"Yaelah, sok penting lo... lagian enggak ada polisi yang nyuruh lo masuk ke dalam sel. Dia ingin ngobrol ama elo... berdua."
"Berdua? Ogah... entar gue diperkosa."
"Ni anak, anjir amat yak! Yang ada, elo yang merkosa."
"Gue nggak doyan Nenek-Nenek."
"Dia perawan, cuy!"
"Gue pilih-pilih kalau perawan."
"Kalau perawannya nilam?" Ricky diam, pun denganku. Jantungku seketika berhenti berdetak saat Arya mengucapkan namaku.
Apa yang dikatakan Ricky?
Aku sama sekali tak tahu, dan aku sangat penasaran. Namun, Ricky tak mengucapkan sepatah kata pun. Arya kembali melirikku, dia pun memberi isyarat untuk Rendy.
"Kayaknya, Romeo ama Juliet butuh waktu buat berdua. Ren, cabut yuk! Laper nih gue, seharian nge—drama ama kutu kupret satu ini!"
"Anjir lo monyet!"
"Hahaha!"
Arya segera pergi, juga dengan Rendy. Sebelum dia benar-benar hilang, Arya dan Rendy menepuk bahuku. Kemudian keduanya berkedip nakal.