Chereads / Anak Pembawa Sial / Chapter 8 - Mengapa hanya Aydan?

Chapter 8 - Mengapa hanya Aydan?

Saat ibu Lina dan nenek Lastri sedang menyiapkan makanan untuk mereka, Aydan berteriak kalau dia sudah lapar dan sudah tidak sabar untuk makan bersama-sama "Ibu, Nenek, Aydan sudah lapar nih, ayo cepat masak nya." kata Aydan sambil memegang perutnya. Kakak Nabila yang suka usil lalu mencubit pipi Aydan dan berkata "Kamu tuh gak sabaran banget ya dek, kakak cubit nih ya pipinya."

"Aduhh kak.... sakit, ampun kak." kata Aydan sambil meringis kesakitan

"Ka, inget jangan usil sama Aydan, gak baik begitu, ayah gak suka." kata Ayah Saliman.

"Iya yah, maaf." lanjut kak Nabila yang melepaskan cubitan nya.

"Weeee, emang enak di omelin ayah." ledekan Aydan setelah di lepas kak Nabila.

"Kamu tuh yaa." kata kak Nabila yang ingin mencubit Aydan lagi.

"Sudah sudah, kalian ini berantem terus ya, ini makanan nya sudah jadi." kata ibu Lina yang sedang menaruh makanan nya di meja makan.

"Asiikkk, ayoo nek kita makan bareng-bareng." lanjut Aydan.

"Iya iya, cucu nenek ini emang benar-benar bawel ya." kata nenek Lastri sambil duduk di meja makan

Mereka menyantap makanan bersama-sama dengan suasana yang bahagia, terutama Aydan yang sudah lama sekali tidak bertemu ibu, ayah dan juga kakak nya. Kakek Ludiman hanya tertawa melihat tingkah Aydan dan juga kakak nya karena suka sekali bercanda. Setelah mereka makan bersama, nenek Lastri dan juga ibu Lina merapikan meja makan dan membawa piring kotor ke dapur untuk dicuci. Nenek Lastri melarang karena ibu Lina pasti capek karena perjalanan jauh dan harus segera istirahat demi kesehatan kandungan nya, namun ibu Lina menolak karena ibu Lina tidak tega melihat nenek Lastri mencuci piring yang banyak dan ibu Lina berterimakasih kepada nenek Lastri karena sudah membesarkan Aydan dan merawat Aydan sampai menginjak umur 5 tahun ini. Setelah makan, ayah Saliman dan kakek Ludiman sedang duduk di depan mengobrol dan juga sambil merokok, sementara Aydan dan juga kak Nabila sedang bermain di kamar Aydan.

"Ayah, Aydan disini bagaimana? Apakah Aydan masih suka sakit?" tanya ayah Saliman.

"Aydan sehat, dia selalu menemani ibu mu ketika masak, menyetrika dan juga beres-beres rumah. Dia juga selalu membantu ayah memberi makan burung-burung peliharaan mu yang kamu tinggal." jawab kakek Ludiman sambil tertawa.

"Apa omongan ayah waktu itu tentang Aydan benar terjadi?" lanjut ayah Saliman yang membuat kakek Ludiman terdiam seketika.

"Apa Aydan bisa melihat sesuatu seperti yang ayah katakan?" sambung nya.

"Ayah tidak tahu, ayah harus bagaimana dan menceritakan nya dari mana Saliman." kata kakek Ludiman dengan nada gemetar.

"Maksud ayah apa?" kata saliman dengan tatapan serius.

"Maaf kalo ayah pernah lalai jaga Aydan." kata kakek Ludiman dengan nada gemetar.

"tolong jelaskan yang detail ayah, Saliman tidak mengerti maksud ayah." kata Saliman yang semakin bingung maksud kakek Ludiman.

"waktu malam satu suro, ayah lupa mengunci pintu ruangan berisikan gentong dan dua keris itu. Aydan yang terbangun di tengah malam membuka pintu itu dan kaget melihat dua keris itu saling beradu." kata kakek Ludiman dengan suara pelan dan gemetar.

"Aydan yang waktu itu ingin sekali tidur sendirian di kamar sebelah karena tidak tahan dengan suara mendengkur ayah, akhirnya tidur sendiri tetapi di temani oleh ibu mu sampai dia terlelap." sambung kakek Ludiman.

"Ayah tidak tahu kalau dia terbangun di tengah malam karena suara berisik dari kamar itu. Dia berlari ke kamar ayah dan ibu mu, ketakutan dan menangis karena melihat keris itu saling beradu." lanjut kakek Ludiman.

Ayah Saliman diam seribu bahasa mendengarkan cerita dari kakek Ludiman, ternyata benar bahwa Aydan memiliki kemampuan seperti kakek Ludiman.

"Maaf kan ayah, ayah lalai karena tidak mengunci pintu tersebut." kata kakek Ludiman yang mata berkaca-kaca melihat ayah Saliman yang terdiam.

"Tidak, itu bukan salah ayah, mungkin ini memang sudah takdir nya Aydan seperti itu." kata ayah Saliman menenangkan kakek Ludiman.

"Saliman hanya bingung, mengapa Aydan seperti itu? Dahulu Nabila tidak seperti Aydan, dia sehat dan tidak pernah melihat hal-hal seperti itu." kata ayah Saliman.

Tiba-tiba ibu Lina datang membawakan dua gelas kopi untuk menemani ayah Saliman dan kekek Ludiman mengobrol. Kedatangan ibu Lina membuat ayah Saliman dan juga kakek Ludiman kaget, ibu Lina yang bingung mengapa mereka mengobrol serius dengan suasana yang tegang.

"Kenapa kalian kaget? Lina kan hanya ingin memberikan kopi untuk menemani kalian ngobrol." kata ibu Lina yang kebingungan.

"Tidak ada apa-apa Lina, ayah hanya menceritakan masa lalu dan kangen dengan adik-adik Saliman yang tak pernah kunjung datang." kata kakek Ludiman yang mengalihkan pembicaraan.

"Bener mas? Kenapa muka kamu tegang begitu." kata ibu Lina ke ayah Saliman.

"Iya bener kok, aku cuma bingung mereka tidak pernah memberi kabar ke ayah dan juga ibu, semoga saja mereka baik-baik di Jakarta." kata ayah Saliman ke ibu Lina.

"Ya sudah, tidak usah di pikirkan. Mungkin mereka sedang sibuk dengan pekerjaan nya. Lina yakin mereka akan kasih kabar begitu mereka sudah tidak sibuk. Lina lanjut ke dalam lagi ya, kasian ibu tidak ada teman mengobrol." kata ibu Lina sambil berjalan ke dalam.

Suasana kembali hening antara ayah Saliman dan juga kakek Ludiman. Tidak ada yang mengucapkan sepatah katapun setelah kakek Ludiman menceritakan semuanya, hingga ayah Saliman memecahkan suasana dengan obrolan dan membahas hal yang membuatnya masih bingung.

"Menurut ayah, apakah nanti anak yang di kandungan Lina akan seperti Aydan?" tanya Saliman.

"Tidak, ayah tidak melihat apapun tentang anak yang ada di kandungan Lina, ayah cuma berharap anak itu sehat dan mendapatkan gizi yang bagus." kata kakek Ludiman sambil menghisap rokok nya.

"Jadi, hanya Aydan yang seperti ayah?" lanjut ayah Saliman.

"Ayah cuma berharap ke Aydan, Aydan bisa jadi anak yang baik, punya teman dan tidak membuat masalah dan tidak sakit terus menerus seperti dulu." kata kakek Ludiman.

"Iya, Saliman juga berharap seperti itu." kata ayah Saliman sambil menikmati kopi.

Aydan tiba-tiba keluar dan menghampiri ayah Saliman karena kakak Nabila usil ke Aydan, mereka bermain bersama-sama dan mengajak ayah Saliman untuk ikut bermain juga karena Aydan kangen dengan ayah Saliman dan ingin sekali bermain dengan ayah Saliman juga.

"Ayahhh, tolong Aydan, kak Nabila usil banget nih." kata Aydan sambil berlari menghampiri ayah Saliman.

"Kak, jangan gitu dong sama Aydan, kamu tuh usil banget ya sama adik kamu." kata ayah Saliman.

"Habis kan kakak gak pernah ketemu sama Aydan yah, jadi kakak gemes sama Aydan." kata kak Nabila geregetan.

"Ayoo ayah, kita main sama-sama. Aydan kangen mau main sama ayah juga." kata Aydan manja.

"Yasudah, ayoo ayah temani kalian main." kata ayah Saliman.

"Ayah, Saliman temani Aydan dan Nabila main dulu ya." lanjut ayah Saliman.

"Baiklah, ayah juga ingin ke dalam temani ibu dan juga istri mu mengobrol." kata kakek Ludiman.

Ayah Saliman, Aydan dan juga kak Nabila bermain bersama-sama di ruang tengah dekat dengan nenek Lasti dan juga ibu Lina yang sedang mengobrol. Kakek Ludiman pun menyusul ke ruang tengah, mereka tertawa bersama melepas kangen yang sudah lama mereka bendung, terutama Aydan yang kangen dengan ayah Saliman, ibu Lina, dan juga kak Nabila. Suasana pun kembali bahagia dan mereka tertawa bersama.