Perkataan dokter tersebut sukses membuat mereka berempat terdiam terpaku atas apa yang di sampaikan oleh dokter tadi.
"Apa kami bisa melihat sahabat kami." Kata Kris setalah berhasil menguasai darinya dari rasa terkejut atas berita meninggalnya sang sahabat sambil memeluk istrinya yang sudah menangis di pelukannya.
"Setelah jenazah di bersihkan kalian dapat melihatnya. Kalau begitu saya permisi dulu." kata dokter tersebut pergi meninggalkan mereka berempat yang masih linglung dengan berita yang mereka dengar.
"Ba...bagaimana dengan keadaan Renata saat ini?"tanya Anna sesegukkan.
"Ayo, Anna sebaiknya kita pergi keruang bersalinya Renata selagi menunggu Alex di bersihkan."ajak Julliet lemah dan menarik tangan Anna pelan dan di ikuti Romeo dan Kris di belakangnya.
Sesampainya mereka di depan ruang bersalinya Renata ternyata proses persalinan Renata telah selesai dan terlihat dokter yang keluar dari ruang bersalinnya Renata segera mereka berempat menghampiri dokter tersebut.
"Bagaimana keadaan Renata dan bayinya dok?"tanya Julliet.
"Maaf siap di antara kalian yang bernama Julliet dan Romeo?" Tanya dokter tersebut tanpa menjawab pertanyaan Julliet.
"Saya Julliet dan yang di sebelah saya Romeo,dok ada apa dengan Renata dan bayinya?"tanya Julliet panik seraya menunjuk Romeo.
"Ayo, sebaiknya kalian berdua masuk ke dalam saja pasien ingin bertemu dengan kalian berdua." Kata dokter tersebut dan berjalan masuk ke dalam ruang bersalin di ikuti Julliet dan Romeo. Sebelum masuk ke dalam Julliet sempat menoleh kebelakang melihat Anna yang menggis di pelukan Kris dan Kris menganggukan kepalanya seolah memberitahu bahwa mereka akan menunggu di sana.
Di dalam ruang bersalin terlihat seorang wanita tengah tebaring lemah sambil mengamati bayi laki-lakinya yang baru di lahirkanya.
"Re...Rena."panggil Julliet lemah seraya mendekat, perlahan wanita yang di panggil Rena oleh Julliet menolehkan kepalanya kearah Romeo dan Julliet seraya tersenyum lemah.
"Hai Julli,Rom. Apa kalian mau melihat anakku." Kata Renata tersenyum lemah sambil menyerahkan bayi mungilnya ke dalam gendongan Julliet.
"Dia sangat tampan seperti ayahnya."kata Julliet mengamati bayi munggil dalam gendonganya.
"Dia benar-benar duplikat Alex hanya matanya saja yang mirip denganmu Rena."kata Romeo yang juga ikut memperhatikan bayi yang ada di gendongan Julliet sambil memberikan jari telunjuknya untuk di genggam oleh bayinya Renata.
Mereka berdua terlalu fokus dengan bayinya Renata tanpa tahu bahwa Renata tengah memperhatikan mereka berdua denga penuh arti sambil terus tersenyum walau dalam keadaan yang makin lemah.
"Jika seperti itu kalian bertiga terlihat seperti sebuah keluarga. Apa kalian berdua menyayangi putraku?"tanya Renata lemah yang langsung membuat Romeo dan Julliet menoleh ke arahnya.
"Tentu saja, dia kan anakmu berarti anak kami juga. Bukankah kita sudah seperti saudara jadi sudah seharusnya kami menyayanginya."jelas Julliet dengan senyum hangatnya dan di angguki Romeo dengan senyum tipisnya.
"Syukurlah kalau begitu aku bisa tenang."kata Renatan memejamkan matanya sebentar lalu kemabali menatap mereka berdua, membuat Romeo dan Julliet sedikit dilanda cemas.
"Julliet dan Romeo bisakah aku meminta tolong pada kalian berdua?" pinta Renata susah payah di antara tarikan nafasnya yang mulai memberat
"Mau minta tolong apa?" Tanya julliet cemas melihat keadaan Renata yang mulai melemah.
"Tolong kalian berdua jadilah orang tua untuk anakku." ucap Renata terbata menatap Romeo dan Julliet dengan mata berkaca-kaca menahan tangis.
"Apa yang kamu katakan Rena?"tanya romeo tidak suka, takut apa yang terlintas di benaknya menjadi nyata.
"Aku ingin Julliet menjadi ibu untuk anakku dan kamu Remeo menjadi ayahnya."
"Jangan katakan hal yang aneh Rena, kamu kan ibunya tidak mungkin aku yang menjadi ibunya dan ayahnya Alex kan..."kata-kata Julliet terputus ketika dia ingat bahwa suami sahabatnya ini baru saja meninggal dunia bertepatan dengan kelahiran bayi mereka.
"Aku tahu...aku tahu Alex sudah tidak ada lagi di dunia ini kan." Ujar renata pelan memejamkan matanya dan air mata yang di tahannya mengalir dari sudut matanya lalu membuka mata kembali dan menatap romyeo dan Julliet yang terdiam karena perkataan renata tadi.
"Karena itu aku meminta tolong kepada kalian berdua untuk menjaga putraku. Karena aku tidak yakin bisa membasarkannya dan aku juga tidak ingin anakku nantinya terlantar. Kumohon pada kalian berdua jadi lah orang tua untuk anakku berilah dia nama yang bagus dan kasih sayang yang tidak dapat kami berikan padanya."kata renata semakin lemah.
"Tidak Rena, kamu pasti bisa membesarkan anakmu, kamu tidak sendirian kami akan selalu ada untukmu." Kata Julliet panik dengan air mata yang sudah mengalir deras seraya menggengam sebelah tangan renata dan sebalah tanganya masih menggendong bayi Renata.
"Tidak...aku tidak bisa membesarkanya ini sudah sampai batasku bertahan. Kumohon berjanjilah padaku bahwa kalian akan menjadi orang tua untuk anakku, kumohon."kata renata dengan menggenggam tangan Julliet dan Romeo.
"Tapi Renata..."perkataan Julliet di potong oleh Renata.
"Kumohon Julliet, Romeo. Tolonglah ini permintaan terakhirku sebagai sahabat kalian setelah ini aku tidak akan meminta apa-apa lagi dari kalian." Kata Renata sambil menatap Romeo dan Julliet bergantian.
"Baiklah Renata aku berjanji akan menjadi ayah untuk anakmu dan memberikan kasih sayang sebagai ayah yang tidak sempat di berikan Alex." janji Romeo menatap lurus pada kedalam mata Renata.
"Kenapa kamu bicara seperti itu Rom..."perkataan Julliet terputus begitu Romeo menatapnya seakan memberitahu lewat tatapan mata akhirnya Julliet menganggukkan kepalanya.
"Baiklah Rena aku juga berjanji akan menjadi ibu untuk anakmu dan memberikan kasih sayang seorang ibu yang tidak sempat kamu berikan pada anakmu."janji Julliet sambil menggenggam tangan Renata dengan air mata yang semakin berlinang tanpa henti.
"Terima kasih banyak untuk kalian berdua, aku bersyukur punya sahabat seperti kamu dan Romeo juga Anna dan Kris, aku titip anakku pada kalian jaga dan sayangi dia seperti anak kalian sendiri."kata Renata di akhir kesadaranya dan perlahan matanya menutup dan genggaman tanganya dengan Julliet terlepas.
"Tidak...tidak Renata buka matamu jangan tutup matamu Rena." Kata Julliet histeris sambil tatap menggendong bayi renata.
"Shh...tenanglah Julli jangan seperti ini, kamu bisa membahayakan bayinya." Kata Romeo menenangkan Julliet dengan merangkulnya dari samping.
"Rena Rom...Rena." isak Julliet dalam pelukan Romeo.
"Shh...tenanglah Julli, ayo sebaiknya kita keluar biarkan dokter yang mengurusnya."kata Romeo sendu dan menuntun Julliet keluar dari dalam ruang bersalin Renata dengan Julliet masih tetap menggendong bayi Renata.
Sesampainya di luar ruangan mereka di sambut oleh Kris dan Anna yang langsung berdiri ketika melihat Julliet dan Romeo.
"Apa ini anaknya Renata, Julli?" Tanya Anna begitu melihat bayi yang ada di gendonganan Julliet.
"Ya, ini anaknya Renata, An."jawab Julliet sambil mencium kepala bayi mungil tersebut.
"Bagaimana dengan keadaan Renata?" Tanya Kris namun Julliet dan Romeo hanya diam saja. Hanya gelengan kepala lemah Romeo saja yang menjawab pertanyaan sahabatnya. Seketika tangis bayi yang sedari tadi tertidur dalam gendongan Julliet membuat suasanan yang ada di sekitar mereka semakin bertambah menyesakkan. Hanya suara tangis pilu yang memenuhi ruangan bersalin malam itu.
TBC.