Rafael masih setia menatap Aby dalam diam. Pandangan nya tak ingin beralih barang sedetikpun. Hera yang melihat itu pun, tak ingin mengganggu moment mereka berdua. Dia hanya bisa diam di belakang nya seperti seorang penjaga tanpa suara.
Saat ini mereka berdua reflek memalingkan pandangan ke arah belakang karena merasakan kehadiran seseorang yang tak seharusnya ada di sana saat ini. Niat hati ingin menghadang dia untuk bertemu Aby namun mereka kalah cepat dari diri nya. Karena saat ini dia sudah mendudukkan diri nya tepat di samping tubuh Aby yang terlelap.
"Ah... Pantas saja anak kesayanganku menjadi tergila-gila. Sekarang aku tau apa alasan nya. Dia memang di karuniai wajah yang cantik. Bahkan Hera yang mempunyai kedudukan tertinggi sekali pun tak dapat melampaui nya..." ucapan nya membuat tubuh mereka menegang.
Mereka dengan cepat mengalihkan pandangan kembali ke arah semula. Tapi baru saja sadar dari keterkejutan kedatangan nya kini mereka lebih terkejut lagi, sebab tangan milik nya dengan lihai mengelus seluruh wajah Aby. Tak ingin membuat kesalahan sedikit pun Rafael mencoba untuk melawan nya dengan kekuatan yang di miliki nya.
Tentu saja dia langsung merasakan nya dan hal itu tak akan berhasil seperti apa yang di lakukan nya dengan orang yang diluar tadi. Mengetahui hal itu tangan nya langsung berhenti. Ia melemparkan pandangan ke arah Rafael dengan wajah tersenyum indah. Tapi Tuhan tau apa maksud dari itu semua. Terkadang hanya dengan tersenyum seperti sekarang, dia bisa langsung membunuh lawan nya tanpa harus mengotori tangan nya sendiri.
"Hm... Kau banyak belajar kali ini..." dengan seketika diri nya sudah berada di depan Rafael. Bukan hanya diri nya saja yang terkejut bahkan Hera sekalipun tak bisa mengikuti gerakan nya saat ini.
"Ah... Apa aku terlalu memanjakan mu?! Hm?..." tangan nya mengusap pipi Rafael perlahan. Badan nya menjadi kaku tak dapat bergerak dengan bebas.
"Aku hanya meminta mu untuk pulang dengan segera tetapi kau membantah nya. Bahkan aku harus mengutus mereka semua hanya untuk membawa mu kembali. Jangan membuat ku bercanda, Malaak Leviathan Rafael!!!..."... mata merah milik nya sampai mengeluarkan darah segar karena ucapan yang penuh penekanaa di setiap kalimat nya.
Hera yang mendengar secara langsung nama lengkap milik Rafael sampai merinding tanpa alasan. Yang di tatap hanya bisa diam tanpa menjawab. Akan tetapi tak lama setelah itu, mata kiri milik nya langsung melakukan hal yang sama seperti milik Rafael. Mengeluarkan darah berwarna lebih pekat lagi dari punya nya. Meskipun darah mereka mengalir keluar, darah itu langsung menghilang tanpa jejak di lantai. Yang tersisa hanya bau amis yang sangat menyengat memenuhi ruangan saat ini.
"Jangan menjadi besar kepala hanya karena kekuatan yang tak sempurna. Kau harus ingat kembali, apa yang pernah kau ucapkan dulu untuk berada di sisi nya. Dan aku minta ini saat nya kau pergi menjauh dari nya. Kau tidak mau bukan, hal yang bukan menjadi "Takdir" nya malah berbalik menyerang ke arah nya? Kau tau, aku tak akan membantu di saat kau sudah kehilangan arah mu tanpa tujuan yang aku suka. Ingat lah, Malaak!!! Kita ini bukan makhluk yang memiliki ego seperti nya. Jangan melibatkan rasa sakit yang di terima nya dulu akan dia rasakan lagi saat bersama mu!!! Jangan melewati batas yang bahkan, Lucifer sendiri tak bisa melakukan nya!!!"...
Semua kata-kata yang keluar dari mulut nya seakan menjadi tombak yang menusuk nya tanpa rasa ampun. Itu semua memang benar. Namun dia tak mau menerima begitu saja. Ia langsung melemparkan pandangan nya ke arah Aby yang setia dalam tidur nya. Rafael dapat mengingat kembali senyuman manis milik Aby yang mampu mendebarkan jantung mati milik nya.
"Rafa..."... lirih Hera. Dia tau semua yang di katakan nya itu benar. Ya. Bukan hanya dia bahkan "Mereka" tau betul apa konsekuensi nya untuk sekedar melihat senyuman milik Aby. Entah kenapa sekarang seakan semua logika itu ingin di tentang nya dan menolak untuk pergi jauh dari nya.
Perlahan-lahan aroma amis itu sedikit memudar. Menandakan Rafael menjadi lebih tenang... "Kau benar!!!" ucapan nya di sambut senyuman kemenangan lawan nya saat ini... "Aku akan kembali saat ini juga. Tapi aku ingin menunggu nya sadar terlebih dahulu baru aku akan pergi. Dan juga kau harus ingat!!! Batasan apa yang kita punya saat semua ini berjalan kembali. Kau tau, bahkan Michael pun tak sanggup mengangkat "Tombak" milik nya hanya untuk membunuh "Seekor Lalat"!!!" balasan sindiran dari Rafael membuat dia langsung membatu.
Sebab dia tau apa maksud dari ucapan nya. Terlebih lagi diri nya membenci ada seseorang yang menyebutkan nama Michael begitu saja. Dia hanya bisa menggeram kesal tanpa bisa membalas itu semua.