Sekian lama, aku beristirahat dalam kamarku. Aku pun beranjak pergi menuju ke ruang keluarga untuk menenangkan diri. Lagian percuma juga istirahat di kamarku, karena ada dua bocah hantu geblek yang sedang asyik bermain game PS ku. Sehingga membuatku gak bisa tenang untuk beristirahat.
Pada saat, aku sampai diruang keluarga. Aku pun langsung menyalakan TV, untuk mencari acara hiburan di TV. Daripada terbuang karena gak bisa istirahat dengan tenang, mending kugunakan untuk menonton TV. Yah… memang sih, aturannya sih aku ngerjain PR ku terlebih dahulu. Akan tetapi, badanku masih agak capek. Jadinya yah… tunda dululah. Kalian juga gitu kan? kalau ada PR yang di kasih sama guru kalian, kalian suka menunda PR kalian kan? Ngaku kalian!
"Itu aib pembaca, ngapa lu diumbar-umbar sih!" ucap Author yang kesal akibat ngomonganku secara blak-blakan.
"Lah emang bener kan? Kamu juga suka menunda-nunda tugasmu sendiri, misalnya kayak Skripsimu? Atau gak tugas kuliah mu dulu Thor?"
"Yak tapi gak gitu juga geblek! Ini novel loh! Gak boleh buka aib seseorang, wey!" Author menjadi kesel karena ingatan semasa kuliahnya di ingatkan kembali.
"Lah iya, kan? Emang ada yang salah ya?"
"Iya sih, bener. Tapi kan gak gitu juga, itu aib ku loh, Wan!" ucap Author yang masih kesal yang diingatkan sama diriku.
"Tapi kan, kamu udah lulus ini dari kuliah. Jadinya santai dong!"
"Iya sih, lulus sih. Tapi jangan diumbarin juga dong! Kan malu guenya sama pembaca, Wan!"
"Hadeh… makanya, Thor. Kamu harus giat lagi ngerjain apa-apa gitu. Jangan malas akan tugas mu itu!'
"Bawel lu! Udah dikasih pekerjaan lu sama gue. Masih aja lu belagu ya?"
"Lah… emang benerkan? Lagian juga ngapain kamu dilamain skripsi mu pas dulu? Sampai ortumu marah sama kamu kan?'
"Iya sih emang. Tapi yak ngapain aibku dibawa-bawa kesini anjir! Bikin malu aja njir!"
"Lah? Aku kan cuman baca teks doang, emang salah aku baca teks dialog antar MC dan Author?"
"Yak gak salah sih, cuman kan? Yak gimana ya? Kan bisa lu skip bagian itu loh!"
"Yah… bisa aja sih. Tapi kan dalam konteksnya aku lagi melakukan pembalasan, akibat chapter 10 kalau gak salah? Dijadiin kayak orang gila?"
"Ohh… gitu ya!! Mainannya ya! Main balas dendam ya! Oke! Kalau gitu gue balas dendam lagi sama lu, Wan!"
"Hahahaha, bercanda Thor! Jangan marah Hahahaha."
"Lu cari macam-macam sama gue, liat aja! Nanti gue bikin lu gila lagi!"
"Eh jangan Thor! Aku gak mau jadi gila lagi! Pliss, jangan dah!"
"Bodo amat! Emang gue pikirin! Lu cari gara-gara sama gue! Liat aja!" ucap Author seraya menghilang dari pikiranku.
"THORRRR! PLISS THOR!! AKU MAU DAMAI DI NASKAH KU THOR!!"
"THOR!!!!"
Ha-ah, Authornya ngambek dah…
Iyaudah deh, aku terusin ceritanya lagi.
Singkat cerita, ketika aku sedang tengah asyik menonton acara hiburan di TV. Tiba-tiba ibu ku memanggil ku sekaligus mengajakku untuk makan malam bersama.
"Wan, ayo makan malam nih!" ucap ibuku mengajakku untuk makan malam.
"Iya Bu, Wawan menuju kesana." balasku yang menerima ajakan dari ibuku.
Setelah mendengar panggilan ibuku, untuk makan malam bersama. aku pun langsung mematikan TV dan beranjak menghampiri ke meja makan.
"Gimana sekolahmu, Wan? Menyenangkan?" tanya bapakku yang ingin tahu kegiatan aktivitas sekolahku.
"DREET!!" bunyi kursi yang digeser.
"Yah… sangat melelahkan Pak." Ucapku dengan nafas berat seraya menggeser kursi untuk duduk.
"Yaelah, gitu aja lemah. Payah kamu Wan!" bapak menggejekku karena lemahnya diriku akan aktivitas sekolah.
"Yak gimana ya, Pak. soalnya disekolah itu gurunya langsung kasih ulangan dadakan. Habis itu ngasih tugas banyak banget Pak." Aku mengeluh akan aktivitas sekolahku hari ini kepada Bapak.
"Yaelah, paling gak kamu minta sama Ponci dan Kunti kalau ulangan dadakan kayak gitu." ucap bapakku yang menebak kegiatan ulangan dadakanku.
"Emang Pak. Soalnya kan Wawan gak belajar sama sekali. Jadinya terpaksa deh, Wawan minta tolong sama Kunti dan juga Ponci, Pak." Jelasku kepada bapak mengenai kegiatan ulangan dadakanku.
"Iyaudah. Kalau tugas kan gampang ini kan? Kamu bisa nyontek aja sama siswa-siswi kelasmu ini, bukan?"
"Yak, bisa sih pak. Tapi kan Wawan maunya ngerjain sendiri tugasnya Wawan." Ucapku yang menolak ucapan Bapak seraya mengambil piring serta sendok untuk makan.
"Hem... bagus deh! Itu baru anak Bapak! Hahahaha." Ucap Bapak yang senang melihat diriku untuk usaha sendiri buat ngerjain PR.
"Iyalah Pak. Harus itu Pak." Ucapku kepada Bapak, sembari mengambil nasi dari panci langseng.
"Hahahaha. Iya harus dong. Biar memahami materi apa yang dipelajari oleh guru." Ucap Bapak yang setuju perkataanku.
"Kalian berdua, makan yang bener ah! Masa makan sambil ngobrol sih? Makan yang bener!" ucap ibuku kepada kami berdua.
"Hehehe iya Bu. Maaap." Ucap kami berdua seraya ketawa kecil.
"Ampun deh! Buruan makannya! Ibu mau beresin piring kotornya!" ucap ibuku yang menyuruh kami berdua untuk menghabisi makan malam.
"Baik Bu!" ucap kami berdua kepada ibu.
Seusai makan malam bersama, ibu ku memanggil ku untuk sekian kalinya. Karena ibuku mau diriku membagikan makan malam untuk Ponci dan juga Kunti, yang berada di kamar tidurku.
"Wan, nih makanan buat si Ponci sama Kunti." Ucap ibuku sembari menyerahkan makan malam untuk Ponci dan Kunti.
"Baik Bu, nanti Wawan kasihin ke mereka berdua." Ucapku seraya menerima makan malam untuk Ponci dan Kunti.
Sehabis menerima makan malam Ponci dan Kunti, aku pun menuju ke kamar tidurku, untuk memberikan makan malam buat mereka berdua.
Sesaampainya di kamar tidurku, aku pun menyerahkan makan malam kepada mereka berdua. "Nih makanan buat kalian."
"Oiya, makasih Wan." Ucap Kunti yang sedang asyik bermain game dengan Ponci.
"Taruh aja di sini, Chin." Ucap Ponci sembari menunjuk kearah lantai kamar tidurku.
"Iyaudah, aku taruh sini ya?" ucap ku seraya menaruh makan malam mereka berdua.
"Oke, Wan!" ucap Ponci yang serius main game PS.
Tak selang memberikan makan malam buat Ponci dan Kunti, aku pun melanjutkan kembali rebahan yang tadinya tertunda.
"Wan, kamu gak main PS nih?" Tanya Kunti yang melihatku rebahan dikasur melulu.
"Gak deh, soalnya aku masih capek banget. Belum lagi, aku harus ngerjain tugas yang dikasih sama guru geblek itu." Ucapku yang mengeluh karena capek dan tugas yang diberikan dari Bu Mirna.
"Yaelah, santai aja Wan. Main dulu lah sini bareng Ponci sama aku." Ucap Kunti yang mengajakku bermain PS.
"Iya, Wan. Aku juga bosen lawan si Kunti melulu. Kalah mulu dia hahaha." Timpal Ponci seraya mengejek Kunti yang kalah melulu dalam bermain PS.
"Oh…. Nantang kamu ya? Kamu gak tau aja, kalau aku main serius?" ucap Kunti yang kesel karena ejekan Ponci.
"Ayo! Bring it on! Jangan asal ngomong doang! Masa iya sih, kamu kalah sama gak punya tangan hahaha." Lanjut ejek Ponci kepada Kunti.
"Oke! Oke! Aku mulai serius nih!!!" ucap Kunti yang kesel karena diejek melulu.
"GET READY? FIGHT!" suara mulainya pertarungan karakter didalam game Takken.
"UAAAARGGHH!!" teriak Ponci dan Kunti yang semangat atas kemenangan di game Takken.
"DUAK!!! TRING!! DUAK!!" suara pukulan dan tangkisan antar karakter di game Takken.
"Gas, gas, gas!!! Tanpa ada celah!" ucap Kunti yang semangat menyerang karakter game Ponci.
"Sialan, gak berhenti lagi dia." ucap Ponci yang kesel karena karakter gamenya cuman bisa bertahan dari karakter game Kunti.
"TRINGG!!!!" suara tangkisan dari karakter game Ponci.
"Sekarang, waktunya ulti!" ucap Ponci yang melihat kesempatan ngeluarin jurus karakter gamenya.
"WUSSSSH!!" suasana jurus ultimate karakter game Ponci.
"DEATH PUNCH STRIKE!" teriak suara karakter game Ponci yang mengeluarkan jurus ultinya.
"DUAK! BUAK! DUAK! BUAK! DUAK!" suara ulti pukulan dari karakter game Ponci yang memukul karakter game Kunti.
"UARGHH!" teriak kesakitan karakter game Kunti yang terkena serangan ulti dari karater game Ponci.
"You win! Perfect!" suara kemenangan di game tersebut.
"HAHAHA, Jadi kekuatan mu cuman segitu aja huh, Kunti?" Ejek Ponci dengan rasa bangga dan hebat dalam permainan Takken.
"GRR BACOT! AYO LAGI SINI!" balas Kunti dengan kesal terhadap ejekan Ponci.
"Udah berapa kalah kamu ini Kunti, Hm?? Udah 3 kali hahaha." Lanjut ponci mengejek Kunti karena kalah dari game sebanyak 3 kali berturut-turut.
"Ayo dah! Sekali lagi!" Ajak Kunti dengan perasaan kesal, karena diejek terus-menerus.
"Haduh!! Aku capek nih sama orang cupu hahaha."
"Sialaan!!" Ucap Kunti yang masih marah karena ejekan Ponci.
"Wan, kamu gak mau main?" tanya Ponci sembari menawarkan bermain game Takken.
"Hadeh… dibilang capek cuy." Ucapku yang menolak ajakan Ponci.
"Yaelah, ini kan buat refreshing dari kegiatan Wan. Jadinya, mainnya santai aja." Ucap Ponci yang menawarin lagi untuk bermain game Takken.
"Hadeh…. Ampun dah! Oke deh! Satu ronde aja ya?" Ucapku yang masih enggan bermain game Takken seraya bangun dari rebahan dan menghampiri Ponci.
"Iyaudah, satu ronde aja. Biar enak kamunya, Wan." Ucap Ponci sembari stick PS-nya kepadaku.
"Iyaudah-iyaudah, aku main." Ucap ku yang sembari duduk lesehan di lantai.
"Sipp deh!" ucap Ponci yang senang melihat diriku main game Takken.