Raja Kecil dan Puan Pong tengah berbincang di taman belakang pada sore menjelang maghrib hari itu, setelah Raja Kecil terus mengikuti ibunya, Puan Pong seperti anak kucing, karena Puan Pong tidak setuju mengenai perjodohan dengan anak Bendahara Abdullah.
"Oh... ibu. Menyimpan dendam itu sangat tidak baik untuk kesehatan jiwa..." Raja Kecil mengatakan hal itu karena sudah tahu rasanya.
"Dia sangat licik, anak kesayangan ibu! Apa pun bisa dilakukan olehnya untuk mengambil tahta kekuasaan yang sah! Seperti yang dulu terjadi pada almarhum ayahmu! Ibu akan menyetujui perjodohan ini, tapi tetaplah berhati-hati dengan segala cara licik yang akan dipergunakan oleh Abdullah!"
Raja Kecil mengangguk. "Baik, ibu. Cil akan waspada!"
Puan Pong tersenyum, mengusap rambut anak kesayangannya itu. "Ayo kita kembali, hari sudah mau maghrib."
"Ya, ayo bu."