Chereads / I.O : ABIGAIL / Chapter 34 - 34. PERCIKAN KEMARAHAN

Chapter 34 - 34. PERCIKAN KEMARAHAN

"Mencintai seseorang tidak harus membuat mu menjadi bodoh"... YUN

xxxxxx

Baru saja Ne ingin menyampaikan ide nya, ia tiba-tiba berbalik dengan cepat. Di pandang nya semua yang ada di sekitar nya. Ada sesuatu yang menganggu fikiran nya.

"Siapa?" Pertanyaan nya membuat Enzo dan Ed terkejut. Mereka bahkan mengikuti kemana arah pandangan nya.

"Apa?" Tanya Enzo ketus. Dia tidak tau Ne berbicara dengan siapa.

Ne meletakkan telunjuk nya di depan bibir nya. Memberi tanda agar mereka tidak berbicara... "Keluarlah" Pandangan nya masih sibuk mencari hal yang tidak pasti.

Hening. Tidak ada jawaban sama sekali. Dengan ragu dia melangkah ke depan, menjauh dari mereka. Di lihat nya sebuah lukisan besar yang berlatarkan para petani di peternakan.

Dia melihat dengan tajam ke arah seorang Laki-laki di sana... "Siapa kamu?"...

Enzo dan Ed yang melihat tingkah nya saling melempar pandangan tak mengerti.

"Keluarlah aku tidak ada waktu. Atau aku akan pergi..." Tubuh nya langsung berbalik. Tetapi tak menunggu lama, gambar di dalam lukisan itu berbicara.

"Tuan Ne???" Suara nya terdengar pelan. Hanya dia yang bisa mendengar itu. Tidak untuk Enzo dan Ed.

Dia tau siapa itu. Suara nya terdengar familiar. Tanpa bertanya lagi... "Huh..." Dia membuang nafas kasar dan langsung berbalik menatap nya... "Apa?" Dengan nada ketus.

"Maaf... Kami kehilangan nya..."Ucapan nya membuat Ne terkejut. Dia mendekatkan wajah nya cepat ke arah lukisan itu.

"APA!!!..." Suara nya membuat Ed langsung berlari ke arah nya. Sedangkan Enzo menajamkan pendengaran nya.

Tau Ed yang ingin mendekat. Dengan segera di hentikan oleh nya... "Tunggu di situ" Perintah nya tegas. Mau tidak mau Ed mengikuti nya.

Semua orang yang berada di ruangan melihat nya bingung... "Apa yang terjadi??" Gumam mereka semua.

"Apa Tuan Ne melakukan hal aneh lagi?" Pertanyaan salah satu dari mereka membuat yang lain menajamkan pandangan nya.

"Hm... Apa dia tidak bisa melakukan nya dengan normal?" Timpal yang lain. Dapat mereka lihat saat ini Ne sedang berbicara pelan ke arah lukisan di depan nya.

Itu bukan pertama kali di lakukan oleh nya. Tidak ada yang tau apa alasan nya. Tetapi, saat Enzo memarahi nya dia hanya akan tersenyum bodoh. Dan mengatakan... "Mereka pemalu" Alasan yang tidak masuk akal sama sekali.

Sedangkan mereka yang berada di luar. Hanya diam tanpa reaksi. Seakan sudah biasa dengan itu. Tentu saja, mereka termasuk orang lama yang sudah faham dengan sifat Ne. Tidak ingin tau lebih banyak.

"Tunggu dulu... Maksud nya? Aku menyuruh mu menjaga nya. Tidak... Tidak... Hanya mengawasi nya. AGH!!! Aku bisa gila..." Ne berbicara dengan pelan.

Sesekali tatapan nya melirik ke arah Enzo... "Sial... Dia sedang mencari tau" Gerutu nya. Ne tau, dia pasti berusaha untuk mendengarkan mereka. Ini gawat, baru saja dia menenangkan Enzo. Sekarang, dia kehilangan semua itu.

Dapat di lihat Ed. Dia pasti membuat kesalahan lagi. Kali ini pasti masalah besar. Kalau tidak, tidak mungkin Ne sampai frustasi begitu. Dia mencoba berjalan perlahan agar Ne tidak menyadari itu. Tentu saja, dia sibuk dengan diri nya sendiri. Hanya saja seseorang yang berada di lukisan menyadari kehadiran nya. Mata nya terkejut menatap ke arah nya. Tetapi, Ne tidak memperhatikan itu.

Tangan nya langsung menggenggam bahu Ne... "Apa kali ini?" Sontak saja Sang Pemilik terlonjak kaget. Jantung nya berdegup tak karuan.

DEG... DEG... DEG... Hening.

Ed dapat mendengar detak jantung nya berdetak cepat... "Dia ini" Bergumam sendiri.

"Mati aku" Maki batin Ne. Dia melempar nya ke arah lain. Sungguh tidak ada yang bisa di lakukan nya.

"Ada yang bisa jelaskan ini?! Dengan nada menuntut. Bahkan Ed makin menguatkan genggaman nya. Dia tidak akan melepaskan Ne dengan mudah.

"Em... Itu... Aku tidak tau" Mengacak rambut nya kasar. Sikap nya itu membuat Enzo langsung berdiri dari tempat nya. Dia tak tahan hanya diam menunggu seperti orang bodoh.

Mereka yang sibuk tidak mengetahui itu. Tetapi, para penjaga yang ada di dalam dan di luar menyadari ekspresi marah milik Tuan nya. Mereka langsung mempersiapkan diri untuk apa yang akan terjadi. Perlahan tapi pasti, Enzo melangkah mendekati mereka semua. Dia bahkan masih memasang pendengaran nya dengan tajam.

"Tidak ada yang mau bicara?" Ed masih tidak menyerah. Ne semakin menunduk kan pandangan nya.

"Apa itu?" Suara Enzo membuat jantung Ne seakan mau lepas. Dia ingin kabur sekarang. Tetapi, Ed dengan polos nya masih menahan nya. Dia tak tau, akan ada badai setelah ini.

Ne tidak mau berbalik sama sekali. Hanya Ed yang melakukan nya dengan tersenyum rendah... "Apa nya?" Balik bertanya tanpa bersalah.

Melihat reaksi biasa nya, membuat Enzo mengepal tangan nya geram... "Kau tau persis apa yang aku tanya nya, Ne!!" Dia menekan bagian akhir kalimat.

Ini tidak bisa di hindar sama sekali. Dia memelas menatap ke arah Laki-laki yang berada di lukisan. Yang di lihat hanya diam, tidak bisa membantu sama sekali.

Ne menarik nafas sebentar. Mencoba untuk tenang. Tetapi, dia tidak bisa menatap lawan bicara nya... "Em... Apa nya? Tidak ada. Ah... Em... Ayo... Aku akan memberitahu mu..."...

"Itu bukan jawaban untuk ku..." Enzo memotong ucapan nya cepat. Mata nya menyala tajam menatap diri nya yang tertutup oleh tubuh Ed.

Ed mencoba memutar badan nya yang menegang. Pasti nya dia melawan itu, tapi Ed lebih kuat dari nya. Ne tidak berani menatap mata Enzo. Dia benar-benar takut saat ini.

"Ne? Aku tidak berbicara dengan angin. Apa Bayi mu datang ke sini?" Dia tidak bisa sabar dengan sikap nya yang seperti itu.

Merasa diri nya di bicara kan Laki-laki yang berada di lukisan mencibir nya dengan kata-kata tak mereka pahami, kecuali Ne. Tentu itu membuat nya semakin takut.

"²Yut (Berhenti)" Ucapan Ne membuat nya langsung diam. Dia langsung menyilangkan tangan nya karena kesal.

"Kau harus tenang. Biar dia bicara dahulu" Ed berusaha menjadi penengah.

Mereka faham, saat ini dia tidak bisa di ajak berbicara dengan normal. Hawa di sekitar mereka belum juga mereda.

"AHK!!! NE BICARA LAH!!! APA KAU BISU!!!" Enzo berteriak dengan nyaring. Bahkan taring nya keluar dengan cepat. Seluruh bangunan langsung bergetar karena nya.

Ne menelan ludah nya dengan kasar. Dia tidak bisa merasakan kaki nya menapak di lantai lagi. Badan nya lemas, ini seperti mencoba bunuh diri secara perlahan. Untung saja Ed masih menahan badan nya. Laki-laki yang berada di lukisan hanya memutar mata nya jengah. Tidak takut sama sekali.

Mereka yang melihat kejadian itu langsung pergi mendekati Enzo. Tidak ada yang tertinggal sama sekali. Kini semua nya sudah berkumpul menjadi satu.

"Tuan tenang lah" Ucap seorang Laki-laki berkepala botak. Tetapi, langsung di balas dengan tatapan membunuh Enzo. Mereka yang melihat itu ketakutan. Bahkan mundur beberapa langkah.

"En? Aku mohon tenang lah. Kau menakuti nya..." Ed mengatakan dengan khawatir. Bukan nya dia tidak tau itu. Wajah Ne berubah menjadi pucat. Sekali lagi, dia tidak dapat menahan emosi nya sama sekali.

"Bisa aku berbicara?" Potong Laki-laki yang di dalam lukisan. Dia tidak tahan dengan sikap mudah emosi milik nya.

Pandangan Ne berbalik dan menggeleng tak setuju. Tapi, dia tak mengindahkan itu... "Aku akan memberitahu semua nya"... Ucap nya lagi.