Akhirnya Ronald dan Sasha keluar. Nevan tidak berkedip memandang Sasha padahal dia hanya mengenakan rok selutut dan wajahnya juga tidak dipoles karena ayahnya tidak mengijinkannya. "Tuan muda, apakah sudah selesai studinya?" Romald memulai pembicaraan.
"Eh, iya, Om." Sasha mengangkat piring Nevan dan memberinya nasi putih. Kemudian berlanjut mengambilkan untuk sang ayah. Sekarang mereka makan dengan hidmat. Nevan sesekali melirik ke arah Sasha. Dia bahkan tersenyum dengan senyum tipis yang hampir tidak terlihat. Tapi bagi Ronald cukup mampu membaca aura keduanya. Mereka bahkan saling curi pandang, sehingga sampai salah mengambil makanan.
"Au, pedes, pedes ... air, air ...." Nevan memang tidak suka pedas. Wajahnya memerah karena tanpa sengaja memakan sambal balado yang ada di mangkon di depannya. Sasha dengan cekatan mengambilkan air putih hangat untuk meredam rasa pedasnya.