Barmos membawa Mika menyusuri lorong-lorong untuk segera meninggalkan istana kerajaan.
"Sebelum raja berubah pikiran" Pikirnya.
Sementara Mika dengan pakaiannya yang tercabik mengikuti Barmos dari belakang, dia tidak tahu harus bertanya apa kepada Barmos. Hanya satu hal yang ada di benak Mika saat ini.
"Apa hubunganku dengan mereka?" pertanyaan ini terus berputar di dalam pikirannya.
"Tunggulah di sini, dan jangan lakukan apapun sebelum aku kembali" Barmos meninggalkannya memasuki sebuah ruangan.
Sekitar beberapa saat kemudian Barmos kembali dengan sepasang pakaian di tangannya.
"Cepat kau ganti pakaianmu, akan kubawa kau ke Lensa" perintah Barmos kepada Mika.
Pakaian yang dikenakan Mika hampir sama dengan yang diberikan oleh Milo di Lessa, yang membedakan hanyalah sebuah emblem berbentuk perisai berwarna hitam yang terletak di dadanya.
"Pakaian ini, mirip seperti pemberian Milo di Lessa" ucap Mika.
"Hmmmmm... maksudku Lensa" Mika menyadari mungkin Barmos akan menganggapnya gila jika menyebut kata Lessa, sama seperti yang dilakukan Boreen dan Moreen.
"Kau tidak perlu menyembunyikan apapun dariku, aku sudah mengenalmu sejak kau masih kecil" ucap Barmos.
"Dan aku tahu apa itu Lessa" Lanjutnya sembari membawa Mika terbang melintasi sungai yang memisahkan istana kerajaan dan kota Lensa.
Lensa ibu kota Ukora, disinilah terletak istana kerajaan yang merupakan kota terbesar diantara empat kota yang berada di negeri itu. Dahulu kala dimasa kedamaian, Ukora yang menjadi pusat peradaban terhubung dengan negeri-negeri lainnya.
Karena keahlian Ukora dalam bercocok tanam dan beternak, menjadikan Ukora sebuah negeri yang makmur dengan perkembangan yang paling pesat. Hal inilah yang membuat Raja Gorian memutuskan hubungan dengan seisi Douia, dan menyegelnya karena sang Raja mengetahui dengan baik bahwa dengan kemampuannya, Ukora dapat hidup sendiri.
Barmos membawa Mika memasuki kota Lensa, yang dihuni oleh Ukorian. Kota ini memiliki bangunan yang didominasi warna hitam kehijauan. Dengan bentuk bangunan yang hampir menyerupai ruang dewan kerajaan. Rangka atapnya berbentuk bulat memotong ke bawah, dengan jaring-jaring yang menyatukan diantara rangka bangunan.
Kebanyakan penduduk Ukora memiliki emblem yang sama dengan Mika, warna hitam kosong berbentuk perisai. Hanya beberapa dari mereka yang mengenakan emblem dengan lambang-lambang berbeda berwarna putih.
"Kau harus mempersiapkan diri untuk mengikuti seleksi klan" Ucap Barmos
"Seleksi klan?" tanya Mika.
"Ya, seperti yang dapat kau lihat, beberapa penduduk Ukora memiliki emblem dengan lambang di atasnya. Sementara yang lain kebanyakan tidak memilikinya" Jawab Barmos
"Dan seleksi itu akan menentukan di klan mana kau akan bergabung nanti" Lanjutnya
"Apa yang harus aku lakukan, Barmos?" Baru kali ini Mika menyebut nama Barmos.
"Sebelum kau tahu apa yang harus dilakukan, pertama-tama aku harus mengajarkanmu untuk bisa terbang" Jawabnya
"Terbang?" Mika sungguh heran mendengar penjelasan Barmos, karena dia tahu bahwa dirinya sama sekali tidak memiliki sayap.
Mereka berdua berjalan menyisiri kota Lensa, hingga mendaki bukit yang berjarak sekitar satu jam berjalan kaki dari pusat kota Lensa.
"Mengapa kita tidak terbang saja?" tanya Mika di tengah-tengah perjalanan kepada Barmos.
"Apakah kau tidak berpikir aneh, jika orang tua sepertiku mengangkatmu terbang kesana kemari?" Jawab Barmos yang masih menyembunyikan sayap didalam kedua pundaknya.
Sekilas Mika hendak tertawa mendengarnya, namun wajah serius Barmos membuatnya harus bersusah payah menahan tawa yang hendak meledak. Wajah Mika terlihat bodoh dan aneh karenanya.
Namun pengalamannya memasuki kota Lensa membuatnya menyadari bahwa penduduk Ukora menyembunyikan sayap di dalam punggungnya. Ya, Ukorian tidak berjalan berkeliling kota dengan sayapnya, mereka hanya akan menggunakannya jika dirasa sangat dibutuhkan. Hal inilah yang membuat Mika merasa sedikit lebih nyaman berkeliling , karena dia tidak harus merasa terasing dari penduduk setempat.
"Bersihkan dirimu, dan beristirahatlah malam ini" Ucap Barmos begitu mereka tiba di sebuah pondok di atas bukit.
Di tempat inilah Barmos menghabiskan waktunya diluar istana kerajaan. Dari percakapan mereka sepanjang jalan, Mika mengetahui bahwa Barmos dulunya merupakan orang kepercayaan ke empat pilar Douia.
Hal inilah yang membuatnya dapat memahami bagaimana raja Gorian lebih mendengarkan ucapan Barmos ketimbang seisi dewan kerajaan.
Setelah membersihkan diri, Mika menghampiri Barmos yang sedang duduk bersandar pada sebuah meja di ruang tengah.
"Pada usia lima belas tahun, seorang Ukorian akan dapat mengeluarkan sayapnya. Itupun harus melalui tahapan yang tidak mudah" Sambut Barmos begitu Mika duduk menghampirinya.
"Apakah aku bisa? Aku kan hanya manusia biasa yang dengan sialnya tersesat di dunia aneh ini. Ya Tuhan, jika ini mimpi segera bangunkan aku!!!" Pekik Mika dalam hatinya, karena khawatir Barmos akan mengetahui bahwa dirinya bukanlah Ukorian.
"Beraps usia mu kini?" tanya Barmos disela lamunan Mika
"Eh... usiaku lima belas tahun" Jawab Mika
"Bagus, sesuai perkiraanku" Ucap Barmos.
"Dan usia mu?" spontan ucapan itu keluar dari mulut Mika
"dua tahun lagi, aku akan mencapai 1.000 tahun" Jawabnya, yang membuat Mika seolah berpikir ini hanya sebuah lelucon.
---------------------------------------------------
Di tengah malam Mika kembali terbangun dari tidurnya, disingkirkannya selimut yang sudah menggulung dikedua kaki yang terjerat. Mimpi buruknya tentang kejadian di danau membuatnya gelisah dalam tidur.
Mika yang melangkahkan kakinya keluar ruangan, mendapati barmos sedang berdiri di hamparan rumput di depan pondok. Barmos menghadap gemerlap kota Lensa sambil memegang tongkat yang selalu menemaninya. Dari pondok ini dapat terlihat dengan jelas kota Lensa yang membelakangi sebuah gunung es yang berdiri dengan angkuhnya.
"Dibalik gunung es itu tidak ada kehidupan, itu adalah batas Douia" Barmos menjelaskan.
"Sementara tebing di sebelah timur itu adalah awal mula perjalanan para klan" Tunjuk Barmos pada tebing yang tidak asing bagi Mika.
"Apa yang mereka lakukan dalam perjalanan itu?" Tanya Mika mendekati Barmos.
"Mereka akan dikirim ke timur jauh untuk menghadapi Vorth"
"Dan sebagian besar, tidak kembali dengan selamat" Nada suara Barmos terdengar berat.
Barmos kemudian mengarahkan tongkatnya ke arah tebing nun jauh disana, dan dari tongkat tersebut memancarkan cahaya lalu redup kembali. Mika pun menyadari bahwa di ujung tebing, ada cahaya serupa yang membalas Barmos.
"Apakah ini sebuah isyarat" pikirnya dalam hati, menyaksikan seolah Barmos berkomunikasi dengan seseorang diujung sana.
Belum sempat dia bertanya, Barmos memintanya kembali beristirahat untuk memulai latihan terbang seperti yang telah dia sebutkan sebelumnya. Mika pun membalikkan badannya untuk melangkah kembali ke dalam kamar meninggalkan Barmos yang tampak masih berkomunikasi dengan "lawan bicara" nya di seberang sana.
"Baiklah, jika aku tidak bisa terbang besok, akan kuminta Barmos untuk mengembalikanku ke dunia asalku" Ucap Mika dengan suara pelan.
"Tapi... apakah dia bisa?" Diiringi keraguan, Mika pun merebahkan diri di atas ranjang berharap agar malam segera berlalu.