WARNING 18+
Dia datang dan pergi, tidak tinggal di rumahnya. Namanya Eka, umurnya sudah 49 tahun. Lebih tua dari Yasa dan akan pulang setelah magrib, hal itu meringankan sedikit pekerjaan yang di pikul istrinya. Apalagi saat ini Kayla sudah semester 5 dan akan masuk ke semester 6 sebulan lagi, dia juga harus menyiapkan beberapa kuis untuk menambah nilai mahasiswa yang kurang dan juga soal UAS.
"Oke, bi. Makasih banyak, kalau gitu saya tutup."
Yasa menatap ponselnya bingung, tidak mengerti kenapa Kayla memilih pulang duluan dan membeli roti bear tanpa menunggu dia. Apa karena siang tadi saat dia melihat dan menyadari jika istrinya terlihat sangat marah, tapi marah karena apa. Dia hanya membelikan istrinya minum untuk memperingati, walau sadar Kayla sudah punya capucino tapi Yasa tetap belikan minuman lagi.
Tidak tau apa yang sudah terjadi, yang Yasa ingat dia pulang dan tidak mendapati istrinya di kamar. Dia melepas baju, kemudian mandi dan betapa terkejutnya dia saat keluar Kayla sudah berada di atas ranjang dengan sebuah lingeria yang tidak bisa menutupi tubuhnya dengan sempurna. Dengan posisi yang berani dan menggoda, dia tengah telentang dengan wajah yang mendongak menatap kearahnya.
Mata yang sayu itu menggoda sang suami untuk datang segera sebelum dia berubah pikiran.
Yasa bisa melihat belahan dada sang istri, kemudian kakinya yang panjang terangkat sampai membuat gaun lingerianya berkumpul di atas perut dan memperlihatkan sesuatu yang begitu menarik sampai membuat dia menahan napas, Yasa segera berjalan ke arah sang istri.
Hanya dengan handuk ynag menutupi tubuhnya, Yasa berjalan menuju istrinya dan Kayla yang begitu terlihat polos di mata Yasa menatap penuh godaan kepada suaminya. Dia bangun dari posisi telentang menjadi duduk dan mundur untuk memberi ruang suaminya agar naik ke atas ranjang, saat sang suami sudah sampai, dia menidurkan tubuhnya dan Yasa naik ke atasnya untuk segera merunduk dan memberikan ciuman di pipi kanannya.
Tangannya tidak tinggal diam, segera memberikan sentuhan halus dan lembut di kakinya yang berisi itu.
"Mas..."Kayla memanggil.
Tapi Yasa sudah terlalu mendalami posisinya saat ini, bibirnya sedang menyentuh leher sang istri. Membaui harumnya ynag manis dan candu, feromon Kayla sering kali membuat Yasa gila sampai tidak bisa menolak. Dia bagaikan tengah berada di musim kawin, tengannya menarik kain lingeria itu sampai atas kemudian mengelus perut sang istri yang bergerak kegelian.
"Jangan di usap gitu, aku geli..."Desah Kayla memeluk bahu suaminya yang tidak memakai baju.
Yasa kemudian berhenti, mengangkat sedikit kepalanya untuk melihat sang istri yang belum semerah wajahnya yang kini merambat sampai ke leher. Hal itu sangat wajar karena Yasa berkulit putih sedangkan Kayla kuning bangsat, maksudnya kuning langsat.
"Kamu kenapa tiba-tiba begini?"Tanya Yasa mendekatkan bibirnya pada bibir sang istri tetapi tidak menciumnya.
Hanya bergesekan, menggoda Kayla yang bibirnya terbuka meminta untuk segera di berikan ciuman basah dan keduanya saling melempar udara panas.
"Hanya pengen..."Jawab Kayla yang Yasa berikan ciuman sekilas di bibir sang istri.
"Nggak mungkin hanya pengen, itu bukan kamu banget. Biasanya sshhh...jangan pegang!"Ujar Yasa dengan tangan yang mencekal pergelangan Kayla di bawah sana.
"Tapi itu, udah bangun..."Cicit Kayla malu sekaligus menggoda suaminya.
"Biarin, itu masalah aku."Dia memejamkan matanya untuk mentralkan napasnya yang menggebu-gebu karena luapan birahi."Sekarang aku mau tanya kamu tentang lingeria dan... Astaga...Kayla!!"
Yasa berhenti bicara karena tangan lain dari istrinya menggenggam tubuhnya yang paling sensitif ketika dia tengah terbangun, menunduk dan menaruh bibirnya di dekat telinga sang istri untuk memberikan stimulasi yang lebih intens. Sedang Kayla sudah melepaskan tangannya dari tubuh sang suami dan terkekeh.
"Dasar lemah, baru juga ke pegang."
"Itu bukan kepegang, tapi kamu genggam!"Ralat Yasa yang mengangkat tubuhnya untuk berbalik dan mengambil selimut untuk menutupi tubuh bagian bawah keduanya.
"Ya abisnya, kamu ngomong terus. Udah horny juga."
Yasa selalu suka ucapan sang istri di atas ranjang mereka ketika hanya berdua, kalau sudah tidak sabaran Kayla suka mengatakan hal vulgar. Yang kalau di ucapkan saat dia sadar dan jauh dari nafsu, akan malu-malu dan melarikan diri dari hadapan Yasa. Tapi, ketika keduanya bersatu dia tidak berikan ijin sang istri bersuara dengan keras. Cukup dia yang mendengar suara desahan yang menggila itu.
Yasa merobek lingeria tipis itu di bagian dada Kayla, kemudian menatap wajah sang istri yang terlihat begitu merah dan tidak sabar. Napasnya pun sama menggebunya dengan dirinya, dia merunduk sambil matanya tetap menatap tajam pada sang istri yang juga balas menatap sebelum menahan napas karena bibir panas sang suami berhasil berhenti di atas payudaranya.
Dia merenggut sejumput rambut Yasa, menahan diri agar tidka menggila dengan bersuara. Walau di rumah hanya ada mereka berdua, itulah yang dia takutkan nantinya. Suara mereka akan bergitu terdengar, tapi ini di dalam kamar yang berada di dalam rumah. Sangat kecil akan terdengar keluar.
Tangan Yasa pun turun melewati perut sang istri yang mengencang kala sentuhan seringan bulu itu sempat menyentuh, berhenti di tempat yang tidak menggunakan apapun.
"Bagaimana bisa kamu nggak pakai apapun di sini, hm..."Tanya Yasa masih dengan kegiatan yang dia suka.
Kayla menggeleng, dia tidak bisa menjawab selagi mulut suaminya masih berada di sana.
"Jawab sayang..."Geram Yasa ynag mengigit bagian itu dengan gemas.
"Masshh...jangan di gigit gitu,"Yasa melepaskan kemudian kembali menatap tepat di atas wajah sang istri."Makannya jawab."
"Emang salah? Kan aku cuman begini di depan mas."
"Salah karena kamu berhasil buat mas kaget, udah kayak dapet hadiah undian gitu."Kata Yasa sambil menyeringai dan mencium bibir istrinya.
Kayla mekenguh bertepatan dengan jari sang suami yang menyelinatp, dia menahannya tidak akan membiarkan Yasa mendapatkan keinginannya. Dia harus memberikan pelajaran, segera dia tarik dan memberikan tamparan kecil di pipi sang suami yang menghentikan aktifitas keduanya. Yasa cukup sedikit terkejut dan mengangkat wajah untuk melihat sang istri yang tersenyum.
"Kenapa?"
"Jangan langsung, aku mau tanya sesuatu."Sontak Yasa menggeram dan menyumpal bibir sang istri dengan ciuman panjang, tadi siapa yang mengeluh padanya terlalu banyak bicara?
Di saat sedang genting begini, istrinya malah ingin bertanya. Tidak tau jika kepalanya sudah berkabut nggak bisa berpikir dengan jernih, dia hanya ingin segera melebur dengan sang istri dan memadu kasih sampai mereka lelah.
"Di saat begini kamu masih sempet-sempetnya nanya!"
Kayla terkekeh, tidak merasa terintimidasi akan ucapan sang suami."Ini tentang dosen perempuan tadi siang di kantin, dia kok deket banget sama kamu?"
"Dia dosen, sama kayak aku."Jawab Yasa akhirnya menuruti istrinya itu walau bibirnya tidak bisa diam membaui kedua pipi sang istri.
Kulit Kayla yang tengah sensitif karena perbuatan suaminya menjadi semakin sensitif dan dia mendesah tanpa sadar, hal itu membuat Yasa menurunkan bibirnya ke bahu Kayla yang terbuka.