Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Pair of Wings - Land of caged ukorian

🇮🇩Hendrawans
--
chs / week
--
NOT RATINGS
28.6k
Views
Synopsis
Mika memang berbeda dari Ukorian, tapi Arrah berjanji bahwa dia akan bisa membaur. Perjalanannya bersama Arrah membawanya terpisah di negeri Ukora, Di Ukora para pemuda harus mengikuti seleksi untuk menentukan apakah mereka akan masuk ke Klan Aviator, Trainer, Magis atau yang paling menakutkan... klan Mentalis? Apakah Mika akan memilih untuk pulang saja ke dunia asalnya? karena tidak seharusnya dia terlibat terlalu jauh... tapi ada perasaan kuat yang menahannya untuk terus mencoba agar bisa terbang... Ya, terbang!!! anak manusia harus bisa terbang... di Ukora. ------------------------------------------------------------------------------------------- Sebuah cerita yang akan membawa kamu masuk ke petualangan fantasi, dengan alur cerita yang diluar dugaan. Ikuti terus kisah Mika di negeri yang terkurung, dan bagikan komentar serta dukungan kamu untuk penulis :)
VIEW MORE

Chapter 1 - Hi, ini Mika

Tidak seperti biasanya, hari ini Mika terbangun lebih awal. Dia turunkan kedua kakinya dari atas ranjang seolah-olah masih enggan meninggalkan tempat tidurnya yang sangat nyaman, terlebih lagi pagi itu terasa sangat dingin, yang membuatnya ingin kembali tidur saja.

Setelah mengumpulkan sisa-sisa tenanganya yang dihabiskan dalam mimpi tidurnya, Mika bergegas merapikan diri. Sebelum beranjak dari kamarnya, Mika membuka tas ransel dan mengecek satu persatu utnuk memastikan kelengkapam barang bawaannya.

Mika tahun ini genap berusia lima belas tahun, dan sejak kecil diasuh oleh keluarga Kessler yang mengadopsinya sejak masih bayi.

"Oke, semuanya sudah..." belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya terdengar suara temannnya memanggil dari luar kamar

"Mika, cepatlah! Kau akan ketinggalan kalau tidak segera bergegas" terdengar suara itu begitu nyaring.

"Huh" Keluhnya singkat.

Dengan terpaksa Mika mempercepat geraknya, membuka pintu lalu membantingnya namun tidak cukup keras yang akan membuat seisi rumah terbangun karenanya. Mika adalah tipikal anak yang hampir tidak menyukai kegiatan apapun yang melibatkan gerak tubuh, ya karena kesukaannya hanya berbaring dan berdiam diri seharian.

"Hei, kau yakin akan ikut pergi?" tanya Kyle.

"Apa yang bisa membuatmu diam? Cheeseburger dengan french fries atau dua gelas penuh milkshake?" Mika memang selalu geram melihat teman baiknya itu menggoda saat dia melakukan hal yang diluar kebiasaanya.

"Kau bisa berikan keduanya, hehehe" jawab anak lelaki berambut keriting dengan kacamata tebal menghiasi cengiran khasnya.

Seperti biasanya Pak tua Morris sudah di depan rumahnya tepat pukul enam pagi itu, menatap tajam ke arah Mika dan Kyle yang baru keluar dari rumah.

"Hei Mika, kenapa paman itu selalu memberikan kita tatapan yang menyeramkan seperti itu?" Kyle merasa risih

"Entahlah, aku tak pernah berbicara dengannya" Jawab Mika singkat.

"Ya, dan tak sorangpun pernah berbicara dengannya bukan?" lanjut Kyle.

Pembicaraan tentang pak tua Morris selesai seiring langkah kaki kedua anak itu menuju sekolah yang berada tidak jauh dari rumah Mika.

Langkah kaki Mika dan Kyle berhenti di depan sekolah, dimana telah berkerumun banyak teman lainnya yang... yang tidak begitu akrab dengan mereka berdua. Kedua anak itu membaur ke tengah kerumunan dan seperti biasanya tak satupun di antara kerumunan itu yang mempedulikan kehadiran mereka.

Mika dengan cukup bersabar menunggu giliran untuk memasuki bus yang akan membawa mereka ke tempat perkemahan, sementara Kyle mulai sibuk dengan permainan gadgetnya.

Tak lama setelah semua murid masuk, bus sekolah pun mulai berjalan meninggalkan batas pemukiman penduduk, melewati pohon-pohon lebat yang tumbuh teratur di sisi kiri dan kanan jalan. Perjalanan menuju tempat perkemahan ini akan memakan waktu kurang lebih sekitar dua jam dari sekolah.

"Apa kau pikir hal ini bermanfaat?" tanya Mika sambil menyenderkan keningnya di kaca bus.

"Hei! Akhirnya kau bicara juga, sudah satu jam lebih aku mati kebosanan dan kau tidak peduli" Kyle mengoceh tanpa jeda sebagai pelampiasan dendam telah diacuhkan sepanjang jalan oleh Mika.

"Apa kau pikir hal ini bermanfaat?" ulangnya tanpa mempedulikan ocehan Kyle.

"Berkemah maksudmu?" akhirnya Kyle menyerah dan menjawab pertanyaan Mika.

"Ya, berkemah hanya untuk meneliti hal yang mudah didapatkan dengan internet" Kembali Mika memalingkan pandangannya keluar jendela

Kyle terdiam tidak tahu harus menjawab apa, mungkin dia lebih menyukai Mika yang pendiam karena setidaknya dia tidak harus mencari jawaban atas pertanyaan rumit tersebut.

Bus yang mereka tumpangi mulai menjauhi kota, udara dingin membuat hampir seisi bus itu tertidur lelap. Mika salah satunya yang masih terbangun, matanya tak berkedip dan sesekali menatap langit pagi yang terlihat enggan meninggalkan gelap.

Bu Winster, wali kelas mereka berjalan menelusuri lorong bus untuk memeriksa satu-persatu muridnya, memastikan mereka semua tidak melakukan hal konyol yang bisa membuatnya kesal di pagi hari.

Sekilas diperhatikannya Mika yang terlihat acuh, menyadari kebiasaan muridnya yang pendiam itu dia hanya berlalu melanjutkan perjalanannya menuju sisi belakang bus sekolah.

Saat sedang asyik dengan lamunannya, pandangan Mika dikejutkan oleh sesuatu yang terbang tinggi, tampak samar di langit kejauhan sesosok mirip manusia dengan sayap yang menggantung dikedua sisi punggungnya yang kemudian menghilang seiring kedipan matanya.

"Ah ini hanya karena aku banyak melamun" Gumam Mika. Lalu dialihkan pandangannya kekiri, tampak Bu Winster menatapnya dengan senyum, bertambahlah rasa herannya.

"Mika?" tanyanya singkat sambil berlalu kembali ke tempat duduknya

-------------------------------

Tidak terasa dua jam berlalu mengantarkan mereka ke tempat tujuan, sebuah hamparan rumput hijau membelakangi tebing yang akan menjadi tempat berkemah selama satu minggu kedepan.

"Kyle" Kedua tangan Mika mendorong-dorong bahu Kyle, berusaha membangunkan temannya yang masih saja tertidur lelap.

"Hah? Dimana kita, sudah sampai?" tanya Kyle kepada Mika yang kemudian meninggalkannya begitu saja turun dari bus.

Beberapa anak tampak sibuk menurunkan barang bawaannya masing-masing, begitupun kedua sahabat ini. Meskipun tidak begitu menyukai perkemahan ini, Mika tetap membawa segala barang yang diperlukan, pun demikian halnya dengan Kyle yang tas bawaannya jauh lebih besar dari yang lainnya, hal ini membuat Mika akhirnya harus turun tangan untuk membantu mengeluarkannya dari bus.

"Silahkan berkumpul di tengah lapangan!" ujar Bu Winster sedikit berteriak, sambil menyerahkan secarik kertas kepada setiap siswa yang sudah mengambil barang-barang mereka dari bagasi bus.

"Dimana kelompokmu?" tanya Mika sambil menunjukkan kertas bertuliskan angka empat kepada Kyle

"Dua" jawabnya singkat

"Hehehe… sementara waktu aku akan terbebas dari gangguanmu" Lanjut Mika menggoda sahabatnya.

Beberapa kelompok terlihat berusaha mendirikan kemah yang akan mereka tempati selama akhir pekan ini, meskipun sepertinya tidak semuanya mampu dengan baik mendirikan kemah.

Akan tetapi yang paling mengherankan adalah Kyle, dia ternyata cukup mahir dalam hal mendirikan kemah. Keahlian Kyle yang dapat mendirikan kemah hampir seketika, sangat membantu bagi kelompok dua, hal inilah yang kemudian memancing perhatian Carver si tukang pelonco.

"Hei, bocah gendut bagaimana kalau kau dirikan kemahku" ucapnya sedikit menghardik.

"Aku harus menyelesaikan ini terlebih dahulu Carver, jadi bagaimana kalau sebaiknya kau selesaikan saja milikmu" Seketika sebuah pukulan mendarat di wajah Kyle.

Mika yang berada tak jauh menyaksikan kejadian itu, lalu bergegas menghampiri Carver dan menariknya dari belakang, dan "brak!!" dihempaskannya tubuh Carver hingga terjerembab kedalam semak-semak yang ada di samping kemah kelompok dua.

Meskipun merupakan anak yang pendiam, Mika memiliki tenaga yang cukup kuat untuk memukul jatuh anak sebesar Carver, itulah mengapa tak ada yang pernah mengganggunya di sekolah.

Keributan ini memancing perhatian Bu Winster yang laangsung melerai mereka, pandangannya menatap jengkel pada Carver karena seperti biasanya dia tahu siapa yang selalu memulai keributan seperti ini terlebih dahulu.

"Kau bisa lolos kali ini bocah aneh" ucapnya pada Mika, sementara beberapa temannya berusaha mengangkatnya dari semak-semak.

"Kau baik-baik saja Kyle?" Mika menghampiri sahabatnya.

"Ya Mika, terima kasih kau selalu ada untukku teman" Jawab Kyle dengan suara yang menahan sakit.

Hari itu terasa berjalan cukup cepat bagi kedua anak lelaki itu karena hampir seharian mereka menghabiskan waktu hanya untuk mendirikan kemah.