulkas mini yang tersimpan beberapa minuman berlakohol siap minum. Sementara sisanya Arya simpan di ruangan khusus yang tidak diketahui oleh siapapun, keberadaan kulkas mini inipun tidak diketahui oleh siapapun selain dirinya.

Karena jika ada yang tau, apalagi bi Yumi. Sudah dipastikan telinga Arya akan habis di jewer sama bi Yumi.

Disaat Arya hendak menuangkan minuman ke dalam gelas pergerakannya terhenti seketika begitu matanya mengarah pada mesin kopi.

tanpa sadar Arya langsung menarik sudut bibirnya ke atas, sehingga menciptakan sebuah senyuman.

"Kopi kayanya enak" gumam Arya. "Tapi gue gabisa, dan siapa juga yang mau bikin" lanjutnya lagi. Mengingat saat ini sudah larut malam sekali, jam-jamnya orang sedang beristirahat. Sehingga Arya tidak mungkin meminta tolong salah satu asisten rumah tangganya untuk membuatkan dirinya kopi, apalagi menelfon Valerie.

"Arya?" Mendengar suara seseorang yang memanggil dirinya, dengan sigap Arya langsung mengambil kembali gelas untuk minumnya dan dengan cepat dia menaruh lagi di dalam kulkas asal.

"Bi Yumi?" Ujar Arya saat sadar yang memanggil dirinya barusan adalah bi Yumi. Dalam hati Arya sedikit lega karena minuman dan juga gelasnya sudah aman, tapi bingung juga karena bi Yumi ada dirumahnya.

"Bibi bukannya mau pulang kerumah? Ko ada di sini?" Lanjut Arya lagi.

"Bibi gajadi pulang. Bibi lupa ngabarin.."

"Terus kenapa bibi belum tidur? Udah jam segini padahal"

"Bibi haus, tapi ngeliat lampu masih pada terang.." jawab bi Yumi yang hanya dibalas dengan anggukkan kepala.

"Kamu sendiri kenapa belum tidur?"

"Arya masih kerja, dan haus juga.. jadiya yaudah"

"Terus kenapa ada di sini? Kamu pengen kopi? Emang bisa bikinnya?" Tanya bi Yumi dengan nada yang tidak percaya.

"Ya engga lah.. sejak kapan aku bisa bikin kopi? Cuman emang kepikiran aja kalau kopi kayanya enak gitu nemenin Arya kerja"

"Apalagi kopinya Valerie ya?" Saut bi Yumi tiba-tiba, sontak Arya pun langsung menatap bi Yumi tidak percaya. Karena dirinya tidak menyangka jika bi Yumi akan berkata seperti itu.

"Kamu pasti kangen kopinya Valerie, iya kan?" Lanjut bi Yumi lagi semakin menggoda Arya.

"Bibi apaan coba... ya emang kopi bikinan Valerie enak banget. Tapi ya Arya ga kangen juga..." jawab Arya mengelak.

Bi Yumi pun terkekeh, kemudian beliau mendudukkan dirinya di salah satu kursi yang ada di mini bar.

"Kamu ajak Valerie ke sini lagi coba. Bibi bosen ngeliat Alana terus yang dateng ke sini.."

"Bibi kaya bunda aja deh.. bunda juga ngomong sama Arya kaya gitu"

"Ohya? Berarti bunda kamu sama bibi tu sama-sama suka sama Valerie.."

"Bibi seneng loh Ya.." lanjut bi Yumi lagi.

"Seneng kenapa?"

"Karena kamu akhirnya bisa nemuin orang yang tepat" jawab bi Yumi, membuat Arya langsung mengerutkan dahinya karena ucapan bi Yumi barusan terkesan sangat ambigu.

"Tepat? Maksudnya bibi?"