Pagi hari, semua berkumpul di ruang tengah untuk membicarakan kejadian tadi malam. Aydan berada di kamar dan bermain dengan kak Nabila karena Aydan tidak boleh keluar dari kamar nya karena kejadian tadi malam. Semua yang berada di ruang tengah membicarakan ke-tiga anak yang di bicarakan oleh Aydan, mengapa anak-anak itu bisa ada di dekat sumur rumah kakek Ludiman dan mengapa Aydan bermain bersama mereka.
"Ayah tahu soal mereka?" Tanya Lina yang masih penasaran.
"Ayah tidak tahu lin. Ayah belum pernah melihat mereka bermain dirumah ayah." Jawab kakek Ludiman bingung.
"Kalau begitu, Aydan sudah bermain bersama mereka selama ini? Sehingga Aydan bangun tengah malam dan senang bermain dengan mereka." Kata ayah Saliman.
"Ayah akan cari tahu darimana asal mereka." Kata kakek Ludiman.
"Apa kandungan mu baik-baik saja lin?" Kata nenek Lastri.
"Lina baik-baik saja, ibu tidak usah khawatir." Jawab ibu Lina.
"Sepertinya Aydan benar-benar harus di awasi dengan ketat yah. Karena Aydan bukanlah anak seperti anak-anak normal lainnya." Kata ayah Saliman.
"Maksudnya bukan seperti anak normal lainnya apa mas?" Tanya ibu Lina ke ayah Saliman.
"Aydan itu anak normal seperti anak-anak lainnya, hanya saja diberikan kelebihan oleh tuhan. Kenapa kamu berpikir bahwa Aydan bukan anak yang normal mas?" Lanjut ibu Lina marah.
"Bukan begitu lin, aku begini juga karena aku tidak mau melihat Aydan mengalami kejadian seperti ini lagi." Jawab ayah Saliman.
"Sudah lina, sabar, kamu jangan emosi seperti ini" Kakek Ludiman mencoba menenangkan.
"Aydan itu anak aku mas. Aku yang mengandung Aydan dan kamu itu ayahnya Aydan. Kenapa kamu berpikir sampe seperti itu menganggap Aydan bukan anak normal?" Lanjut ibu Lina emosi.
"Di mata Lina, Aydan adalah anak yang spesial dan diberi kelebihan oleh tuhan dan Aydan adalah anak yang sehat dan juga normal." Ucap ibu Lina meninggalkan mereka dan menuju kamar.
Suasana menjadi hening dan penuh ketegangan karena salah paham yang terjadi antara ayah Saliman yang menganggap Aydan bukanlah anak normal seperti anak lainnya. Ibu Lina masuk ke kamar tempat Aydan dan juga kak Nabila bermain berduaan. Ibu Lina menghampiri mereka sambil memeluk dan juga menangis karena tidak terima anak kesayangannya di bilang bukan seperti anak normal lainnya. Aydan dan juga kak Nabila hanya bingung melihat ibu Lina menangis sambil memeluk mereka.
"Ibu kenapa nangis?" Tanya Aydan bingung.
"Apa kita ada salah bu?" Lanjut kak Nabila.
"Tidak. Ibu hanya bersyukur punya kalian, anak-anak ibu yang ganteng, cantik dan juga pinter." Jawab ibu Lina.
"Apa lagi, sebentar lagi kalian punya adik baru. Ibu harap kalian bisa saling sayang dan saling mendukung ya?" Lanjut ibu Lina.
Tak lama kemudian, ayah Saliman masuk kamar dan berbicara dengan ibu Lina yang masih menangis dan terpukul atas perkataannya tadi. Ayah Saliman tahu bahwa tidak seharusnya ia berbicara seperti itu. Ayah Saliman menyesal karena telah berkata seperti itu dan ingin meminta maaf kepada ibu Lina agar tidak lagi salah paham.
"Ayaaaah…" Aydan menghampiri ayah Saliman dan memeluknya.
"Jagoan ayah." Kata ayah Saliman.
"Ayah, kenapa ibu nangis?" Tanya Aydan bingung.
"Aydan sama kak Nabila bermain di ruang tengah ya? Temani kakek dan juga nenek. Biar ayah bicara dengan ibu dulu." jawab ayah Saliman.
"Hmm... baiklah, ayo kak kita main sama kakek dan juga nenek." Ajak Aydan.
"Ayo, kakak juga bosan di kamar." Kata kak Nabila.
"Jangan nakal ya kak, jagain Aydan." Kata ibu Lina.
Suasana pun menjadi canggung. Ibu Lina yang masih sedih dan terpukul karena perkataan ayah Saliman memilih untuk diam dan hanya duduk di kasur. Ayah Saliman mencoba untuk duduk di samping ibu Lina dan berbicara pelan dan meminta maaf atas perkataannya tadi yang membuat ibu Lina sedih.
"Aku minta maaf ya. Aku telah bikin kamu terpukul atas perkataanku tadi." Ayah Saliman membuka percakapan.
"Kamu gak seharusnya bicara seperti itu mas. Kamu tahu kan Aydan itu anak kamu, anak laki-laki yang akan jadi penerus kamu. Kenapa kamu malah berpikir seperti itu?" Jawab ibu Lina.
"Iya, aku minta maaf ya. seharusnya aku tidak berbicara seperti itu." Kata ayah Saliman.
"Kamu tahu kan mas, meskipun Aydan memiliki kelebihan seperti itu, Aydan adalah anak aku. Aku akan jaga Aydan terus dan membesarkan Aydan agar dia bisa menerima keadaannya nanti. Aku akan terus merawat dia sebaik mungkin mas." Kata ibu Lina.
"Iya, aku juga akan seperti itu. Aydan adalah penerus aku kelak nanti. Aku harap Aydan bisa tumbuh menjadi anak yang berbakti dan sayang ke kita." Jawab ayah Saliman.
"Janji satu hal mas, aku tidak akan pernah maafin kamu kalau misalkan kamu masih berpikir bahwa Aydan tidak seperti anak normal lainnya. Mau bagaimanapun Aydan itu anak kita mas, anak yang nanti nya bisa ngerawat kita kelak ketika kita tua. Apa lagi ada Nabila, aku yakin dia akan melindungi Aydan." Kata ibu Lina.
"Iya, mas janji tidak akan berpikir seperti itu lagi." Jawab ayah Saliman.
"Ayo, kita ke ruang tengah. Kita mengobrol dengan ayah dan juga ibu." Kata ayah Saliman.
Setelah ayah Saliman membujuk ibu Lina, akhirnya mereka berbaikan dan berjanji satu sama lain untuk tidak berkata dan berpikir seperti itu lagi. Di ruang tengah, kakek Ludiman dan juga nenek Lastri sedang bermain dengan Aydan dan juga kak Nabila. Ayah Saliman dan juga ibu Lina sangat senang karena melihat ayah dan ibu nya mau menemani mereka bermain. Tampak riang kembali suasana setelah kejadian salah paham antara ayah Saliman dan juga ibu Lina terselesaikan. Aydan dan juga kak Nabila pun mengajak ayah Saliman dan juga ibu Lina bermain, mereka pun akhirnya ikut mereka bermain dan bersenang-senang dan melupakan kejadian yang baru saja terjadi. Seperti yang di katakan oleh ibu Lina, bahwa Aydan adalah anak yang normal seperti anak-anak lainnya. Hanya saja Aydan di beri kelebihan oleh tuhan yang memang sudah menjadi takdirnya. Tetapi ibu Lina dan juga ayah Saliman sudah berjanji satu sama lain untuk merawat, melindungi dan juga membesarkan Aydan seperti anak normal lainnya karena ibu Lina tidak ingin Aydan di anggap atau di lihat buruk oleh orang lain, apa lagi di lihat buruk oleh keluarganya sendiri. Di tengah kegembiraan, kak Nabila berbisik kepada Aydan.
"Mereka siapa? Kenapa kamu gak kasih tau kakak?" Tanya kak Nabila
"Hemm… Lain waktu aku kasih tau kakak ya?" Jawab Aydan.
"Jangan beritahu siapapun kalau kakak tanya ini." Kata kak Nabila. Aydan menganggukan kepala menjawab perkataan kak Nabila.