Chereads / Sebuah Kata Kerinduan / Chapter 27 - 27. Kemarahan Amel

Chapter 27 - 27. Kemarahan Amel

Warung bakso itu lumayan ramai Ara dan Ezhar melihat kiri dan kanan mencari kursi yang masih kosong. Tidak ada yang kosong hanya ada dua kursi kosong di depan sepasang kekasih yang duduk membelakangi mereka. Jika Ara dan Ezhar duduk di sana maka mereka akan menjadi satu meja.

"Terpaksa kita duduk disana" Kata Ezhar.

Setelah memesan dua mangkok bakso mereka berjalan ke arah kursi yang kosong, setelah mencapai meja Ezhar kaget melihat wajah yang di kenalinya.

"Arka!".

Ara yang masih berdiri di belakang pemuda tampan itu juga terkejut ia mengintip dari balik badan Ezhar untuk melihat benarkan itu Arka.

"Oh! Ezhar kau di sini juga? Bersama siapa?". Arka menatap ke belakang punggung Ezhar seketika wajahnya memucat.

Ara keluar dari balik punggung Ezhar dan langsung duduk di depan Arka dan seorang cewek yang sedang menatapnya tajam. Ia tidak mengerti ketika ia melihat tatapan cewek itu ia merasa seperti ada kekecewaan, kemarahan dan.. Kebencian.

Perasaan yang sulit untuk di jelaskan. Yang pasti ia tidak menyukai cewek yang duduk di samping Arka tersebut.

"Ana.."

Ara menatap cewek yang memanggilnya Ana sama seperti Arka saat pertama kali mereka bertemu. Apakah wajah Ana itu memang sangat mirip dengannya.

"Siapa Ana!" Tanyaku ketus. Membuat Ezhar dan Arka menatapku kaget, mungkin karena aku berbicara ketus di pertemuan pertama. Karena mereka tahu meskipun aku sering menggerutu, marah dan apapun itu tidak pernah bersikap ketus apalagi pada orang baru.

"Ra, kau baik-baik saja?". Tanya Ezhar khawatir.

Ara mengangguk tidak luput ia melayangkan tatapan tajam pada gadis yang duduk di samping Arka.

"Dia Ara.. Bukan Ana.."Kata Arka mengingatkan cewek yang duduk di sampingnya.

"T.. Tapi.. Wajahnya.."Cewek itu masih tidak percaya.

Ara merengut tidak suka. Meskipun cewek yang duduk disamping Arka cantik dan berparas lembut tapi pancaran matanya sangat bertolak belakang itu terlihat licik dan kejam.

"Kenapa! Apa kau pikir aku Ana! Siapa dia! Jangan samakan aku dengan siapapun!".

Cewek itu terkejut karena aku menatapnya tanpa rasa ramah sedikitpun.

"Kau sangat kasar.. Arka siapa dia?". Suara itu terdengar lembut sangat jelas di buat-buat membuat Ara ingin muntah saat mendengarnya.

"Dia memang seperti itu!"Kata Arka santai membuat senyum Ara semakin lebar tapi pandangan nya tidak lepas dari cewek yang menatapnya tajam.

"Lalu.. Apa kau pacar gadis kasar ini?".

Ezhar yang mendapat pertanyaan itu terdiam lalu ia menatap Ara dengan pandangan lembut sambil berkata "Dia tidak kasar tapi imut! Dan ya.. Dia pacarku! Kenapa?".

Jawaban Ezhar membuat Arka terkejut tanpa sadar ia mengepalkan tangannya erat-erat ia memperhatikan Ara yang tersenyum lebar sambil mengacungkan jempol pada Ezhar. Ia menyesal menerima permintaan mamanya untuk menemani Amel selama di sini. Padahal ia ingin lepas dari gadis prikopat itu tapi dia mengejarnya sampai ke tampat ia liburan dan sekarang bertemu dengan Ara yang memiliki wajah sama persis dengan Ana.

Amel memeluk erat lengan Arka menatap Ara penuh perhatian apakah benar gadis itu bukan Ana karena wajah mereka berdua sangat mirip, karena itu membuat Amel mencurigai identitas Ara ditambah lagi kematian Ana beberapa tahun lalu terasa ganjil untuknya.

Meskipun ia tidak hadir di hari pemakaman tapi menurut kakaknya mereka tidak bisa melihat wajah Ana meski untuk terakhir kalinya, dan tubuh Ana juga sudah di masukkan kedalam peti.

Amel memperhatikan wajah Ara dengan teliti membuat gadis itu melotot padanya "Apa kau liha-lihat!".

Amel mendengus masih memeluk erat lengan Arka. Meskipun lelaki itu beberapa kali melepaskannya tapi tangan Amel seperti lintah yang melekat erat di lengannya. Melihat itu Ara tanpa sadar terkekeh ia juga melakukan hal yang sama pada Ezhar sambil bersuara manja membuat Amel melotot marah dan Arka terkejut tidak terima.

"Ezhar.. Perutku sudah berbunyi sejak tadi, kenapa baksonya belum juga datang?"Ujar Ana sambil menatap Amel penuh senyum kemenangan.

Ezhar terkekeh melihat kelakuan Ara membuatnya mengelus kepala gadis itu lembut "Sabarlah, sebentar lagi mereka akan mengantarnya? Apa yang ingin kau minum?".

"Jeruk nipis dingin!"

Arka dan Amel menatap Ara terkejut. Ya, karena minuman itu adalah minuman kesukaan Ana. Tidak lama kemudian dua mangkok bakso di antar ke meja mereka Ara tersenyum lebar sedangkan Ezhar sibuk melayani Ara dengan mengambilkan kecap, saos dan lainnya membuat Amel membenci itu.

"Aku tidak bisa makan telur! Kau bisa ambil ini.."Kata Ara sambil memindahkan bakso telur ke dalam mangkok Ezhar.

"Kenapa?" Tanya Ezhar.

"Entahlah.. Setiap kali aku makan telur kulitku akan gatal dan ruam merah muncul. Sejak itu bunda tidak pernah memasukkan telur ke dalam daftar belanjanya".

Ezhar mengangguk "Maafkan aku! Aku hampir mencelakaimu!". Kata Ezhar menyesal.

Ara tersenyum dan menggigit bakso daging nya dengan lahap sambil berkata "Tidak apa-apa.. Karena kau tidak tahu! Lain kali aku akan memberitahumu apa saja yang aku suka dan tidak aku suka!".

Ezhar tersenyum lebar "Baik.. Akan ku tunggu! Sekarang makanlah.. Setelah ini kita masih harus berkeliling! Kau ingin pergi kemana?".

Ara mengunyah bakso dengan lahap membuat mulutnya penuh seperti tupai. Ezhar terkekeh melihat semua kelakuan Ara "Aku ingin jajan beberapa makanan ringan seperti kentang krispi rasa balado?".

Ezhar mengangguk "Baik! Ayo makanlah" Ezhar memindahkan bakso dagingnya kedalam mangkok Ara membuat gadis itu tersenyum lebar hingga membuat matanya melengkung indah.

Arka yang melihat itu membuat jantungnya berdegup kencang semua hal yang di tunjukkan Ara sangat mirip dengan Ana.

Dalam hati Arka bertanya-tanya... Siapa kau sebenarnya, Ara?..

Di sisi lain Amel menggretakkan giginya menahan marah, ia merasa melihat Ana kembali hidup di depannya. Tapi yang di lihatnya sekarang dengan karakter keras dan berani sedangkan Ana yang ia kenal sangat penakut dan lemah lembut.

Ezhar dan Ara mengabaikan dua orang yang duduk di depannya. Mereka hanya asik dengan dunia mereka saja sampai mangkok bakso itu kosong hanya menyisahkan kuahnya saja.

Ara meletakkan sendok dan garpu dalam mangkok ia bersandar di kursi sambil mengus perutnya tanpa sadar ia bersendawa membuat Ezhar tertawa dan di balas kekehan lembut Ara.

"Kenyang?"Tanya Ezhar.

"Hm.. Aku rasanya tidak sanggup berjalan" Ara menatap Ezhar dengan pandangan manja dan berkata " Ezhar.. Gendong..."

"Hahaha.. Di sini sangat sempit aku akan menuntunmu ke sepeda, aku pasti akan menggendongmu, Ayo.. Kita pergi cari jajanan yang lain.. Mau es krim..?".

Ara berdiri dengan semangat dan mengangguk tanpa henti "Mau.. Mau.. Ayo cepat!".

Ezhar menatap Arka dan Amel "Kami permisi dulu.."

Arka seperti orang linglung sedangkan Amel menatap Ezhar dengan mata penuh keinginan memiliki. Ia merasa benci pada gadis yang bernama Ara karena mendapatkan cowok yang perhatian, baik, lembut dan tentunya tampan. Ia merasa Ara dan Ana sangat mirip bahkan bisa membuat semua cowok tampan menyukainya tanpa bersusah payah. Sekilas Amel menatap Arka dan bertanya.

"Kau kenal mereka?".

Arka diam ia tidak ingin bicara dengan Amel.

"Kenapa kau diam! Ini sudah tiga hari dan kau masih mengabaikan ku! Aku merasa berjalan dengan patung!" gerutu Amel.

Arka berdiri tanpa menoleh pada Amel membuat gadis itu semakin marah dan mengikutinya dari belakang. Sampainya di luar warung bakso Amel berteriak penuh kemarahan. Membuat beberapa pengunjung menatap mereka penuh tanya.

Arka hanya diam dan terus berjalan mengabaikan Amel yang berteriak-teriak marah di belakangnya.

"Kenapa! Apa kau masih memikirkan Ana? Dia sudah mati Arka!"Teriak Amel.

Arka masih diam berjalan lurus mengabaikan mata yang menatap mereka.

"Arka! Aku mencintaimu sejak lama, tidak bisakah kau melihatku?"

Arka tersenyum sinis dalam hati ia menjawab perkataan Amel.. Kau berkata mencintaiku, tapi kau tidur dengan lelaki lain. Kelakuanmu sangat buruk!

Amel berusaha mengejar Arka tapi ia tersungkur karena kakiny tersandung pada batu.

"Ah.. Arka bantu aku!".

Tapi Arka masih mengabaikannya dan terus berjalan, Amel berusaha berdiri sendiri berjalan sambil terseok-seok. Sampai akhirnya ia melihatnya berhenti Amel berpikir mungkin Arka khawatir dan menunggunya pada kenyataannya tidaklah seperti itu.

"Arka.. Kakiku sakit.."Kata Amel memelas.

Tanpa melihat Arka hanya berkata "Kita sampai! Aku pergi!".

Mata Amel melotot marah, ia marah karena sikap Arka masih dingin padanya padahal ini sudah bertahun-tahun. Ia pikir bisa mendapatkan Arka dengan mudah karena awalnya lelaki itu masih mau mendengarnya tapi semenjak kehadiran Ana semua usahanya menjadi sia-sia. Bahkan setelah Ana meninggal ia masih tidak melepaskan gadis itu. Sekarang Ada Ara yang memiliki wajah sangat mirip dengan Ana membuat Arka semakin dingin padanya.

Haruskah ia membunuh Ara juga?

❄❄❄