Disebuah daerah yang cukup terpencil, ibunya Anya berdiri di depan salah satu rumah yang jauh dari kata mewah. Ukuran rumah tersebut tidak besar, memiliki satu lantai dan jika disandingkan dengan rumah milik pak Heri, maka rumah ini hanya seluas halaman belakangnya, atau bahkan kurang sepertinya.
Ibunya Anya sudah berdiri di depan sana sekitar 20 menit. Dirinya merasa sangat berat untuk melangkahkan kakinya masuk ke dalam, dirinya juga merasa sangat berat hatinya untuk kembali ke rumah ini.
"Dina?" ibunya Anya sontak langsung menolehkan kepalanya ketika mendengar namanya dipanggil. Seketika tubuhnya menegang saat mengetahui siapa yang memanggilnya.
"Loh bener ternyata kamu Dina" ucap orang tersebut kemudian menghampiri ibunya Anya dengan perasaan sumringah.
