Bukit Batu. Pagi hari ke tiga.
Sebelum berangkat menuju tempat pimpinan Belanda, Madi melihat ke seluruh pelabuhan militer itu dari atas geladak Buraq. Hanya tinggal satu hari lagi waktu mereka sebelum melakukan serangan kepada Johor, namun Madi masih berharap para pelaut Bugis mau menepati janji untuk memberikan bantuan.
"Apa pak cik masih memikirkan pelaut Bugis?" Cil datang dari belakang karena merasa Madi masih memikirkan hal itu.
Madi membalik badannya melihat Cil yang terlihat begitu yakin dengan apa yang dikatakannya begitu menginjakkan kaki di Bukit Batu, Bengkalis. "Maafkan pak cik yang masih berharap, Tuanku. Tapi mereka telah berjanji dalam suratnya pada ibunda Tuanku!"
Cil menatap Madi yang jauh lebih tinggi dari dirinya yang masih remaja lima belas tahun. "Tak apa pak cik. Tapi mereka tidak akan pernah datang sampai kapanpun!"
"Bagaimana Tuanku bisa tahu? Apakah Si Hitam yang memberi tahu?"
