Chereads / Cintaku mantan kakak ipar ku / Chapter 8 - Rasa ini apa sama??

Chapter 8 - Rasa ini apa sama??

Di kisah sebelum-nya pak Salim segera melerai kami berenam dan menasehati kami untuk segera ke UKS dan tidak lagi memperpanjang masalah ini.

Aku yang terluka parah di izinkan untuk pulang dan beristirahat di rumah, dengan bantuan Rosa, aku pun sampai di rumah.

Sesampai-nya di rumah, semua orang sedang pergi. Akhir-nya ku minta Rosa untuk mengambil kunci pintu yang di sembunyikan oleh ibu dan membawa ku masuk ke dalam.

Saat sampai di ruang tamu, Rosa pun ingin mendudukkan ku di sofa, namun karena jarak antar meja dan sofa sedikit sempit akhir-nya kaki Rosa menabrak meja itu dan membuat kami terjatuh.

Dengan posisi Rosa yang tepat di atas ku membuatku mematung, tubuh berasa kaku tidak bisa bergerak untuk seper sekian detik. Aku pun sekejap terpana oleh kecantikan wajah-nya, dia sungguh cantik apalagi dengan jarak yang sedekat ini, hampir saja bibir kami beradu namun itu hanyalah ilusi ku, nyata-nya ia segera bangun dari hadapan ku dan menghindari tatapan ku.

Rosa: em...dimana kamu taruh P3?? (elak-nya sambil menyembunyikan wajah-nya yang mera karena tersipu malu)

Yosi: oh..di sana. (mencoba menutupi gelagapan ku yang salah tingkah), coba mbk cari saja. (menunjuk ke arah di mana tempat obat-obatan biasa ibu ku letakkan)

Rosa pun segera beranjak dari tempat-nya dan mencari obat yang di tunjuk oleh ku, sedangkan aku yang tergeletak mencoba menata duduk ku namun sedikit kesulitan dengan keadaan kaki ku yang juga terasa sakit.

Melihat ku yang sedang berusaha membenarkan tempat duduk, membuat rosa berlari menghampiri ku, meletakkan sebuah kotak obat ke atas meja dan mencoba membantuku kembali, dengan memegangi lengan ku, ia membantuku bersandar pada sofa.

Rosa: jika perlu apa-apa bilang saja pada ku, jangan menyulitkan diri sendiri. (tutur-nya sambil duduk di sebelah ku)

Aku pun mengangguk menuruti apa mau-nya, ia pun segera membuka kotak obat, mengambil betadine dan cotton buds untuk mengolesi luka yang ada di wajah ku dan menutup-nya dengan handsaplas.

Rosa juga mengecek lengan dan kaki ku yang juga kena pukul pada waktu tadi, dan benar saja terdapat beberapa memar pada lengan dan kaki ku, ia pun memintaku menggulung celana panjang ku, menyuruh ku untuk berbaring dan mengobati luka ku dengan cekatan.

Usai mengobati ku, ia pun mengembalikan kotak obat yang telah di gunakan-nya, mengambilkan segelas air dan satu toples biskuit untuk ku dan terlihat akan berpamitan untuk pulang.

Rosa: nih minum dan cemilan, tadi ku lihat ada itu di atas meja makan, ku bawa saja kesini. Ya udah, kamu istirahat saja biar cepat membaik. Kalau begitu aku permisi. (pamit-nya pada ku)

Seketika ku raih tangan-nya sesaat setelah ia berpamitan, rasa ingin ia tetap tinggal membuat ku berani melakukan itu.

Rosa pun terlihat kaget dengan perbuatan ku yang spontan itu.

Yosi: tolong tinggal lah sebentar di sini, setelah ibu kembali mbak bisa tinggal kan aku. (dengan wajah yang memelas)

Rosa: tapi?? (melepas genggaman ku pada-nya, dengan wajah yang sedikit resah, ia merasa tidak enak hati berlama-lama berduaan di rumah Yosi yang tidak ada orang seperti ini)

Yosi: tenang lah, mbak percaya kan sama aku?? aku tidak akan berbuat macam-macam, aku cuma ingin di temani, log mbk kurang nyaman, biar ku SMS ibu agar cepat pulang. (meyakinkan rosa dengan mengirim SMS kepada ibu ku agar cepat pulang).

Rosa: em..(sembari mematung)

Yosi: nih, ibu sudah membalas pesan ku, tunggulah sebentar lagi, kurang lebih 10 menit beliau sudah datang. (menunjukkan balasan pesan dari ibu ku)

Rosa pun kemudian mengambil duduk di sofa tepat di depan ku yang tengah berbaring. Kami pun terdiam untuk beberapa waktu. Entah harus bicara apa, kami pun tiba-tiba merasa canggung.

Beberapa menit berlalu, tanpa ku sadari aku pun tertidur karena merasa lelah, Rosa yang mengetahui-nya membiarkan ku dalam keadaan tidur serta memperhatikan ku secara diam-diam.

Ia ingat apa yang terjadi tadi, saat tiba-tiba kami saling bertatapan, terbersit rasa malu tapi masih ingin melihat-nya dari jarak dekat, mata-nya yang bulat, alis-nya yang tebal, hidung mancung-nya, bibir-nya yang merekah dengan kulit sawo mateng menambah ketampanan-nya.

Rosa: apa sih yang ku fikirkan?? tidak...tidak. (menampar-nampar pipi-nya sendiri)

Tidak berselang lama, terdengar ketukan dari arah pintu depan, Rosa pun beranjak dari tempat duduk-nya dan membukakan pintu. Dan benar saja, orang yang ada di depan pintu adalah ibu-nya. Beliau masuk dengan tergesa, merasa ada yang kurang beres terhadap anak-nya itu, tumben putra-nya itu berkirim pesan pada-nya.

Ibu Yosi: Yos...Yosi...(panggil ibu-nya beberapa kali)

Rosa mengikuti langkah kaki si ibu dan mengisyaratkan untuk menutup mulut-nya.

Ibu Yosi: kenapa?? di mana Yosi sekarang?? (terlihat kecemasan dalam wajah-nya)

Rosa: Yosi sekarang sedang tidur tante di sana. (menunjuk sofa yang ada di ruang tamu)

Si ibu segera berjalan menuju sofa yang ada di ruang tamu, di lihat putra-nya itu memang sedang tidur, namun dia tercengang melihat ada beberapa bekas luka pada diri putra-nya.

Ibu Yosi: apa yang telah terjadi?? (kembali ke tempat Rosa berada)

Rosa: tadi Yosi terlibat adu pukul dengan kakak kelas tante.

Ibu Yosi: maksut mu dia berantem gitu?? (seolah tidak percaya)

Rosa: iya tante, tapi tante tenang, luka-nya sudah saya obati tadi. Yah untuk beberapa hari mesti-nya dia butuh istirahat tante.

Ibu Yosi: huftt...syukurlah kalau begitu, makasih banyak ya nak.

Rosa: oh ya tante, berhubung tante sudah pulang, sekarang saya mau pamit buat balik ke sekolah. (bersalaman dengan ibu-nya Yosi dan beranjak pergi)

ibu Yosi pun membalas salaman Rosa, sesaat sebelum pulang, tepat di balik pintu, ibu Yosi menyusul Rosa dan menanyakan tentang nama-nya.

Ibu Yosi: nak nama mu siapa??

Rosa: saya Rosa tante, permisi. (membungkukkan tubuh-nya kemudian pergi)

Ibu Yosi: gadis yang manis, pacar Yosi mungkin ya. (gumam-nya dalam hati sambil tersenyum)

Sampai di pagar depan tidak sengaja Rosa juga berpapasan dengan ayah Yosi yang ternyata hari ini sedang kembali mengambil beberapa berkas yang tertinggal, Rosa hanya melempar senyum kecil dan segera berlalu.

(flash back end)

KAMAR LAMA YOSI

Sekilas teringat kenangan lalu, sebuah sketsa gambar yang belum sempat ku berikan pada-nya, yah meski sekarang sudah kusut gara-gara insiden itu.

Ku tiup lembaran itu, agar debu yang ada di gambar itu hilang, kemudian ambil sebuah map kuning dan menyimpan-nya bersama dengan rentetan dokumen yang kini sudah tersusun rapi di rak buku yang ada di kamar ku.

Lelah sudah ternyata merapikan ini semua, ku rebahkan tubuh ku ke tempat tidur dengan asal, aku pun mulai berfikir apakah masih perlu sketsa gambar itu ku berikan pada-nya?? apa dia masih ingat dengan janji yang pernah ku bilang?? entahlah, toh sekarang gambar itu sudah kusut dan jelek, atau aku buat lagi aja ya??

Beberapa pertanyaan terbersit dalam fikiran ku. Namun mengingat lagi kini ia sudah punya suami membuat ku berfikir ulang, seperti-nya ini tidak perlu, mungkin saja bisa jadi masalah untuk-nya.

Tapi kenapa hasrat untuk menunjukkan gambar itu begitu besar??

Yosi: udahlah, tinggal tidur aja.

Aku yang pusing dengan sendiri-nya memutuskan untuk tidur sebentar untuk menghilangkan lelah dan segala macam pertanyaan yang ada dalam kepalaku.

*****