Sudah hampir seminggu aku tidak berkomunikasi dengan Ricky. Bahkan, seminggu itu pula aku tidak masuk sekolah karena lebih memilih ikut Papa ke Purwakarta untuk mengunjuki Eyang yang sedang sakit. Dan selama seminggu itu pula tidak ada usaha Ricky untuk mencariku. Tidak ada pesan, telepon, atau apa pun darinya. Aku mencoba untuk tenang, meski hatiku tidak akan pernah tenang, tak pernah terbayangkan sama sekali bahkan sampai kapan pun itu dengan baik dan benar.
Mungkin baginya, aku ini hanyalah mainan. Yang saat dia senang dia akan cari di mana pun berada. Namun saat sudah bosan, akan dia tinggalkan begitu saja. Tanpa peduli, jika hati mainan itu akan hancur lebur.
"Kenapa sih lo ngelamun aja!" tegur Aya saat aku duduk di gazebo yang letaknya di kebun belakang rumah Eyang.
Sore ini Aya baru menyusul sama Mama. Sebab sebagai anak rajin, dia harus sekolah dulu. Padahal di sekolah, isinya pacaran terus sama Arya.
