Griffin sudah sampai rumah. Lelaki itu langsung masuk ke kamar sang sitri yang sudah di pasang selang infus. Satu kecupan mesra mendarat di kening snag istri. Entah bagaimana caranya, lipstik menempel di jas mahal Griffin hingga Fatin bangkit dan meradang.
"Abang dari mana?" Fatin membelalakkan matanya.
"Tadi pagi 'kan sudah pamit, Sayang. Mau rapat dengan klien dari Jepang. Ronald juga bersama Abang. Kenapa?" Griffin belum menyadari bahwa istrinya marah dna cenburu.
"Oh, kliennya perempuan ya?" Griffin mulai menyadari perbedaan intonasi nada bicara Fatin.
"Laki-laki, kenapa kamu cemburu?" Griffin langsung menebaknya. Fatin memang kerap kali marah tanpa alasan. Emosinya sulit ditebak. Itu juga yang dikatakan oleh dokter kandungannya. Bahwa wanita hamil terkadang sulit ditebak.