Bendahara Abdullah mengetuk pintu kamar anak bungsunya, Tengku Kamariah pada malam harinya setelah sholat isya. Ingin membicarakan apa yang telah dikatakan oleh Datuk Laksamana sebelum pulang, pada siang hari itu.
Begitu pintu dibukakan Bendahara Abdullah berbicara dengan lembut. "Boleh ayah masuk?"
Tengku Kamariah membuka pintu kamarnya lebih lebar lagi. "Silahkan ayah." Ucapnya sambil berjalan masuk lebih dahulu.
Bendahara Abdullah menutup pintu kamar lalu duduk berhadapan dengan anaknya, di lantai beralas permadani dan bantal duduk di dekat meja yang ada di bawah jendela kamar yang masih terbuka lebar. "Sebelumnya ayah mau bertanya. Bukan menuduh. Apa kamu sering berjumpa dengan Baginda?"
Tengku Kamariah memperhatikan Bendahara Abdullah yang sebelumnya mengatakan jika dirinya tidak menuduh. "Apa ayah juga tidak percaya pada saya?!"
"Bukan tidak percaya, Kamariah. Lupakan apa yang dituduhkan kakakmu! Ayah menanyakan hal lain. Apa kamu sering berjumpa dengan Baginda?"