Chereads / CINTA UNTUK RATU / Chapter 5 - Fifth

Chapter 5 - Fifth

06 Maret 2017

Tiga kotak bekal di jinjing oleh Ratu. Bekal makanan yang berisi nasi-sayur brokoli-ayam goreng tepung dan sambal itu begitu harum di sepanjang perjalanan.

Ratu meletakkan dua kotak bekal di meja kerjanya, kemudian dia memasuki ruangan Satriyo tanpa takut ketahuan oleh teman-temannya karena memang dia selalu datang lebih awal. Ratu meletakkan kotak bekal berwarna biru itu dan jemarinya mulai aktif merapikan meja kerja Satriyo yang terlihat berserakan dengan kertas-kertas di atasnya.

Ratu memilah-milah tumpukan kertas. Jemarinya menyentuh bingkai foto di atas meja itu. Foto mereka, foto Satriyo dengan teman-temannya dan tentunya ada Ratu juga di sana. Foto mengenakan toga dengan ekspresi mereka yang sangat bahagia. Jurusan yang mereka ambil pun berbeda walaupun satu universitas.

Ratu keluar dari ruangan Satriyo dengan pelan kemudian beralih menuju mejanya. Matanya menatap benda pipih yang sedari tadi berkedip-kedip.

Spam chat dari Andrew membuat wanita itu menggelengkan kepalanya.

P

P

P

P

P

Woii!!

Bales Woii!!

Janji mau bawakan bekal kan?

Queen???

P

P

P

👻👻👻

Ratu terkikik geli membaca pesan Andrew sebelum tangannya juga mengetik balasan untuk lelaki tampan itu.

Nanti, aku antar bekalnya ke kantor kamu. Bilang sama resepsionis ya 😂

Klik. Ratu mematikan data selularnya dan mulai mengerjakan tugasnya dengan cepat hari ini agar dia bisa keluar menuju kantor Andrew.



Ratu Byakta Keswari



Andrew Adyatama



Satriyo Nataprawira

~~~

Ratu melirik jam di pergelangan tangan kanannya yang menunjukkan pukul 11:20. Ratu meneguk jus melon hingga habis tak tersisa. Setelah itu ia mengambil tisu yang terletak di meja Mas Damar di sebelahnya.

Berdiri, melangkah menuju ruangan Satriyo. Ratu membuka pintu kaca itu perlahan, menampilkan Satriyo yang tengah sibuk dengan komputer di hadapannya.

"Pak," lirih Ratu. Wajah Satriyo menyipit dan ia segera melepaskan kaca mata bacanya itu, "Saya ijin keluar ya sampai jam makan siang habis."

"Mau kemana lo?"

Ratu yang kini berdiri diambang pintu pun segera melesat masuk dan menutup pintu mendengar penuturan Satriyo yang sangat tak formal itu.

"Ke kantornya Andrew, antar bekal."

Satriyo mengernyit, "Jangan dekat-dekat sama Andrew beb, gue gak suka."

Ratu menghela napas. Dia sebagai perempuan butuh kepastian. Bertahun-tahun bersama Satriyo membuat perasaan kagum berubah menjadi sayang dan cinta ini semakin membuncah. Satriyo pun selalu bersikap lembut seolah-olah membalas perasaan Ratu tetapi bagaimanapun Ratu membutuhkan hubungan yang pasti bukan sekedar teman tapi mesra seperti ini.

Ratu mengangguk, di tutupnya pintu itu perlahan-lahan. Tangannya menyambar tas yang berisi dua kotak bekal dan dia mengambil kunci mobil milik Mas Damar yang sebelumnya telah ia pinjam.

Ratu menepikan mobil pinjaman itu di halaman lolmart. Butuh waktu 15 menit dari kantornya untuk sampai di kantor mewah ini.

Kakinya melangkah memasuki perusahaan terbesar di dunia versi Forbes itu. Wow! Dia mengagumi megahnya bangunan di hadapannya ini. Gedung setinggi 750 ft dengan 56 lantai ini benar-benar membuatnya meneteskan air liur.

"Permisi, saya ada janji temu dengan Andrew." jelas Ratu kepada resepsionis yang melihatnya dengan tatapan sinis.

"Nama Anda siapa ya?"

"Ratu. Tolong di periksa apakah ada nama saya?"

Resepsionis itu sekali lagi menatap Ratu dan melihat namanya di daftar nama dan setelahnya menggeleng ke arah Ratu membuat wanita cantik itu berdecak.

Ratu beralih ke ponselnya dan menelepon sang peminta bekal,

"Satu menit lo gak turun ke bawah, gue balik!" Suara Ratu penuh penekanan membuat tiga resepsionis mendongak menatap Ratu.

Seorang lelaki dengan setengah berlari bersama beberapa pria berbaju hitam berjalan tergesa menghampiri Ratu yang telah menekuk wajahnya dan mengerucutkan bibirnya.

"Duh!! Gemesss banget deh." ucap Andrew seraya mencubit gemas kedua pipi Ratu yang tengah ngambek.

"Ck! Kan sudah gue bilang, kasih tau resepsionis kalo gue mau kesini. Lu tuh ya." Ratu menyubit pinggang keras Andrew membuat lelaki itu pura-pura mengaduh.

"Haha, yasudah ayok keatas." Andrew merangkul bahu Ratu dan setengah memaksanya mengikuti langkahnya yang lebar.

Hal itu tak luput dari perhatian para karyawan yang melihatnya. Hot issue!

Andrew menyecap rasa makanan yang di bawakan oleh Ratu. Angka 100 Andrew berikan karena masakan Ratu selalu sempurna.

"Gue pengen deh, punya bini pinter masak kayak lo." terang Andrew.

"Nikah sama chef lah, Ndrew," garpu plastik di tangan kirinya ia tujukan ke arah lelaki di hadapannya itu, "Lo kan ganteng pasti banyak yang mau."

"Lo.....gak mau sama gue?"

Ratu tersedak. Buru-buru Andrew menyodorkan segelas air putih yang berwarna bening untuk Ratu. Mata wanita itu mendelik seakan dia adalah Suzzana.

"Lo gak nyadar? Kita beda kasta." jawab Ratu sembari mengunyah brokoli nya.

"Kita sama-sama makan nasi Queen."

Ratu menggerakkan jari telunjuknya ke kanan dan kiri di depan wajah Andrew yang mengartikan No No No.

Andrew menghela napasnya perlahan, dari sekian milyar wanita atau gadis yang make love sama dia. Hanya Ratu yang bisa membuat darahnya berdesir.

Senyum Ratu yang begitu memabukkan.

Tatapan mata Ratu yang seolah menenggelamkannya ke palung laut terdalam.

Tawa Ratu yang selalu terngiang-ngiang di telinganya bagai melodi dari terompet malaikat.

Segala tentang Ratu selalu berhasil membuatnya candu seolah Ratu adalah narkoba.

Dua insan itu keluar lift dengan Ratu yang terus bergelayutan manja di lengan Andrew. Jangan lupakan dua pria berbaju hitam membuntuti mereka. Ya, Ratu memang manja jika bersama teman-temannya. Dia membutuhkan figur Ayah atau kakak yang bisa menyamankan dirinya.

Baru sebentar saja mengenal Andrew tetapi rasanya dia sangat nyaman. Pembawaan Andrew yang lembut membuatnya selalu merasa di butuhkan.

Para karyawati memandang Ratu dengan tatapan sinis, hal itu tak luput dari penglihatan ratu. Bodoh amat!!

"Parkir dimana?" tanya Andrew ketika mereka sudah berada di halaman kantor.

Ratu menunjuk lolmart yang terletak di sebrang kantor Andrew. Lelaki itu  memanggut-manggutkan kepalanya kemudian mengelus pelan kepala Ratu tanpa merusak tatanan indah rambut Ratu.

Ratu pun merasa tersanjung dengan sikap lembut Andrew. Entah kenapa hatinya berdebar kencang melebihi debaran kala bersama Satriyo. What the hell!

Aura cerah terpancar jelas di sekitar tubuh Ratu. Senyum manisnya tak henti-henti terbit dari bibirnya. Senandung lagu cinta ia gumamkan sepanjang siang. Membuat Satriyo yang mengamati wanita itu dari jauh merasa ada yang salah. Satriyo cemburu. Entah pada siapa dan entah kenapa ia tak suka melihat Ratu berekspresi bahagia seperti itu kecuali terhadap dirinya.

Satriyo melangkah perlahan mendekati Ratu. Tangan kirinya bertumpu dimeja Ratu sedangkan tangan kanannya ia letakkan di sandaran kursi Ratu. Posisi seperti ini membuat kehangatan tubuh Satriyo bisa di rasakan oleh Ratu.

Ratu menoleh, mendapati Satriyo yang sedang tersenyum lembut ke arahnya. Tidak ada alasan bagi Ratu untuk tidak membalas senyumannya.

Para karyawan di sana merasa panas atas keintiman mereka berdua. Satriyo mencoba tak peduli, mencoba mengabaikan tatapan sinis untuk Ratu.

Satriyo tau, sikapnya seperti ini akan memberikan dampak buruk untuk kelangsungan kenyamanan Ratu di kantor tetapi mau bagaimana lagi? Ia lebih tak suka jika Ratu bahagia bukan karena dirinya. Terlebih ia sadar bahwa tadi siang Ratu menemui Andrew untuk menghabiskan waktu makan siang bersama. Apa yang telah Andrew lakukan bersama Ratu tadi.

Ck.

"Seru tadi?" bisik Satriyo tepat di telinga Ratu.

Ratu mengangguk sambil tersenyum. Matanya tak beralih sedikitpun dari wajah Satriyo. Pahatan wajah Satriyo seolah-olah Tuhan sedang berbahagia saat itu.

"Lanjutin kerjanya, nanti pulang biar gue antar."

"Motor gue?"

"Tinggal." final Satriyo.

Lelaki tampan itu meninggalkan Ratu yang masih terbengong-bengong di mejanya menatap punggung Satriyo yang hilang di telan pintu.

Seperti janjinya, Satriyo terang-terangan menunggu Ratu di depan lift. Lelaki itu benar-benar tak ingin kehilangan Ratu. Melihatnya dekat dengan Lewis saja sudah membuat telinga Satriyo berasap. Apalagi Andrew yang sebegitu mahal penampilannya. Nyata kalah telak jika Satriyo tidak gesit.

~~~

Ratu menoleh ke belakang ketika mendengar suara deru mobil. Dilihatnya, adik perempuannya turun dengan anggun dari mobil berwarna hitam itu. Ratu tidak melihat jelas siapa lelaki yang duduk di kursi kemudi itu. Tapi Ratu sangat hapal mobil itu.

"Itu mobil bokap lo bukan?" Ratu menyikut perut rata Satriyo membuat lelaki itu mengalihkan pandangannya dari Ratu.

"Mobil begitu kan banyak di jual."

Masa'sih? Tapi gue yakin itu mobil Om Galih. Hah, semoga aja salah. batin Ratu.

"Dari mana?", Ratu mendinginkan wajahnya ketika adiknya-Putri ingin melangkah melewatinya, "Jam segini baru pulang, darimana Put?" lembut tapi tegas Ratu menegur adiknya itu.

Putra saja yang menduduki kelas XII tak pernah sekalipun membandel padahal jika di pikir, Putra itu lelaki. Tetapi anak itu jarang berkumpul dengan temannya bila tak penting.

Sementara Putri? Anak itu selalu saja memancing kemarahan Ratu tanpa umpan.

"Bukan urusan kakak."

Tidak sekali ini Ratu di perlakukan seperti itu oleh Putri. Sering, hingga Ratu hanya bisa mengelus dada.

"Kamu ngelawan kakak! Bagus yaaa."

Satriyo berdiri dari duduknya bergegas menghampiri Ratu, lelaki itu mengelus pelan lengan Ratu. Sementara Ibunya Ratu hanya bisa mengelus dada. Sifat Ratu jika tak suka sangat mirip dengannya dulu. Sifat keras nya, cengeng nya. Tapi dia bersyukur karena Ratu selalu bekerja keras untuk adik-adiknya.

"Terus kenapa? Kakak nggak suka?" nada Putri terdengar meremehkan di telinga yang mendengar, "Kakak nggak berhak atas Putri."

"Putri!!!" suara tinggi itu sukses membuat semua yang berada di ruang tamu menoleh, "Masuk kamar kamu!!" perintahnya.

Itu Putra.

"Aku muak sama kalian!!!" teriak Putri menghentakkan kaki setengah berlari menuju kamarnya.

Ratu menekan kulit di antara kedua alisnya dengan jempolnya. Sangat sulit mengatur adik perempuannya ketimbang adik lelakinya.

Putri adalah anak yang paling dekat dengan Ayah mereka dan semenjak kepergian Ayahnya, Putri seolah berubah drastis. Entah kenapa anak itu.

Ratu hanya takut, kehausan Putri akan kasih sayang seorang Ayah membuatnya tergoda menjadi simpanan om-om.