Chereads / Chibi Tenshi / Chapter 8 - Who Am I?

Chapter 8 - Who Am I?

Sejak bertemu dengan Hajime, aku selalu numpang sarapan di rumahnya, aku jarang terlambat saat pergi ke sekolah. Hubungan kami hanya sebatas teman dan tetangga saja, tidak ada hal khusus yang terjadi di antara kami berdua.

Suatu ketika, Hajime ingin sekali membuat klub.

Klub yang dia buat terdiri dari klub dengan anggota orang-orang yang aneh yang sebagian besar memang orang yang tidak pandai bersosialisasi (bukan anti sosial tapi kurang bersosialisasi).

Hajime sendiri tahu kalau aku bisa melihat roh dan menjadi seperti penafsir roh. Begitu roh itu tampak tenang dan tidak ada penyesalan lagi, roh itu pergi begitu saja. Ada anggota klub kami bernama Mikasa, dia adalah seorang onmyouji di kuil daerah barat. Dia memiliki mantra untuk memurnikan jiwa.

Kenyataan bahwa aku memiliki kemampuan gaib alias kemampuan spiritual ini tidak bisa diragukan lagi ....

Namun, hal yang kutakutkan nanti adalah ... aku bertemu roh jahat.

Selama ini aku belum menemukan roh jahat yang bisa merasuk bahkan mengancam nyawa seseorang ....

Jika benar-benar ada ... aku ingin menolong keduanya. Melepaskan roh itu dari tubuh yang menjadi inangnya dan menolong orang itu agar tersadar kembali.

Dari apa yang Mikasa ceritakan ... kakeknya sering menemukan hal seperti itu.

Dulu sekali ketika kakeknya Mikasa muda ... dia juga sama menjadi onmyouji seperti dirinya namun, kemampuannya jauh lebih hebat. Katanya, kakeknya Mikasa meninggal saat itu juga karena kerasukan roh.

Kira-kira apa yang terjadi pada nenekku dulunya, ya?

Ayah dan ibuku juga ....

Mereka dengan cepat meninggalkanku.

Membuatku hidup sebatang kara.

Tapi, aku masih bersyukur, ada teman-teman yang baik di dekatku.

****

Sementara aku yang hidup sebatang kara ini takut dengan masa depanku, dan uang untuk hidup semakin menipis ....

Yuji, teman satu klub (klub yang dibangun oleh Hajime) menyarankan untuk bekerja di kedai kopi Tada ... milik saudaranya.

Ichihara Tada, pemilik kedai kopi itu adalah paman Yuji.

[Ichihara Yuji]

Aku masih pemula dan masih sebulan berada di sana.

Pak Tada ramah kepadaku, dan beliau yang mengajari tata cara dan tata krama dalam menyajikan kopi di kedainya.

Walaupun hasil bekerja paruh waktu di sana tidak banyak tapi, syukurlah bisa mencukupi kebutuhan hidupku. Hingga akhirnya aku lulus, dan aku masih bekerja di kedai kopi ini.

Upacara kelulusan saat itu tidak begitu berkesan bagiku hanya biasa saja dan menurutku tidak jauh berbeda dari ucapara kelulusan sebelumnya.

Aku hanya hidup tenang dan tak terlalu terburu-buru untuk menyusul orang tuaku.

Aku ingin menikmati hidup ini lebih lama ....

****

Di hari kelulusan itu, ibu Hajime datang sebagai waliku.

Sedangkan ayahnya datang sebagai walinya.

Mereka mengambil rapot kami berdua, dan rasanya ... tetanggaku sudah seperti saudaraku saja.

Teman-teman satu klub berfoto bersama sebagai kenang-kenangan dan klub itu nantinya akan diteruskan oleh adik kelas kami.

Ya, memang agak aneh kegiatan klub ini ... tapi, hanya kita namai sebagai klub sastra sederhana saja.

Kami berharap, klub yang kami tinggalkan itu bermanfaat bagi generasi penerus kami.

....

Sebenarnya ada kejadian saat sebelum aku masuk ke kedai Tada.

Roh jahat itu benar-benar muncul di dekat orang-orang yang sering kutemui. Ya! intinya mereka kerasukan. Tapi, waktu itu aku masih belum tahu lebih jelasnya kupikir hanya roh yang mampir di tubuh seseorang saja.

Beberapa hari kemudian ....

Seseorang yang kerasukan roh yang ada di sekolah ini meninggal. Kabarnya sih memang siswa kelas 3 dan kematiannya diperkirakan karena serangan jantung karena terlalu giat belajar sampai begadang.

Aku yakin, dia meninggal bukan karena serangan jantung ....

Karena aku melihatnya dengan pasti, walau cuma sekilas.

Andaikan waktu itu aku bisa menolongnya ....

Namun, kemampuan ini masih dikatakan belum begitu berguna, aku tidak punya kemampuan lebih dari ini hanya bisa berteman sepi dengan mereka saja.

Saat kelulusan tiba, aku berusaha untuk lebih jujur, aku menceritakannya pada Mikasa. Tampaknya, di tempat Mikasa adalah tempat yang terbaik untuk melatih kemampuan spiritualku.

'Apakah aku bisa?' aku masih bertanya-tanya pada diriku sendiri.

Mikasa memperkenalkannya pada kakeknya dan kami berlatih bersama ....

*Sebut saja kakek Mikasa yang sekarang bukan kakek kandungnya melainkan adik dari kakek kandungnya. Karena sudah tua, maka dipanggil kakek juga.

Semenjak aku tidak sekolah lagi, aku kerja di kedai kopi Tada dan kalau ada waktu luang ... aku mengembangkan kemampuanku di tempat Mikasa.

Aku memang jarang berada di rumah, bahkan di rumah hanya untuk tempat tidur saja.

Saat aku berlatih keras ....

Kemampuan ini masih belum cukup.

Ada apa dengan diriku ini?

Bahkan aku belum bisa menggunakan mantra shikigami.

Di luar sana ....

Apakah ada orang yang memahami diriku ini?

****

Hari-hariku yang berat hanya demi bisa bertahan hidup tiap hari ....

Malam itu, aku pulang bekerja, aku membuka pintu rumah, dan segera masuk rumah lalu menguncinya rapat-rapat.

Aku segera tidur karena saking capeknya ....

Masih dengan pertanyaan yang sama, 'Apakah ada orang yang memahami diriku ini?'

Saat mataku terpejam beberapa menit kemudian ....

Aku merasakannya, tampak gambaran hitam nan aneh seperti jurang begitu dalam, 'Apakah ini mimpi buruk?'

Aku hanya bisa merasakannya ....

Aku masih tertidur kemudian, tampak cahaya kemilauan yang turun dari langit membisikkan suara ke telingaku ....

Suara yang lirih, seperti seorang laki-laki ....

Sosok itu, sosoknya siapa itu?

'Aku ... memahamimu ... aku menemukanmu setelah sekian lama ... tunggulah, aku akan menemukanmu!'

Aku mendengarnya ... suara lirih itu di kegelapan.

'Siapa?' aku bertanya-tanya, wahai engkau yang memanggilku dengan suara lirih itu?

'Karena aku tahu ... siapa dirimu sebenarnya ....' Cahaya kemilauan itu kemudian memudar menghindar menuju angkasa, saat cahaya kemilauan itu hendak menghilang ... muncul senyuman seseorang yang tertuju padaku.

'Kita akan bertemu lagi ....'

DEG!!

Akhirnya aku terbangun, aku merasa tidurku terganggu hanya karena mimpi itu, aku segera beranjak dari tempat tidur ke dapur dan mengambil segelas air untuk menenangkan diriku.

Kira-kira siapa ya yang memanggil diriku ini?

Di hatiku berkata, suara itu tidak asing di telingaku.

Dia yang mengerti tentangku ... siapa dia?

Kenapa saat aku memikirkannya, mataku hendak berkaca-kaca (aku segera bercermin di cermin yang ada dekat lemari), kenapa aku?

Siapa dia sebenarnya? Dan, siapa aku sebenarnya ...?

Perasaan gundah ini seperti menuntutku mencari diriku yang sebenarnya.

Apa yang ada di dalam diriku ini?

________

Saat hati ini mulai tenang karena kecemasan barusan ....

Kupikir itu hanya sebuah mimpi buruk yang tidak perlu kuingat.

Aku membuka ponselku dan mengecek beberapa orang yang telah mengirimkan pesan.

Sepi seperti biasa tapi, aku malah menghabiskan waktu untuk berbalas pesan dengan Hajime.

"Hajime ... aku ...."

****

To be Continued