Chereads / Aesthetics Love / Chapter 6 - Chapter 6

Chapter 6 - Chapter 6

"hari yang melelahkan" keluh Eliza

"Setelah melakukan banyak hal, mulai dari di marahi bibi, audisi yang kacau, bertemu dua pria tampan tapi sedikit gila, hari ini benar benar hari aneh" pikir Eliza

Eliza melihat kotak hitam kecil yang ada di meja belajarnya itu, Eliza lalu membuka kotaknya, terlihat sebuah kalung jenis miltary dog tag

"kalung ini" ucap Eliza

Eliza melihat kalungnya, teringat kembali kenangannya meski samar, namun itu kenangan yang sangat berarti bagi Eliza

*3 tahun yang lalu*

Seragam hitam keluar masuk ruangan, pakaian yang di kenakan ketika sedang berduka, seorang gadis kecil berlari menuju ruangan lainnya, gadis kecil itu adalah Eliza

Eliza menangis tersedu sedu, tidak ada lagi yang tersisa bagi Eliza, ibu Eliza sudah meninggalkan Eliza saat melahirkannya, kini ayahnya meninggalkan Eliza, kepergian ayah Eliza hari itu banyak orang yang berdatangan

Ayah Eliza mati bunuh diri dan di cap sebagai Detektif Korup, Eliza tidak mengerti apa yang terjadi, oleh karena itu, Eliza hanya menangis di ruangan yang kosong, namun Eliza tidak sadar ruangan yang di anggap kosong itu ternyata ada seorang pria sedang tidur di pojokan yang terhalang beberapa meja

"kau menyesal?" ucap pria itu setelah mendengar Eliza menangis

Eliza hanga menganggukan kepalanya, matanya sembab, tidak jelas apa yang dilihat nya saat itu, yang teringat hanya kenangan dirinya bersama sang ayah

Lalu pria itu mendekati Eliza, dia melihat Eliza dari dekat, namun Eliza hanya menundukan kepala, Eliza tidak sanggup melihatkan wajahnya ke pria itu

pria itu berbicara lagi, Eliza hanya memperhatikan gerak bibirnya, lalu pria itu tersenyum sambil mengelus kepala Eliza, dan membari kalung itu

***

"kenapa hanya itu yang ku ingat?, tapi berkat kalung ini, aku menjadi semangat, ini bacaan nya apa ya, hmm" ucap Eliza sambil melihat tulisan yang mulai hilang pada kalung itu

tulisan yang ada di kalung

ライオン

"tidak tau lah, dadah kalung aku tidur dulu" ucap Eliza kepada kalungnya dan kembali meletakannya ke kotak hitam

***

Di kediaman Ed, terlihat Raion duduk di kursi ruangan kerja Ed dengan buku di tangannya, Sylvester yang duduk di sisi meja kerja Ed, sedangkan Ed sedang fokus melakukan pekerjaannya yang ada di layar monitor

"Hidung ku seperti mau patah" ucap Sylvester dengan nada malas

"Kau menabrakan kaca menggunakan hidung mu?" Tanya Ed ke Sylvester meski wajahnya fokus ke layar monitor

"hei, heii, kau meledekku?" bales Sylvester "sibuk sekali sepertinya" tambahnya

"tidak seperti kau yang pengangguran" ketus Raion

"kau dengar itu?" balas Sylvester mendekati diri ke Ed

"ada orang yang tidak sadar dengan posisinya" tambah Sylvester, lalu dibalas dengan helaan nafas Ed dan sedikit senyum

"acch"

Raion melemparkan buku yang sedang di bacanya ke arah Sylvester, lalu Sylvester memukul pelan kepalanya sendiri dan berjalan mendekati Raion, mereka saling tatap menatap dengan tatapan tajam

"Sekretaris Shin?" ucap Ed dalam panggilannya, lantas membuat Sylvester dan Raion serentak melihat ke arah Ed

"apakah Raion ada bersamamu?" Tanya Sekretaris Shin

"Iya dia bersama-ku, ada apa?"

"Tidak apa, Direktur Park menanyakannya"

"oh baiklah" jawab singkat Ed, lalu menutup panggilan

Raion dan Sylvester terdiam untuk sesaat, sementara Ed mendapat panggilan telpon lainnya

"Audisi, apakah audisi mu sudah berakhir?" tanya Sylvester setelah Ed mengakhiri panggilan telponnya

"kemarin sudah berakhir, aku hanya mengadakan-nya 3 hari saja" Jawab Ed

"aku baru saja mau mengikutinya" balas Svlvester sambil memainkan penggaris dengan memutarkan pada jarinya

Sylvester dan Ed terus membicarakan tentang Audisi yang diadakan Ed, hal itu membuat Raion teringat dengan gadis kecil yang menyebutnya sebagai penipu

"aku masih ada hutang padanya" pikir Raion dengan kesal

"No. 122, apakah dia terpilih?" Raion tiba tiba membuka mulutnya untuk bertanya, namun Ed dan Sylvester hanya terdiam bingung

"maksudku, peserta audisimu dengan nomor urut 122, apakah dia lolos?" tanya lagi Raion

"Aku tidak tahu" jawab Ed

"bagaimana bisa tidak tahu" balas Raion tatapan kesal

"kenapa kak Raion menanyakan itu?" tanya Ed

"ti, tidak, tidak apa" balas Raion terbata bata, matanya tidak fokus menatap

Melihat tingkah Raion seperti itu, membuat kedua nya terheran

***

"tuan muda Raion dan Sylvester sedang berada di rumah tuan muda Ed" ucap Sekretaris Shin

"jadi sudah 4 hari mereka disana sejak kekacauan di hari itu" balas Direktur Park

Lalu Direktur Park menyuruh Sekretaris Shin untuk tetap memantau Raion dan Sylvester

***

Di belahan dunia lain, kota moskov terlihat tenang seperti biasanya, jam menandakan pukul 02:00 AM, seorang wanita muda berjalan menghampiri bangunan yang sudah tua, kabut yang seperti asap menyelimuti bangunan itu

Wanita muda itu berjalan perlahan hingga suara sepatu boot yang ia kenakan hanya menimbulkan suara kecil, matanya memperhatikan sekitar bangunan itu, terdapat banyak kotak sampah disisi-sisi gedung

Lalu seorang pria mengenakan topi turun melewati tangga, wanita muda itu menatapnya perlahan, suara langkah kaki pria itu semakin terasa

"itu barangnya?" ucap pria itu sambil melangkah menuruni anak tangga, wanita muda itu memasang ekspresi bingung

"Item 515" lanjut pria itu berbicara, lalu wanita muda itu mengeluarkan barangnya

"ini" ucap singkat wanita muda itu sambil memberikan barangnya

"Setelah 3 tahun sudah, barang ini, item 515, Terimakasih Alexandra Kuzmich, waktunya kita mengubah dunia" ucap pria itu

"Divisi satu, Ketua Carlos Capozzi, sudah memerintahkan anak buahnya untuk memata-matai R.E.D yang berada di Korea" ucap seorang pria yang baru saja datang dengan sebatang rokok di tangannya

"Hm, ada apa dengan kedatangan mu Dewa Kartodirdjo?" jawab Pria itu

"seperti biasa, aku hanya akan memberi informasi menarik, dan ku dengar Zhang Juan juga berada di korea" tambah Dewa

"sepertinya penyebaran item ini akan berjalan lancar" lanjut Dewa

"hahaha" jawab pria itu dengan tawa nya setelah mendengar Dewa

Lalu beberapa orang dengan senjata keluar dari berbagai sisi bangunan itu

Mereka adalah bawahan dan pria itu, dan salah satu orang dengan senjatanya mendekati Alexandra, terjadi keheningan, hanya langkah kaki dari seorang bawahnya itu yang terdengar

"Pergi lah ke korea, hancurkan lah orang itu" ucap Pria dengan topi itu ke Alexandra

"Jika tidak, maka seorang yang di sebelahmu akan mengeluarkan isi otakmu" lanjutnya

***

"Achhew!"

"sepertinya ada yang membecirakan mu" ucap Raion ke Sylvester, Svlvester hanya membalas dengan tatapan bingung

"Aaaaa.. chew!" lanjut Sylvester bersin

Angin laut membuat Sylvester terus menerus bersin, mereka berdua berjalan di tepi pantai, lalu Raion menatap Sylvester

"Tidak apa, aku baik baik saja" ucap Sylvester "Ayo kita cari makan" lanjutnya

Setelah mereka selesai makan, mereka berjalan dan berakhir berdiri di ujung dermaga

"Apakah kamu akan kembali?" tanya Sylvester

"Maksudmu?" jawab Raion

"kembali ke pekerjaan mu"

"aku sedang tidak ingin bekerja"

"aku tidak mengerti, kenapa kamu jadi seperti ini, maksudku, apa yang terjadi pada mu?"

"aku juga tidak mengerti"

"baiklah, ku dengar, kamu amnesia?"

"aku hanya tidak mengingat kejadian 3 tahun lalu itu"

"oke oke" jawab Sylvester dengan nada malas

Setelah lama mereka berdiri, Sylvester pergi meninggalkan Raion, dan Raion hanya tetap diam di ujung dermaga itu, hingga langit langit menjadi hitam dan disinari bintang bintang

Lalu datang seorang gadis kecil bernama Eliza melihat Raion dari kejauhan

"o?.. om?... Om!!!!" teriak Eliza dari jauh dan berlari mendekati Raion, tapi Raion tidak sedikitpun memalingkan wajahnya

"Om, sudah ku duga, pasti kau om, hehe" ucap Eliza sambil memukul pundak Raion

"kamu lagi" jawab Raion singkat

"hehe, om sedang apa?" tanya Eliza sambil melihat laut

"tidak ada"

"ayo kita jalan jalan menyusuri pantai ini, aku bosan"

"ini sudah malam pulang lah"

"tidak mau, ayo" jawab Eliza sambil menarik lengan Raion, dan membuat Raion mengikuti tarikan itu

Lalu mereka berdua berjalan menyusuri pantai, Eliza yang berlari kecil sambil memainkan pasir pantai dengan gembira, seperti anak TK yang sedang bertamasya, sementara Raion hanya melihat Eliza dari belakang, hingga Akhirnya Eliza dan Raion duduk di pinggiran

"itu?" tanya Eliza saat mata nya terpaku melihat sepatu snearkers yang di pakai Raion

"apa?" tanya Raion singkat

"itu di sepatu om" Eliza sembari menunjuk ke arah sepatu sisi sepatu yang tertutup oleh pasir pantai

Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.