[AUTHOR]
"Anggap saja aku sebagai Kakakmu yang ingin memelukmu. Biar kau tidak gugup."
"Ba-baik, Tuan."
Kemudian, Boy memeluknya dengan perlahan dan ia pun mulai menangis.
"Putri, aku merindukanmu. Sangat merindukanmu."
Pelayan tersebut juga ikut meneteskan air matanya. Ia merasa luka yang diderita oleh majikannya, ternyata begitu dalam. Sampai-sampai ia sudah berperan sebagai Putri pun, masih belum cukup untuk mengobati lukanya tersebut. Mungkin, itu karena ia tidak mampu menjangkau hatinya.
"Tuan, kalau Tuan mengizinkan, apa boleh saya masuk ke hati Tuan?"
"Maksudmu?"
"Ini memang kurang ajar, tapi Luka yang Tuan derita cukup dalam. Saya tidak bisa menyembuhkannya, jika hanya menggantikan sosok fisiknya saja. Saya juga ingin menjadi sosok yang mengisi hati, Tuan."
"Kenapa kau sampai berpikiran seperti itu?"
"Ah, maaf. Saya sudah lancang."
"Tidak apa-apa. Katakan saja, apa alasannya?"
