Chereads / Masa Mudaku Kisah Cintaku / Chapter 24 - MKC 24 Mager

Chapter 24 - MKC 24 Mager

Gue menyusul mereka dan mendapati mereka tengah duduk di tepian kolam renang.

"Nggi... Edi cees mau ke Menganti bikin konten. Lo ikut kan?" tanya Ana sebelum gue sempat membuka mulut.

Pergi ke pantai Menganti yang berpasir putih itu membutuhkan waktu tiga jam perjalanan pulang pergi dari Prembun. Belum ditambah waktu yang dibutuhkan Edi cees untuk kontennya. Sedang saat ini sudah jam satu siang. Mau sampai rumah jam berapa?

"Enggak Annalia. Gue nggak ikut. Kata orang kalo sedang dilanda mood yang tidak bagus lebih baik hindari pergi ke pantai atau naik gunung. Gue pilih pulang. Oh ya...gue nitip baju di kamar lo ya. Kapan-kapan gue ambil." ucap gue dan pergi. Mengambil sepeda di teras depan, pulang.

Panas terik matahari membuat gue cepat-cepat mengayuh sepeda hingga sampai disebuah perempatan, reflek gue berhenti dengan mengerem mendadak. Jelas gue lihat, diseberang jalan sebuah pemandangan yang menambah hari gue semakin tidak mood.

Dengan mata kepala gue sendiri melihat Andi Munandar duduk bersebelahan bersama seorang cewek sambil suap suapan bakso yang dari tempat gue berada bisa dilihat kepulan asap, tanda masih panas.

Dasar buaya darat cap perempatan, batin gue kesel. Bukan, bukan gue cemburu atau apa, cuman hanya menyakinkan gue tentang ucapan dia waktu itu 'cintaku tak terbatas waktu, tiada lain selain dirimu' hanyalah gombalan murahan dan sebatas syair lagu tanpa makna.

Kesempatan langka ini nggak gue sia-siakan begitu saja. Gue mengambil HP, mengambil foto adegan tersebut beberapa kali lalu mempostingnya di status WA gue. Tidak ketinggalan menulis tagar #awasadabuayadiperempatan.

Setelah cukup puas meyakinkan diri sendiri, jangan pernah sudi berurusan dengan cowok kelas apalagi pakai main perasaan. Gue sampai di rumah penuh keringat, panas menyengat membuat gue mandi peluh.

"Nggi...lo jadi ikut kan?" suara Jono yang entah datang dari mana membuat gue terlonjak kaget. Kapan dia sampai ke rumah gue? Atau dari tadi dia membututi gue?

"Kan tadi gue udah bilang ke Ana, gue nggak ikutan. Lagian kejauhan juga. Apa nggak bisa besok Minggu aja?" sungut gue.

"Bukan karena tadi lihat Andi bareng cewek?" tanya Jono memprovokasi. Fix. Jadi dia tadi membututi gue.

"Pikiran lo ya. Ngapain gue peduli juga anak itu mau apa."

"Kalo gitu ikut gue. Kita buntutin Andi dan ceweknya kemana yuk. Soalnya gue penasaran nih." Jono menyeringai jahil.

Untuk beberapa detik gue cuma benggong. Gue juga penasaran sih. Kemana buaya itu mau pergi bareng ceweknya. Lalu menyadari Jono yang ternyata naik motor matic punya Ana, bukan motor sport dia yang membuat gue illfeel.

"Oke deh." kata gue ragu, tapi rasa penasaran gue jauh lebih besar. "Tapi kalo kejauhan kita pulang loh ya..." imbuh gue.

Setelah itu gue berganti baju santai dan langsung naik ke atas jok belakang, takut kehilanga jejak Andi.

Beruntung, saat kami sampai di samping warung bakso Andi baru selesai makan. Lalu perlahan pergi bersama ceweknya ke Laguna.

"Edi...hari ini lokasi berubah di Laguna. Kalian cepet kesini." telepon Jono ketika kami bersembunyi jauh dari parkiran menuju Laguna, dimana Andi dengan mesra menggandeng ceweknya.

"Serius?" bisik gue tidak percaya.

"Untuk soal membuat konten mendadak Edi adalah ahlinya, Nggi. Dan lo, apa nggak mau ada Andi sebagai objek konten dia?" Jono balas berbisik. Jelas gue lihat ada kilatan kejahilan dari dua mata biru cowok bule ini. Gue yakin otak konten dadakan hari ini bukanlah Edi, melainkan Jonathan Marthies Hyedt disebelah gue ini.

Tidak sampai setengah jam Edi, Ebi, Ana dan Stefie sampai ke lokasi. Jono langsung mengajak Ana dan dua sepupunya dalam sebuah rapat kecil. Sementara gue dan Stefie dibiarkan berdua untuk main sesukanya. Mereka tidak melibatkan gue atau Stefie dalam aksinya kali ini. Itulah rencananya.

"Nggi...kenapa lo nggak pernah ajak gue kalo ke pantai?" oceh Stefie dengan memasang muka kecewa dibuat-buat.

"Baru dua kali ini juga."

"Kalo tiap minggu kita kesini boleh ya?" kali ini Stefie merengek seperti anak kecil baru pernah melihat pasir dan laut.

"Ya...gimana nanti aja Stef. Gue nggak bisa janji. Memangnya di Jakarta lo nggak pernah piknik ke pantai?"

"Pernah sih. Tapi udah lama banget itu pun minta ijin orang tua susahnya minta ampun. Orang tua gue nggak suka laut atau gunung, Nggi." curhat Stefie membuat gue jadi enggak enak sendiri. Ternyata anak ini memang kurang kasih sayang orang tua.

Tidak beberapa lama Stefi sudah ceria lagi dan memaksa gue untuk duduk diam sementara dia mengepang rambut gue. Seriusan, gue jadi merasa sedang main rumah-rumahan tapi di pantai.

Setelah selesai membuat dua buah kepangan rambut di kanan kiri kepala gue, Stefie menyuruh gue untuk berpose aneka gaya yang enggak banget. Kalau bukan karena gue sedang merasa kasihan pada Stefie, gue tidak anak mau melakukan hal konyol macam begini.

Dari kejauhan gue dan Stefie duduk menyaksikan aksi Edi dan kawan-kawan yang serius melakukan aksinya membuat konten dadakan. Ada Andi serta ceweknya yang tengah di wawancarai oleh Jono dan Ebi.

Samar-samar gue melihat kalau cewek yang bersama Andi salah tingkah melihat visual Jono dan Ebi yang kalau kata Stefie itu dua cowok bule super model salah masuk daerah. Gue nggak paham maksudnya apa. Yang jelas Andi juga ikut salah tingkah melihat ceweknya yang salah tingkah itu.

"Lihat deh Nggi...cewek bego mana yang bakalan tetep setia sama Andi saat didepannya ada dua yang lebih keren?" tawa Stefie terpingkal dan memukul-mukul gundukan pasir didepannya.

"Jadi ini semacam uji nyali, begitu?" ujar gue binggung.

"Nggak juga sih. Coba lihat itu...cewek itu kayaknya kurang nyaman diperlakukan begitu rupa sama Jono dan Ebi." tunjuk Stefie ke arah pasangan lain yang juga tengah diwawancarai. 

Ada sekitar lima pasangan yang berhasil kena jaring wawancara spontan oleh Edi dan kawan-kawan. Mayoritas dari mereka terutama ceweknya terpancar rasa terkagum-kagum entah apa maknanya kepada Jono dan Ebi. Duo sableng dari trio kibul yang berwajah malaikat namun berhati penyamun, kalau saja mereka tahu aslinya.

Jam empat sore kami bersiap pulang. Dengan mengindahkan Stefie yang merengek ingin melihat matahari tenggelam di laut selatan.

"Jangan gila dong. Lo nggak bakalan bisa lihat sunset kecuali di Logending." gerutu Ana yang juga ikut kesal, sambil menyeret Stefie masuk ke mobil.

"Kapan kita ke sana?" decit Stefie tidak terima dipaksa masuk mobil.

"Lo ajah yang kesana sendiri. Gue enggak." sembur Ana membanting pintu belakang Fortuner. Lalu berjalan kearah gue di parkiran motor. "Kalian juga masuk mobil. Gue mau jalan pulang bareng si Merah. Telinga gue sakit dengerin ocehan Stefie." sentak Ana kesal. Meminta kunci motor yang dipegang Jono lalu mendorong kami menjauh darinya.

-TBC-

cerita Masa Mudaku Kisah Cintaku versi lengkap hanya ada di Webnovel dengan link berikut ini: https://www.webnovel.com/book/masa-mudaku-kisah-cintaku_19160430606630705

Terima kasih telah membaca. Bagaimana perasaanmu setelah membaca bab ini?

Ada beberapa cara untuk kamu mendukung cerita ini yaitu: Tambahkan cerita ini ke dalam daftar bacaanmu, Untuk semakin meriah kamu bisa menuliskan paragraf komen atau chapter komen sekali pun itu hanya tulisan NEXT, Berikan PS (Power Stone) sebanyak mungkin supaya aku tahu nama kamu telah mendukung cerita ini, Semoga harimu menyenangkan.

Yuk follow akun IG Anggi di @anggisekararum atau di sini https://www.instagram.com/anggisekararum/