[LUCY]
"Ya ampun. Kamu ini, kok, kaku banget, sih, bicaranya? Yang santai, dong. Paman juga, menanggapinya jangan dengan kalimat yang sederhana seperti itu."
"Tahu, dah, kenapa dia ini. Tadi di perjalanan dia tidak seperti ini. Bahkan, dia tampak bersemangat sekali, karena akan bertemu denganmu setelah sekian lama. Eh, sampai di sini malah gugup seperti itu."
"Mungkin, dia malu bertemu dengan Pamanmu. Karena, dia hampir berantem, kan, sama Pamanmu waktu itu."
Sial, kenapa mereka berdua berbicara seperti itu, sih?
"Oh. Tidak apa-apa, kok. Paman juga sudah melupakannya. Iya, kan, Paman?"
"Itu benar, saya tidak mempermasalahkannya. Saya yakin, waktu itu kamu hanya melakukan apa yang kamu rasa benar. Karena, kamu merasa, saya sudah merenggut sesuatu yang berharga darimu."
"Be-begitu, ya. Terima kasih sudah memaafkan kelancangan saya itu. Waktu itu, saya mengira kalau Anda adalah orang jahat yang mencoba mengganggu hidup saya. Jadi, sekali lagi maafkan saya!"