Chereads / GIGOLO METROPOLITAN / Chapter 14 - 14. Akhir Perjuangan Monika

Chapter 14 - 14. Akhir Perjuangan Monika

Memastikan jika Gilang tak lupa dengan pertemuannya.

"Kamu dimana?" tanya Monika melalui telpon

"Dikantor", jawab Gilang singkat.

"Oke, aku sedang bersiap untuk kesana",

"Aku tunggu!"

Mengakhiri perbincangan singkatnya. Mengenai permohonan untuk menjadi penghubung antara dirinya dengan client yang dia harap bersedia mempercayakan beberapa project padanya. Monika terlalu berharap pada langkah terakhir yang dapat dia lakukan. Bagaimanapun dirinya harus berhasil mencapai target dan Randy harus merelakan posisinya.

Melihat Albert yang masih tidur di sofa panjang dengan berselimut rapat. Sepertinya pemalas itu sedang kelelahan. Tak seperti biasanya diwaktu yang telah menjelang siang dia masih belum beranjak dari tidurnya. Tanpa bermaksud mengusiknya, Monika duduk di sofa tempatnya tidur. Untuk sekadar berdandan, merias wajahnya. Tanpa menyadari saat itu Albert sedikit membuka matanya.

"Hei, kamu mau kemana?" tiba-tiba dengan mata kembali terpejam. 

Membuat Monika terkejut, walau hanya dengan suara menggeram. Hingga lipstik yang sedang digunakan melenceng dari jalur yang seharusnya. Melihatnya yang ternyata masih tetap memejam, Monika mengambil tissue untuk membersihkan lipstik yang mengenai bagian pipi lalu kembali mengulang dari awal.

"Aku ada pertemuan dengan Gilang."

"Gilang?"

"Ya!"

Dapat diperkirakan apa tujuan Monika kali ini. Memperkirakan usahanya yang sepertinya akan sia- sia saja. Mungkin karena waktu yang tersisa hanya tinggal menghitung hari sehingga dia menjadi kurang peka dan tidak lagi berpikir dengan logika. Albert dapat memperkirakan mana saja Agency yang dekat dengan MGC Adv.

"Kenapa belum bangun? Kamu tidak kerja?" Bertanya pada Albert yang kini terduduk sambil mengumpulkan nyawa yang belum sepenuhnya kembali.

"Aku sudah keluar", jawabnya datar namun cukup membuat Monika terkejut.

"Keluar?" Terkejut mendengar status barunya yang bukan lagi

anggota dari Miracle. Apa yang terjadi, kenapa Albert tidak berusaha bertahan. Setidaknya untuk beberapa waktu hingga dia menyelesaikan misinya.

"Sejak kapan? Kenapa kamu tak memberitahuku!" menatapnya dengan serius, tetapi dengan santainya dia tetap tertidur. Tanpa merasa bersalah atau setidaknya peduli pada kondisi gentingnya.

"Hei..!" Monika yang geregetan menggoyang-goyangkan badan Albert.

"Sejak hari ini. Nanti aku jelaskan semuanya", sambil beranjak menuju tempat tidur. "Sekarang aku masih ngantuk dan mau tidur lagi", sambungnya.

Kemudian Albert kembali menjatuhkan badannya ke ranjang.

"Dasar pemalas!" gerutunya.

Berpikir tentang Monika tidak memberitahu perihal rencana pertemuannya dengan Gilang. "Bagaimana kalau kamu tak berhasil?" bertanya dari tempat tidurnya.

Monika hanya tersenyum atas reaksinya. "Tentu saja, ciao dari Miracle, dan mereka akan

menertawaiku!" jawaban simple dan sangat tepat. 

"Boleh aku ikut denganmu?" Melihatnya yang kembali merapatkan selimutnya diatas ranjang. Sementara waktu pertemuan dengan Gilang hanya tersisa satu jam lagi.

"I don't want to be late!"

"Five minutes",

"Sorry. No time!"

Beranjak dan hanya melihatinya saja. Meninggalkan Albert yang seolah tak peduli dan kembali tidur. 

*

Biarpun sampai tepat waktu dan langsung menemui resepsionis untuk memberitahukan mengenai perjanjian dengan atasannya. Ternyata Gilang masih belum selesai dengan clientnya. Monika menunggu di ruang khusus sambil berusaha menyibukkan diri.

Membuka-buka halaman majalah, membalas semua pesan masuk serta membaca berita online. Lebih dari tiga puluh menit menunggu dan Gilang masih belum menampakan diri. Memastikan pada resepsionis, tentu sia-sia saja karena dia tak terlibat dengan setiap schedule-nya. Kembali duduk dan menunggu hingga dua puluh menit kemudian Gilang muncul dengan berjalan cepat kearahnya. Menunjukkan wajah menyesalnya karena telah membiarkan dia menunggu tanpa memberi konfirmasi terlebih dahulu. 

"Monika, sorry. Client-ku tiba-tiba datang untuk melakukan pertemuan. Aku tidak bisa menolak." Tersenyum ramah seolah dirinya tak keberatan dan masih menghargai niat baiknya karena mau menyempatkan waktu untuknya. 

"Its, oke", ... Dan Gilang merasa tersanjung karena kesabarannya.

Gilang tahu seperti apa Monika yang sebenarnya dan kini terlihat menjadi pribadi berbeda. Tepatnya lebih menghargai kondisi orang lain dan sudah mulai dapat menekan egonya sendiri. 

Sementara Monika yang ingin sekali tahu hasil permintaan tolongnya, tetapi tentu saja sangat tidak etis bila dia langsung menanyakannya. 

"Kita bicara di ruanganku saja, bagaimana?"

"Oke",

Berjalan santai sambil membicarakan topik-topik yang ringan, mengenai rutinitas masing-masing selama tak bertemu.

"Kenapa kamu tak datang ke acara pernikahanku?"

"Maaf. Waktu itu aku benar-benar sibuk." Memperhatikan Monika yang sudah tak bisa berkata-kata lagi untuk beralasan. Kini mereka telah berada di depan ruang kerjanya.

"Silakan masuk",

Duduk di sofa panjang samping kanan ruangan, Sementara Gilang lebih nyaman duduk dikursi kerjanya. Monika yang lebih tampak serius dan Gilang yang tetap berusaha untuk bersikap santai.

"Bagaimana, kau sudah bicara dengan pihak Arka media atau Z-Ad advertising?" 

Dengan menunjukkan raut muka bersalah yang Monika dapat memperkirakan hasil dari permintaan tolongnya. Tetapi Monika tak mau pesimis dan tetap berharap hasil positif darinya.

"Aku sudah berusaha bicara dengan pihak Arka media dan Z-Ad advertising, tetapi mereka tak bersedia untuk sekadar bertemu sekalipun dengan pihak Miracle. Art Cinema sangat tersinggung dengan keputusan Randy yang membatalkan semua project secara sepihak!" ucapnya.

Menjadikan Miracle sebagai pihak paling bersalah yang secara langsung merugikan Monika selaku salah satu bagian darinya. "Kita sama-sama tahu Arka Media dan Z-Ad Advertising sangat dekat dengan Art Cinema. Ayahku sangat dekat dengan para petinggi Art Cinema, kamu dapat perkirakan reaksi mereka semua atas ketidak profesionalan Miracle!" Merasa satu-satunya harapan pun tak lagi berpihak padanya.

"Monika, Aku sangat menyesal. Kali ini aku benar-benar tidak bisa membantumu." Berpikir mengenai langkah terakhir yang mungkin dia bisa lakukan untuk membujuk Pak Amir, orang tuanya agar bersedia membantunya.

"Aku harus bicara dengan mereka. Bila perlu, aku akan memohon pada Ayahmu agar bersedia

membantuku berbicara dengan pihak Arka Media atau Z-Ad Advertising", antara pesimis dan optimis. 

"Aku tak yakin kau akan berhasil", sanggah Gilang. Mempertimbangkan semangat dan ambisinya untuk bisa meyakinkan ayahnya untuk bersedia membantunya, tetapi sepertinya itu juga tidak akan memberi efek baik untuknya. Bagaimanapun antara Miracle dengan MGC Adv ataupun Pak Mikail dan Pak Amir saling antipati.

"Kita sudah pernah mencoba, dan gagal!" Intinya, Monika melakukan pertaruhan dengan pihak yang salah. Pihak yang akan dengan sekuat tenaga menggagalkan apapun langkah yang diambil. 

"Mission Imposible!" Merenungkan perkataan yang memang benar adanya.

"Tapi kamu jangan pesimis. Aku hanya sekadar mengingatkan agar kamu tidak terlalu tinggi menaruh harapan. Tidak ada hal yang mustahil, tak ada salahnya kalau kamu tetap akan mencobanya." Tersenyum dengan menegakkan posisi duduknya. 

"Aku akan tetap mencobanya." menunjukkan sisa-sisa semangat dalam dirinya. Gilang yang merasa prihatin pada Monika yang sudah mulai kelelahan dengan pertarungannya.

Albert yang ternyata tengah menunggunya diluar ruangan, tak jauh dari tempat Monika melakukan pertemuan dengan Gilang. Melihatnya keluar dengan langkah lunglainya. Beranjak dan menghentikan langkahnya. Berdiri tepat didepannya yang hanya menatapnya.

Monika tak lagi dapat menahan kesedihannya, ia langsung memeluk dan menangis dipelukan Albert.

"Aku gagal. Aku telah gagal", dengan keputusasaannya. Melepas pelukan dan menghapus air matanya. 

"Tunggu disini!" ... 

Hanya menatap dan menebak tentang apa yang akan Albert lakukan. Monika yang hampir tak dapat berpikir jernih, hanya menuruti saja perintahnya dan duduk disofa tunggu. Sementara Albert menemui Gilang untuk bicara diruangannya.

"Bisa minta waktumu sebentar?"

"Ya, tentu. Silakan!"

Dengan sangat ramah, Gilang mempersilakan Albert untuk duduk. Menyambut selayaknya relasi yang sudah semestinya dihormati. "Jangan khawatir. Sekarang Aku ada dipihak netral. Aku tidak lagi bekerja pada Miracle!" Tertawa Gilang mendengarnya. Dapat memperkirakan apa tujuan Albert tiba-tiba menemuinya. 

"Aku sudah berusaha membantunya, tetapi tak berhasil!" ucap Gilang memberitahukan. "Aku tahu ini sangat berat untuk Monika", lanjutnya. 

"Apa tidak ada cara lain? Aku hanya ingin membuat Monika tidak terlalu kalah!" Memandang kesungguhan Albert yang tampak sangat tulus dalam membantu Monika. 

"Tidak terlalu kalah?" Mengingatkan tentang kisah lalu mereka yang menjadikan salah satu alasan Pak Mikail bersikap keras padanya. Sekadar mengingatkan pula mengenai kisah Randy yang membuat Pak Mikail seperti trauma akan kehilangan kembali pewarisnya. 

"Sekarang aku mengerti!" Melihat peluang yang lebih besar dengan kemunculan Albert dan  yakin kali ini Monika akan berhasil. 

"Masih ada satu cara, tapi ini akan keluar dari konteks perlawanan Monika terhadap Randy!" Yakin dengan kemampuan yang Albert miliki dan ketulusan akan mengalahkan apapun. Termasuk kerasnya Pak Mikail bahkan bila digabung dengan Randy sekalipun. 

"Bagaimana kalau kalian mendirikan Post produksi sendiri?"

Menyarankan langkah yang pernah gagal dia jalankan bersama Monika ketika itu.

*

"Mendirikan Post produksi sendiri?" Monika yang tidak yakin dengan usulan Albert.

"Ya. Lupakan pertaruhanmu dengan Randy. Kita mulai langkah awal!" Menjelaskan jika sebenarnya bukan soal kalah atau menang yang dia dapatkan.

"Kamu harus bangkit dan tak boleh menjadi lemah!"

"Aku tak mengerti maksud kamu!" 

Benarkah dia menjadi benar-benar sangat bodoh atau tiba-tiba menjadi bodoh karena beberapa saraf di otaknya menegang sehingga putus akibat terlalu memaksakan diri dalam berpikir. 

Menjelaskan jika pada dasarnya tujuan orang tuanya, termasuk Randy adalah sama dengannya yaitu untuk menjadikannya lebih bertanggung jawab dan menjadi seorang yang hebat. Seorang yang kritis dan tetap berhati-hati dalam mengambil setiap keputusan sebelum bertindak.

"Tapi mendirikan Post produksi tidak segampang itu! Memerlukan modal yang tak sedikit, dan keterlibatan orang-orang yang berketerampilan khusus." Sadar dirinya tak terlalu disukai banyak pihak dan juga tak memiliki banyak relasi bagus di Industri Periklanan. 

"Kamu lupa aku ada dipihakmu?" berkata Albert dengan bangganya. "Aku akan mengusahakan semua yang kau perlukan", tawarnya menjadi orang yang sangat baik hati. "Dan aku selalu dapat diandalkan", berbangga dengan kesombongannya untuk sekadar melucu.

Mungkin dia bisa berbangga dengan sikap mudah disenangi sehingga dia memiliki banyak teman yang bisa diandalkan. Namun untuk permodalan, apa dia kira meminjam uang dari bank tak perlu jaminan atau mungkin dia merasa punya kelebihan uang yang sebegitu banyaknya hingga dengan senang hati bersedia meminjamkan padanya yang kemunginan besar tak pernah bisa mengambalikannya.

"Kalau aku bisa melakukan apa yang menjadi tugasku, apa kamu mau berjuang, demi dirimu sendiri?" 

Sepertinya Albert sangat bersungguh-sungguh dengan setiap rencana dan perkataannya. Apa mungkin dia tidaksedang hanya sekadar berkhayal. Sungguh sangat menyedihkan jika dia hanya sedang sekadar mengkhayal, dan akan membuatnya kecewa.

"Oke. Bila kau berhasil. Apa yang harus aku lakukan untuk mengakui kehebatanmu?"

"Hemm, tak sulit. Cukup menjadi pacarku saja!"

"What!"

Sepertinya Albert memang sedang berkahayal. Mana mungkin dia menginginkan sesuatu yang sangat tidak setimpal dengan pengorbanan yang dia lakukan bila memang yang dikatakannya benar. Tetapi tak ada ruginya Monika memberinya kesempatan untuk membuktikan kemampuannya. Toh, tak ada lagi yang dapat dilakukannya selain hanya berusaha mempercayainya. 

Beralih pada bahasan lain setelah dirasa penawaran pada Monika telah menemui kata sepakat.

"Boleh aku bertanya sesuatu?"

"Ya, tanya saja!"

"Apa kamu benar-benar tidak menyukai Gilang lagi?" dalam artian rasa cinta seorang wanita dewasa pada laki-laki dewasa. Tertawa dan hampir membuat Monika tersedak oleh napasnya sendiri. Bahkan Monika tidak sedang memakan sesuatu apapun. Buru-buru meminum air dalam gelasnya.

"Tentu saja tidak. Saat ini aku dan Gilang hanya berteman. Dia seorang yang sangat baik, dan aku menghormatinya!" mengatakan dengan sangat yakin

dan tegas.

"Benarkah?"

"Kamu pikir karena aku pernah mencintainya, Aku kesini untuk mengejar cintanya kembali?"

menyangkal dengan tersenyum kesal pada Albert.

"Aku sudah lama move on darinya." Memang benar yang Monika katakan, dan itu terdengar lebih baik.

"Hei, kenapa kamu bertanya seperti itu", menatap curiga pada Albert. "Kamu cemburu?" Berusaha terlihat serius, dengan menyangkal tuduhannya.

"Tentu saja tidak. Aku lebih hebat darinya dan kau diam-diam jatuh hati padaku!"

Memukul pelan dengan tas miliknya.  "Bodoh. Bagaimana kau berpikiran seperti itu!" Hingga mereka menghabiskan sore bersama. Sejenak melupakan rutinitas yang melelahkan.

"Karena kamu sudah move on, itu tandanya?"

"Oke!"

***