Chereads / CINTA UNTUK RATU / Chapter 2 - Second

Chapter 2 - Second

28 Februari 2017

Bulan ini, adalah jatah Satriyo untuk membelanjakan keperluan dapurnya Ratu. Di pertemanan ini, yang kaya menyejahterakan yang miskin.

Ratu, bekerja mati-matian untuk keluarganya. Ayahnya telah meninggal dunia 5 tahun yang lalu, meninggalkan Ibunya yang sakit-sakitan dan di ketahui mempunya gagal ginjal beserta komplikasinya. Dua Adik Ratu masih di bangku SMA, untungnya mereka bukan anak yang termakan gengsi. Putri dan Putra sangat mengerti bila hidup mereka tidak lagi seperti dulu.

"Dek, di panggil Pak Satriyo di ruangannya." Jihan yang baru saja keluar dari ruangan Direktur keuangan melongokan kepalanya di ruangan yang berisi 5 orang tersebut.

Ratu menganggukkan kepalanya dan segera berdiri menuju ruangan dimana Satriyo berada, Direktur keuangan.

Ratu mengetuk pintu kaca itu sebelum mendorongnya perlahan, "Ada apa pak?"

Satriyo menurunkan kacamata bacanya dan tersenyum menatap Ratu. Kemeja soft pink berbalut dengan rok span berwarna hitam serta rambut panjangnya yang berwarna coklat kemerahan itu membuatnya selalu menjadi wanita paling cantik di mata Satriyo. Coba kalian tanyakan kepada Satriyo kenapa dia masih betah menjomblo? Ya, Karena Ratu. Karena Ratu juga masih betah menjomblo.

"Nanti jadi belanja kan?" tanya Satriyo.

Satriyo tidak akan segan mengingatkan Ratu karena wanita itu amat pelupa.

"O-oh iya ya, lupa gue Sat," Ratu menepok jidatnya. Hilang sudah panggilan 'Pak' untuk Satriyo, "tungguin ya, sebentar lagi selesai kok."

Satriyo menganggukkan kepalanya sekilas membuat Ratu melenggang pergi menghilang di balik pintu kaca tersebut.

Beberapa menit kemudian

Satriyo berdiri di depan ruangan staff keuangan yang mana salah satunya adalah Ratu. Pemandangan Satriyo melangkah masuk membuat para wanita menahan napas.

Sementara yang di tuju, masih asyik dengan dunianya sendiri. Tangan kanan sibuk memegang donat berwarna hijau dan tangan kiri membolak-balik beberapa kertas.

Satriyo berdiri di belakang wanita itu, badannya ia condongkan sehingga kepalanya berada di dekat leher Ratu. Tetapi anehnya wanita itu masih saja tidak sadar. Di tiupnya pelan leher Ratu yang ia yakini membuat wanita itu meremang.

"Anj----eh Pak" Ratu menyengir memperhatikan giginya yang tidak rapi itu.

Satriyo menegakkan badannya dan matanya tak lepas menatap Ratu. Ingin tertawa juga tapi dia ingat di ruangan ini tidak hanya mereka berdua, "Tadi mau ngumpatin saya ya?"

Ratu menggeleng masih dengan cengiran polosnya membuat Satriyo gemas setengah mampus, "Bereskan barang kamu," mata Satriyo melihat ke arah karyawannya di sekitar Ratu, "Kalian semua juga silahkan pulang, tidak perlu lembur."

Satriyo keluar dari ruangan tersebut, langkah kakinya menuju pintu utama. Namun mata dan jemarinya fokus ke ponsel mewah miliknya.

Gue tunggu di sebrang jalan my queen. Ratu tersenyum saat membaca pesan dari kontak bernama Sat. Di segera berjalan teratur dengan heels setinggi 7 cm miliknya.

"Lama banget sih beb," protes Satriyo saat melihat Ratu telah berdiri di hadapannya, "Ampek tumbuh nih brewok gue gegara lo."

Ratu hanya merotasikan bola matanya mendengar ucapan Satriyo yang unfaedah. Dirinya langsung memasuki mobil mahal berwarna biru dengan merk Porsche itu.

Satriyo mencebik kesal, bukannya meminta maaf karena telah membuatnya menunggu malah jutek.

"Elo tuh Sat, jangan suka samperin gue deh." protes Ratu saat Satriyo mendudukkan pantatnya di kursi mobil.

Satriyo menghidupkan mobilnya dan melesat dengan kecepatan sedang menuju sebuah mall tanpa memperdulikan ocehan Ratu.

"Anak-anak tuh suka kepo."

"Gue gak mau kalo di anggap lo pilih kasih ke karyawan lo."

"Gue juga gak suka ya sama tatapan sinis penggemar lo tuh."

"Lebay banget sih gilak! Gue tuh pernah loh di dorong sama Tiffany masa? Gara-garanya dia ngeliat lo ngelus kepala gue."

Satriyo melirik sekilas ke arah Ratu yang tak henti-hentinya berbicara.

"Susah ya, kalok udah ganteng kaya gagah dompet tebel mobil mewah. Banyak fansnya." kesal Ratu.

"Diem!"

Bentakan Satriyo berhasil membuat Ratu terkejut dan bungkam.

Kumat deh kasarnya. batin Ratu.

Mobil mewah milik Satriyo telah terparkir rapi. Satriyo membuka pintu mobilnya dan berjalan ke arah pintu mobil di sisinya berniat membukakan pintu untuk Ratu tapi terlambat, karena Ratu telah membuka sendiri pintu mobilnya. Ratu yang cerewet tak lagi ada membuat Satriyo menyesal telah membentaknya.

Ratu tersenyum ke arah Satriyo, lebih tepatnya senyum yang di paksakan. Wanita itu menggamit lengan Satriyo tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.

Kedua insan itu memasuki supermarket yang tergolong lengkap. Ratu mengambil troli dan mendorongnya, sementara Satriyo sibuk menuju rak sayuran. Dia mengambil kangkung tiga ikat, sawi putih, sawi sendok, labu siam, kentang, wortel, kol, daun bawang dan masih banyak lagi.

Semua itu dia letakkan di troli yang di bawa oleh Ratu. Kemudian lelaki itu mengambil sosis empat bungkus. Tak lupa dengan bakso, daging, ayam serta naget dan kentang goreng. Ia ingat pesan mamahnya ingin memakan tumis kangkung tauco dan sosis asam manis buatan Ratu.

Ratu membawa troli bersamanya menuju rak belakang tempat kebutuhan mandi berada.

"Sat"

"Woi," Satriyo menepuk pundak orang yang memanggilnya, "Sama siapa lo?"

"Nyokap nih, minta di temenin belanja," mata lelaki itu beralih ke tangan Satriyo yang membawa pembalut wanita berwarna jingga dan biru, "punya siapa?"

Dagu Satriyo terangkat ke arah sosok wanita yang mengenakan setelan kerja sedang mendorong troli berjalan ke arahnya.

"Hai, Andrew ya?" sapa Ratu.

"Wah, banyak banget belanjaan lo." tanya Andrew yang melihat troli itu sudah penuh.

Satriyo melihat perubahan wajah Ratu menjadi ceria setelah ada Andrew berbeda saat berdua dengannya tadi.

Ratu dan Andrew berjalan beriringan sementara Satriyo mengekor di belakang mereka sambil melihat Andrew yang sesekali menyomot barang di rak.

"Beby, ke sana dulu." Satriyo menarik perlahan tangan Ratu menuju rak peralatan masak. Meninggalkan Andrew yang tersenyum sinis.

"Ternyata lo cinta sama dia , Sat" gumam Andrew.

~~~

Satriyo menenteng belanjaan ke dalam rumah Ratu. Sedangkan Ratu masih sibuk di dalam mobil dengan satu pintu yang terbuka memperlihatkan dia sedang membersihkan isi mobil Satriyo yang berantakan.

"Makanya Sat, lo tuh cari bini napa sih?! Mobil berantakan gini bikin muyak aja." protes Ratu.

"Lo nggak mau sih nikah sama gue."

"Lo nggak pernah minta."

Telak. Satriyo tercengang, tersipu dengan pernyataan Ratu.

"Eh tetangga, abis borong lo!"

Teriakan itu membuat Ratu dan Satriyo menoleh ke sebelah, tetangga Ratu yang di klaim suka kepo dengan urusan orang melebihi Bu Tedjo.

"Iya dong!" balas Ratu.

"Enak ya lo, di belanjain mulu. Mana cowoknya gonta ganti lagi."

"Makanya berteman itu sama orang kaya biar kecipratan." sengit Ratu.

"Heleh paling lo modal badan doang kan?!," anak tetangga itu beralih ke arah Satriyo dan tersenyum manis.

"Badan punya gue. Suka-suka gue mau ngejual ke mana. Situ sirik? Dasar tepos!"

Ratu melangkah masuk ke dalam rumahnya tanpa memperdulikan anaj tetangganya yang bernama Yulia itu menahan amarah. Satriyo mengekori Ratu ke arah dapur.

"Mami kepengen tumis kangkung tauco sama sosis asam manis buatan lo beb." jelas Satriyo, tangannya sibuk mengeluarkan barang belanjaan dari kantung plastik.

Satriyo melirik ke arah Ratu yang hanya diam saja tak merespon ucapannya. Yah, walaupun kini Ratu sibuk menyiangi kangkung tetap saja kesunyian ini, kecanggungan ini membuat Satriyo muak.

Dipeluknya tubuh Ratu yang tengah duduk di kursi meja makan sembari memetik kangkung, "Jangan marah dong. Maaf ya." bisik Satriyo.

Ratu menghentikkan kegiatannya sejenak sebelum melanjutkannya lagi tak perduli dengan pelukan Satriyo yang semakin erat.

Cup

Satriyo mengecup pipi Ratu membuat wanita itu menoleh tajam, "Kenapa sih!" ketusnya.

"Maafin gue yah beb, gue sedih nih lo cuekin" Satriyo memasang wajah melasnya dengan melengkungkan bibirnya ke bawah.

"Iya iya. Bawel!"

Cup

Lagi, kali ini Satriyo mencium Ratu di sudut bibirnya. Di lingkaran pertemanan mereka, memang hanya Satriyo yang berani skinship berlebihan kepada Ratu. Satriyo berani memeluk, mencium walaupun tak pernah mencium bibir tetap saja hanya Satriyo yang berani. Sementara yang lain hanya sebatas berpelukan atau pegangan tangan.

Memang hanya Satriyo di hati Ratu. Walaupun Ratu tau bahwasannya dirinya tak pantas untuk bersanding dengan Satriyo. Berbeda kasta. Kaya dan miskin.

Tak butuh waktu lama, tumis kangkung tauco karya Ratu telah selesai. Satu wajan penuh Ratu buat untuk diberikan separuh kepada mami Satriyo. Sementara kini, dirinya beralih kepada sosis asam manis. Mengiris bawang bombay, bawang putih dan cabai secukupnya. Setelah itu memasukkan sosis dan saus asam manis botolan. Tak lupa penyedap rasa, garam dan sedikit gula jangan lupakan daun bawang.

Ratu mematikan kompornya, wajan yang telah penuh dengan sosis dan wanginya yang semerbak mengundang Satriyo untuk mendekat.

"Nyantap." pinta Satriyo.

Ratu meniup-niup satu sosis yang di pegangnya dengan jari jempol dan telunjuk. Memberikannya kepada Satriyo. Lelaki itu menerima dengan senang hati suapan Ratu. Tangannya mencekal pergelangan tangan Ratu. Dimasukkannya jemari Ratu yang berlelehan saus asam manis ke mulutnya. Ratu merasa tergelitik, pandangannya tak lepas dari apa yang di lakukan Satriyo. Mereka berdua berpandangan. Dan entah siapa yang memulai, kini mereka tengah saling melumat bibir melepas segala rasa yang tersimpan di dada.

"Ehemm. Kakak?"

Itu Putra.

Ratu dan Satriyo terkejut. Situasi canggung tercipta. Ratu segera beralih mengambil rantang dan mengisinya dengan tumis kangkung dan sosis kemudian memberikannya kepada Satriyo dengan pandangan menunduk. Satriyo yang mengerti pun langsung berlalu dan bergegas keluar dari rumah Ratu meninggalkan situasi yang awkward itu.

"Inget dosa loh." Putra menaik turunkan alisnya menggoda sang kakak.

"Hustt! Diam. Ribut banget lo! Dah sana makan." Ratu menunjuk adiknya kemudian menunjuk wajan yang berisi makanan.

"Lah ngegas?? Marah nih di tewa-in?" Putra berjalan mengambil piring dan sendok kemudian ke arah rice cooker dan berakhir dengan jeweran di telinga kanannya.

"Kakkkk!" pekik Putra.