Raion pria dengan usia 27 tahun, tidak pernah peduli dengan wanita,
sikap acuh nya kepada wanita, membuat banyak orang menyangka bahwa Raion punya gangguan sexual, terlebih lagi Raion tidak pernah berpacaran semasa mudanya.
Malam itu, seorang gadis berteriak kencang ke arah lautan yang berdiri membelakangi Raion, gadis itu menangis, memohon, dan tertawa, dan berteriak lagi setelah melihat Raion
apa dia gila? benak Raion
"uwaaaah" teriak Eliza dan melompat kaget yang membuat keseimbangan tubuhnya tidak cocok dengan gravitasi, namun kaki nya mampu menahan itu
"seharus nya kamu menolong aku, lihat aku hampir saja mati terjatuh kedalam lautan!" ucap Eliza dengan sal-ting ke arah Raion, Raion tidak berkutik sedikit pun
"om, aku tau, hidup mu pasti berat, tapi cobalah untuk bertahan, suatu saat pasti ada keajaiban" lanjut Eliza "lihat aku, meskipun bibi melemparku piring, sepupu sialan itu membenci ku, paman ku ah sudahlah... dan tapi aku masih ingin hidup!" Eliza terus mengoceh
Raion yang bingung melihat Eliza, Raion melihat ke belakang nya untuk memastikan kepada siapa Eliza berbicara
setelah sadar tidak ada satupun makhluk hidup di sekitar mereka, Raion menunjukan dirinya sendiri dengan body language seperti bertanya,
"apakah aku?" seperti itu kiranya
"om kira aku berbicara pada hantu?" ucap Eliza
"om? maksudmu aku?"
"ya, tentu, siapa lagi"
"aku masih 27 tahun, lagi pula aku tidak ada niatan bunuh diri"
"bagi ku, semua pria yang tinggi dan berjalan di malam hari seperti ini, adalah om om" jawab Eliza dengan wajah polos nya
"ah baiklah terserah kamu saja" Raion membalikan badannya dan melangkah meninggalkan Eliza
"tungguuu om!! " teriak Eliza mengikuti Raion
"apa lagi?" Raion menghentikan langkahnya yang membuat Eliza menabrak tubuh Raion dan terpental kecil
"ow oww.., kalau mau berhenti bilang dong" ucap Eliza sambil mengelus keningnya sementara Raion hanya menatap Eliza
Raion menyadari cahaya lampu menerangi Eliza, terlihat jelas raut mukanya, "dia cukup imut" pikir Raion dengan senyum tipis
"apa kah om penguntit?" tanya polos Eliza
"hah? apa maksud mu?" dengan sedikit kaget dan kesal Raion melanjutkan langkahnya
"mungkin dia bukan penguntit" pikir Eliza "om, tunggu!!" Eliza tetap mengikuti Raion
"Apakah om pemburu gadis bayaran?"
"Apakah om adalah om om genit?"
"Apakah om penjual organ tubuh gadis?"
Eliza terus melempar kan pertanyaan yang tidak tidak ke Raion, dan Raion hanya diam menanggapi pertanyaan itu
"Apakah om adalah seorang om om?" tanya Eliza yang mulai kebingungan dengan pertanyaan nya sendiri
lalu Eliza menghentikan langkahnya lantas membuat Raion juga menghentikan langkah kaki nya
"Kenapa?" tanya Raion sambil melihat sekitar nya memastikan tidak ada yang salah
"aku la.." ucapan Eliza terhenti setelah perutnya terlebih dahulu membunyikan suara keras yang menandakan cacing di perutnya sedang berdemo
"uwaahh" teriak Eliza gelisah malu
"suara apa itu, apa om dengar suara?, aku seperti dengar suara, sepertinya dari arah ombak, ah iya suara ombak, dasar ombak, mengagetkan ku saja" lanjut Eliza dengan spontan untuk mengatasi malunya sementara itu Raion hanya mengedipkan kedua matanya berkali kali saat Eliza menatapnya
"apa kamu tau tempat makan dekat sini? aku lapar" tanya Raion sambil tangan kanannya memegang belakang kepala seperti gugup dan bingung
"tentu aku tau, kenapa?" tanya Eliza
"dimana?" tanya balik Raion
"aku akan kasih tau, kalau om kasih aku makan" jawab Eliza dengan senyum kecutnya
sebelum kamu bilang itu sudah pasti aku akan mengajakmu, benak Raion
"baiklah, ayo kita makan" ajak Raion dengan muka datar
"Yes!" jawab Eliza dengan nada riang "ayo ikutin aku" lanjut Eliza
***
"ini dia ramyeon nya" ucap Eliza sambil membawa dua cup sedang berisi ramyeon yang masih panas
"apa ini cukup?" tanya Raion
"apa maksud om? om kira aku sangat kelaparan? tentu saja tidak, satu ramyeon sudah cukup" jawab Eliza dengan muka jutek
setelah mereka menghabiskan ramyeon di sebuah mini market terdekat dari dermaga, mereka diam sejenak melihat pemandangan laut yang sangat gelap seperti tidak berujung
"jadi maksud mu 1 adalah 3 cup ramyeon hm?" tanya Raion dan mengangkat satu alis nya
"sudahlah om, jangan di bahas lagi" Eliza menjawab dengat cemberut namun hatinya senang
"baiklah aku pulang" ucap Raion berdiri dari tempat duduknya
"baiklah, terimakasih atas ramyeonnya, tapi om harus bayar dulu, kasirnya ada didalam" balas Eliza dengan nada yang sopan dan tersenyum senang
sembari menunggu Raion membayar, Eliza gelisah sudah 10 menit Raion tidak keluar, Raion hanya berdiri di depan kasir kebingungan, sementara Eliza mencoba tidak melakukan Eye contact terhadap Raion
namun tanpa sengaja eye contact terjadi, dan Raion melambaikan tangannya memanggil Eliza untuk masuk kedalam
***
"Ada apa?" ucap Eliza
Raion menarik tangan Eliza dan berbisik "Aku tidak membawa dompet ku, jadi bisa kah kamu membayarnya?"
"hah, apa maksud mu?" kaget Eliza dengan suara sedikit keras "jangan bilang om adalah seorang om penguras uang dari gadis malang?" tanya Eliza dengan gaya seakan tak percaya, lalu meraba seluruh tubuh Raion dari atas hingga bawah
"hei, apa yang kamu lakukan?" Raion melangkah mundur
"wah benar benar, om ternyata manusia miskin, payah sekali" ucap Eliza
Raion hanya berdiam dan mengedipkan kedua mata nya berkali kali, mencoba menerima kalimat pahit yang keluar dari mulut gadis yang tidak tau tentang dirinya
"baiklah aku bayar, tapi om harus ganti menjadi 2x lipat" ucap Eliza sambil mengeluarkan dompet dari tas sekolahnya, dan lalu memberi nya ke kasir, meskipun hati Eliza tidak ikhlas untuk membayar
"wah aku benar benar tidak percaya" gerutu Eliza
Setelah selesai dengan pembayaran, diluar mini market terjadi perang kecil antara Raion dan Eliza, mereka saling melempar kesalahan, tidak ada satu pun dari mereka yang mau mengalah
"om pasti sengaja kan?"
"apa maksud mu, aku yang mengajak"
"tapi aku yang bayar, wah benar benar"
"sudah ku bilang akan aku ganti, tapi tidak 2x lipat"
"itu hanya bunga kecil karena om menipu gadis polos seperti ku, lagi pula lihat lah pakaian yang om kenakan, om memakai pakaian mahal, tapi hanya untuk 4 cup ramen... , wahh aku bisa menjadi gila" Eliza yang terus menggerutu, sementara Raion hanya diam melihat Eliza dengan keluh kesahnya
"baik lah, akan aku ganti, selamat malam dan selamat ulang tahun!" Raion sembari melambaikan tangannya dan melangkah meninggalkan Eliza
"Baiklah, aku tunggu, om jangan mengingkar janji, jadilah seperti pria sejati dengan janjinya, aku tidak akan kesal lagi, aku memaafkan mu, karena om hmm type ku" setelah mengucapkan kalimat itu, Eliza membalikan badannya serta menghentakan kecil dengan kakinya hingga tersipu sendiri
***
Di jam yang sama pada suatu gedung dengan cahaya merah dan biru pada backlight R.E.D di kota Seoul, masih ada beberapa orang yang lalu lalang beraktifitas pada malam hari
"tuan Sylvester menghubungi kantor pusat R.E.D, ia ingin bertemu dengan tuan muda Raion" ucap salah seorang pria dengan muka serius dan beberapa kertas di lengannya
"apa maksud mu sekretaris Shin?" tanya seorang pria tua yang sedang duduk di meja nya dengan desk name Direktur utama Park Hyun Ki
"Sepertinya tuan Sylvester sudah mengetahui bahwa tuan muda Raion ada di negeri sini" balas Sekretaris Shin dengan tenang dan sopan
"kata kan padanya, tuan muda Raion sedang tidak bisa menemui tamu" ucap sang Direktur dengan perintahnya
lalu sekretaris Shin meninggalkan ruangan, segera sekretaris Shin menghubungi kantor pusat seperti yang di perintahkan
"Sepertinya Tuan Sylvester belum mengetahui apa yang terjadi pada tuan muda Raion" ucap pelan dari Direktur Park sambil menatap langit malam pada kota Seoul dari kaca jendela kantornya