Enzo tengah duduk sembari kepala nya menatap ke atas langit. Hari ini cuaca sangat cerah bahkan cahaya indah nya dapat menembus masuk dari sela-sela dahan yang rindang milik nya. Kedua kaki nya di naik kan ke atas meja dengan santai. Mulut nya juga sibuk dengan memakan lolipop. Bukan hanya dia saja, tapi ada dua orang laki-laki lagi yang berada di situ. Yang satu tengah sibuk dengan buku nya. Satu lagi asik mendengarkan musik.
Saat ini mereka tengah berada di taman Academy yang ada di pintu utama. Karena hal tersebut membuat mereka menjadi pusat perhatian semua orang. Mereka yang melewati nya sibuk berbisik rendah dan bahkan ada beberapa orang yang sibuk mengambil foto dari jauh.
Teman Enzo yang berada di sisi kiri nya merasa terusik dengan hal tersebut. Tanpa menutup buku nya, dengan segera dia melemparkan pandangan tajam ke arah mereka yang memperhatikan. Yang di tatap pun bertingkah seolah-olah tak terjadi apapun.
Dia langsung berbalik ke arah Enzo dan yang satu nya secara bergantian. Mereka tengah sibuk dengan aktivitas nya masing-masing tanpa memperdulikan hal tersebut.
Ia mendesah kasar... "Hah!!! Apa tidak ada yang panas?" kode nya untuk mereka. Tapi hanya hening yang di dapat.
Dia menggeleng pelan... "Sebenarnya apa yang ada di kepala kalian!!" gumam nya rendah.
"Ne!!! Buka earphone mu!!!" perintah nya keras. Tentu saja dia tak mendengar... "Hei!!!..." di lempar satu benda kecil seperti batu ke arah nya.
Ne yang mengetahui hal itu dengan cepat menangkap nya... "Ini sakit kalau mengenaiku.."... segera di lepaskan satu earphone nya tanpa mematikan musik miliknya.
"Aku memanggil mu. Disini panas!!!" dengan memutar mata nya ke sekitar seakan memberitahu situasi.
Dia langsung mengikuti... "Enzo. Bangun lah..." tanpa mengalihkan pandangan.
Yang di panggil hanya diam.
"Kita harus pergi" ucapan nya langsung di setujui oleh yang satu lagi.
Di saat mereka baru akan bangkit suara berat Enzo langsung mengurungkan niat mereka.
"Biarkan saja. Jangan di peduli kan..." dengan mata tertutup nya... "Dia belum datang"...
Mereka melempar pandangan satu sama lain tanpa ingin menjawab. Setelah melakukan itu, mereka kembali mendudukkan diri nya dan melanjutkan aktifitas seperti tak terjadi apapun.
Kondisi di sekitar mereka sama sekali tak berubah. Topik yang mereka bicarakan seakan-akan menarik. Bukan nya Enzo tak tau situasi saat itu, ia dapat mendengar semua apa yang mereka bicarakan. Hanya saja dia tak mau mengacaukan pagi indah nya dengan urusan tak penting seperti mereka.
Dengan mata yang masih tertutup tiba-tiba Enzo tersenyum cerah... "Dia datang!!!"...
Setelah itu, dengan segera dia langsung bangkit dari duduk nya dan menatap kedua teman nya bergantian. Walaupun tak saling bicara, mereka tau apa maksud dari tingkah nya. Tanpa menunggu lagi Enzo langsung berjalan dan segera di susul oleh mereka berdua.
------
Enzo berjalan dengan di apit kedua teman nya di samping kanan dan kiri bak pengawal. Sepanjang jalan mereka masih saja di lihat dengan tatapan bermacam-macam.
Enzo memang memiliki kharisma yang sangat kuat dari yang lain nya. Dengan tinggi yang menjulang sampai 198 cm dia terlihat seperti model. Dengan memiliki mata berwarna hitam pekat, hidung yang mancung, serta bibir yang merah alami membuat semua orang terhipnotis setiap kali melihat nya.
Bukan berarti hanya dia saja, tentu saja ke dua teman yang ada di sisi nya pun tak kalah tampan. Dia yang membaca buku tadi memiliki mata berwarna hijau zamrud. Dengan tinggi 190 cm, hidung mancung dan memiliki bibir yang penuh membuat pesona tak terbanting dari Enzo. Hanya saja dia mempunyai bentuk wajah yang lebih garang dari kedua orang itu.
Sedangkan Ne memiliki tinggi badan 189 cm. Dia memiliki tipe wajah yang kecil dengan mulut serta hidung nya seperti di pahat dengan hati-hati. Meskipun begitu, orang-orang lebih takut dengan diri nya sebab dia memiliki mata berwarna merah darah yang menyala. Tak sesuai dengan tampilan wajah imut nya.
Di saat semua orang masih tersihir dengan kedatangan mereka. Dari arah berlawanan ada Aby yang sedang berjalan dengan tertawa ringan bersama yang lainnya. Dengan cepat Enzo berlari ke arah Aby untuk menyapa nya. Semua yang melihat itu sedikit terkejut dan tak rela.
Lay sudah tau ada seseorang yang berlari ke arah mereka sekarang. Tanpa ingin menunggu untuk mendekat, dengan cepat dia berdiri tepat di depan Aby untuk menghalangi nya. Mereka yang tengah asik berbicara langsung terdiam melihat tindakan tiba-tiba nya. Begitupun dengan langkah kaki mereka tak ada niatan untuk bertanya karena mereka pasti tau apa penyebabnya.
Dengan tersenyum manis dia mulai menyapa... "Aby? Selamat Pagi?..."... Ingin rasa nya di tarik kerah baju milik Lay dengan kasar. Tapi dia tak mau merusak pagi Aby dengan hal itu.
Alban dan Yun mencoba untuk tidak memperdulikan. Mereka dengan cepat merangkul tubuh Aby.
Sedangkan Lay menatap nya tajam... "Ini masih pagi!!!" ketus nya.
"Aby? Bagaimana tidur mu? Bicaralah dengan ku. Hm?" sekali lagi. Dia berpura-pura tak menghiraukan Lay.
Semua orang di sekitar mereka berusaha untuk tak bersuara dan mencoba untuk memasang telinga mereka dengan seksama. Teman Enzo saling terkekeh melihat sikap Lay dan Enzo. Sungguh Aby tak ingin ada urusan lagi dengan nya. Apalagi dengan mood yang sebagus ini, ia pun langsung menggenggam tangan Lay berusaha untuk membujuk nya agar tidak bertengkar.
Senyum yang awal nya merekah kini sudah pudar entah kemana. Badan nya mematung. Mata Enzo memanas melihat adegan itu. Dada nya bergemuruh hal yang tak jelas. Ada perasaan sesak yang menghantam dirinya saat ini. Dia masih bisa tersenyum dengan pengabaian Aby tapi tidak sekarang. Tangan itu, ingin rasa nya Enzo mematahkan nya sekarang.
Tau diri nya sedang kesal Ne mengejek nya dengan sengaja... "Haha... Lihat lah Ed... Dia mencoba menyalakan api dengan garam" celetuk Ne dengan riang. Lawan bicara nya mengangguk setuju dan segera memberikan highfive untuk merayakan. Seakan tak memperdulikan Enzo.
"Lay. Ayo pergi..." ajak Aby dan langsung mendorong tubuh Lay untuk berjalan. Ia berniat ingin meninggalkan Enzo begitu saja. Yang di minta hanya bisa menuruti nya dalam diam.
Bukan Enzo nama nya kalau menyerah begitu saja. Dengan segera di tarik nya tangan Aby yang berada di tengah-tengah mereka. Entah karena Alban yang tak memegang nya dengan erat atau Yun yang tidak hati-hati sama sekali. Kini tubuh Aby sudah ada di dekapan Enzo.
Semua orang terkejut tak terkecuali Lay dan Aby. Lay yang di butakan amarah tak terima dengan perlakuan semena-mena nya tanpa ingin menunggu dia langsung melayangkan satu pukulan mentah ke wajah Enzo.
"BUGH!!!" satu pukulan mendarat tepat di pipi kiri nya. Bukan nya dia tak bisa menghidar tapi Enzo sengaja menerima nya. Sebab dia tau, Lay hanya mengincar celah untuk menarik Aby kembali kepada mereka.