Chereads / Cintaku mantan kakak ipar ku / Chapter 14 - Rencana Rio

Chapter 14 - Rencana Rio

Pov: Rio

( masih flash back )

Hari itu menjadi hari terberat dalam hidupku, dalam satu hari aku kehilangan orang yang sangat menyayangiku, kakek yang begitu mengerti aku, memberi apa yang selalu ku minta, namun ia sekarang telah pergi dengan tenang.

Papa yang ku anggap sebangai orang yang ku hormati hanyalah seorang pembunuh yang mengatasnakan semua dengan uang dan lagi-lagi mama yang juga yang menjadi korban keserakahan yang di lakukan oleh papa.

Apa semua akan serakah bila berurusan dengan uang?? aku ta' mau menjadi seperti papa, aku akan melindungi mama apapun yang terjadi, ta' akan ku biarkan satu orang pun membuat mamaku meneteskan air matanya.

Begitulah tekatku setelah menyaksikan kejadian ini. Setelahnya mama kembali di rawat di rumah sakit dan keesokan harinya kami memakamkan jenazah kakek di pemakaman khusus keluarga kami.

Walau mama masih menerima perawatan, namun beliau tetap bersikukuh untuk turut menghadiri pemakaman kakek meskipun dengan memakai kursi roda.

Terlihat air matanya berlinang, aku tau ia juga merasa kehilangan seperti yang aku rasakan, aku yang ada di sampingnya kala itu mengusap air matanya dengan perlahan, ku dekatkan diriku dan memeluknya untuk sedikit membuatnya merasa tenang.

Rio: aku berjanji ini adalah air mata mama yang terakhir, aku ta' akan membiarkan mama bersedih lagi. ( ku peluk mama dengan erat )

Setelah pemakaman selesai, aku baru tau bahwa laki-laki yang telah membantu mama saat kecelakaan juga ikut berduka di kejauhan.

Rio: ia bukanlah orang itu? ( melepas pelukanku pada mama )

Mama: siapa sayang?? ( mama pun bertanya penasaran dengan nada lemah )

Rio: orang yang telah menyelamatkan mama. ( jawabku samar )

Mama: dia di mana?? ( memegang kedua pundakku dan menatap penuh harap )

Rio: dia di sana. ( ku tunjuk tempat di mana tadi orang itu berdiri, namun dia sudah pergi )

Mama: dia sudah pergi?? ( wajah lesu tetpapar jelas di wajahnya )

Aku pun mengangguk pelan, aku yakin tadi dia masih di sana saat ku peluk mama, namun dia cepat menghilang saat aku melihatnya.

Wajah penuh harap yang ada di wajah mama seketika hilang menjadi lesu kembali, aku menyadari petapa pentingnya dia buat mama. Orang yang mungkin lebih baik dari papa.

Semenjak itu mama menjalani perawatan hingga ia pulih total, sedangkan tentang hak pewarisan aset kakek sudah sepenuhnya di alihkan kepada mama.

Mama pun mulai melanjutkan bisnis kakek dan menjalani hidup dengan sepenuhnya, mama nampak baik-baik saja, namun pernah sesekali ku lihat ia melamun dan sedang memegang sebuah foto yang memperlihatkan dua orang siswa-siswi sedang berdua sambil tersenyum lebar.

Wajah itu ta' asing, dan benar saja siswa yang ada si sebelah mama adalah orang itu, orang yang telah menyelamatkan nyawa mama sekaligus cinta pertama mama.

Memang setelah pemakaman kakek orang itu ta' pernah lagi terlihat olehku maupun mama, apa itu yang membuat mama begini??

Beberapa tahun berlalu, dan kini aku sudah dewasa. Sudah cukup umur untuk memberikan kebahagiaan untuk mama. Kini aku telah menjadi CEO di perusahaan mama, ta' sulitku untuk mencari orang yang selalu di rindukan mama beberapa tahun ini.

Dengan bermodalkan foto yang ku ambil di laci mama serta nama orang itu, akhirnya aku berhasil menemukan orang itu, namun apa yang ku dapati, ternyata dia sudah berkeluarga, dia sudah punya anak pula, terus bagaimana dengan mama?? apakah ia harus terus mengharapkan orang ini?? ta' bisakah mamaku bahagia?? selama ini hanya orang ini yang mama fikirkan, aku mengerti dari sorot matanya setiap kali ia termenung. Aku ta' bisa melihat mamaku bersedih kembali, aku akan melakukan segalanya untuk mama.

Aku yang mendapati foto keluarga lelaki itu, hanya bisa meremasnya penuh kemarahan.

Rio: setidaknya mama harus bertemu dengan orang ini terlebih dahulu. ( yang terlintas dalam benakku )

Dalam beberapa hari ini, mulai ku pantau keluarga dari orang ini. Dari pengamatanku ia sedang menjalankan bisnis kecil-kecilan dan sedang mencari investor untuk memajukan bisnisnya.

Kesempatan besar buat ku untuk bisa deketin mama dengan orang ini, keluarganya juga ta' seharmonis yang ku kira, setelah ku dengar dari informan yang ku dapat dia juga terpaksa menikah hanya karena perjodohan orang tuanya. Jadi ta' sulit untuk mengusik keluarga mereka.

Aku tau ini ta' benar, tapi jika ini bisa buat mama bahagia pasti akan aku lakukan apapun caranya.

Aku pun mulai menyusun rencana dengan sangat teliti agar tidak mencurigakan baik di sisi mama maupun orang itu.

Pertama akan aku kirim orang untuk melihat-lihat usaha di tempat orang itu, baru setelah itu akan ku kenalkan dia dengan investor yakni mama, dan menyuruh mereka ketemu di kantor saja, pasti mama bakal senang dan nggak nyangka kalau itu ulah ku.

*****

Esok hari ku suruh beberapa orangku untuk datang ke tempat usaha paman itu, di sana ia ternyata menekuni bisnis pembuatan barang pecah belah bernilai seni seperti vas bunga, guci, cangkir, gelas dan lain-lain yang di ukir indah dengan motif-motif menarik.

Saat di sana keadaan toko itu sudah di buka lebar, tampak seseorang sedang membuat sesuatu di dalam dengan sangat asyik, sehingga suara permisi dari orangku ta' terdengar oleh-nya.

Merekapun merasa tertarik dan masuk untuk melihat-lihat barang yang di pajang di etalase bagian depan dan melihat dengan seksama.

Setelah melihat-lihat ternyata tempat kerja-nya ta' begitu besar, hanya ada sepetak tempat pembuatan dari bahan mentah berbahan dasar tanah liat, beberapa rak untuk tempat pengeringan, ada pula tempat pembakaran barang yang sudah kering di bagian belakang serta secuil tempat untuk barang yang sudah jadi di pojok bagian depan.

Saat melihat-lihat keadaan serta barang-barang yang ada di tempat itu, orangku di sapa oleh seorang pria bercelemek dengan bersarung tangan plastik serta terlihat habis bergelut dengan tanah liat.

Doni: ada yang bisa saya bantu? ( sembari melepas sarung tangan plastik yang membungkus kedua tangan-nya )

Orang ku: oh maaf, saya main masuk saja ini tadi karena tertarik dengan karya seni yang anda pajang di depan.

Doni: tidak apa-apa mas, santai saja. Silahkan jika mau melihat-lihat lagi, tapi maaf masih sedikit pilihan-nya karena hanya saya yang bekerja di bantu anak saya jika dia sudah pulang sekolah.

Orangku: begini pak, anda punya waktu sebentar, saya ingin menawarkan kerja sama dengan anda.

Doni: oh begitu, mari duduk dan bicara di sini saja. ( menggiring orangku untuk duduk di sudut lain-nya )

Orangku: terima kasih pak. ( mengambil tempat duduk yang telah di tunjuk oleh pak Doni, lalu mengeluarkan sebuah proposal kerja sama untuk beliau ). Ini ada proposal untuk bapak, kebetulan kami bekerja di bidang eksportir dan kami sedang mencari mitra usaha pak. ( jelas-nya pada pak Doni sambil memberikan proposal itu )

Orangku : anda bisa baca-baca dulu, di dalam-nya sudah tercantum kontrak dan dana yang bisa anda pinjam dari kami untuk usaha bisnis anda. Jika anda berkenan anda bisa datang ke perusahaan kami untuk mengurus detail-nya dengan bos kami. ( tutur-nya panjang lebar ). ini kartu nama kami, anda bisa datang di alamat itu, perusahaan kami buka setiap hari kecuali hari libur. ( sambil menyerahkan selembar kartu nama )

Doni: baik mas, saya pelajari dulu, nanti jika saya sudah memutuskan untuk bergabung saya akan langsung ke sana.

Orangku: terima kasih pak, kalau begitu saya undur diri dulu, jika ada yang perlu di pertanyakan soal apapun, anda bisa hubungi saya di nomor itu

Doni: iya mas.

Orangku pun berpamitan dan langsung pulang menuju kantor kami.

*****

Selam beberapa hari pak Doni terlihat berjalan memasuki sebuah perusahaan besar dengan menenteng sebuah map berisi proposal yang telah di berikan orangku dulu. Ia lalu bertanya ke resepsonis untuk mengetahui ruangan untuk mengajukan proposal tersebut, setelah di lihat beliau di arahkan untuk menuju ruang di rektur yang berada di lantai atas. Dengan menggunakan lif ia pun sampai di depan pintu ruangan yang di maksud.

Ia pun mengetuk pintu dan terdengar suara perempuan menyuruhnya masuk dan betapa terkejut-nya Doni saat mengetahui siapa yang ada di balik pintu tersebut.

Doni: Maya???

*****