[LUCY]
Ini kali kedua aku diselamatkan oleh orang ini. Tapi, aku malah membawa petaka bagi mereka. Kali ini aku juga harus bisa melindunginya.
"Terima kasih!"
"Jangan berterima kasih sekarang, aku belum berhasil membawamu pulang."
Aku tersenyum kagum padanya.
"Terakhir kali aku melihatmu tersenyum adalah saat kau bersama Wulan. Ngomong-ngomong, Apa sekarang kau sudah menemukan penggantinya?"
"Iya, dan dia dalam bahaya."
"Kalau begitu kita juga selamatkan dia."
"Dia tidak di sini."
"Maksudmu?"
"Dia dibawa oleh Ayahku ke neraka. Aku ingin menyelamatkannya, tapi mereka datang dan menangkapku."
"Berarti, takdir memang sudah menuliskan jika kita akan bertemu di sini. Aku bisa membawamu pulang dan setelah itu kita selamatkan wanitamu itu."
Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka, ada dua orang yang masuk sambil mengobrol dan mendorong keranjang.
"Sudah waktunya."
Foxy membisikkan sebuah rencana padaku. Lalu, kami bersiap untuk melumpuhkan mereka.
"Sebenarnya apa yang terjadi di fasilitas ini?"
"Ada tahanan monster kabur."
"Hybrid-hybrid itu memang menyusahkan. Aku sangat mengutuk mereka semua. Tapi, aku juga bersyukur, ada organisasi semacam ini untuk mengurus mereka."
"Kau tau, organisasi ini masih rahasia, loh. Kita jangan sampai membocorkan informasi ini ke khalayak publik."
"Tenang saja, aku tahu itu."
"Sekarang!"
Kami berdua langsung menyergap dan membungkam mereka. Salah satu dari mereka melawan, sehingga Foxy tidak ada pilihan lain. Dia melumpuhkannya.
Orang yang aku dekap memberontak, namun aku merasakan keputusasaan darinya. Aku rasa mereka bukan prajurit, mereka hanya petugas kebersihan biasa. Aku pun memilih untuk melepaskannya.
"Lucy, apa yang kau lakukan?"
"Kalian siapa?"
"Jika kau ingin hidup, bawa kami keluar dari sini."
"Lucy?!"
"Dia tidak bersalah. Dia bukan bagian dari mereka. Walau pun aku iblis, aku tidak membunuh sembarang orang."
Wajah Foxy kembali terlihat tenang.
"Baiklah. Maaf atas temanmu."
"Terima kasih, untuk tidak membunuhku."
"Berhenti bicara dan bantu aku urus temanmu ini."
"Baiklah."
***
[FOXY]
Kami keluar ruangan bersama petugas kebersihan ini. Dengan aku yang menyamar jadi temannya, sedangkan Lucy bersembunyi di keranjang sampah. Ditutupi oleh banyak kain bekas baju tahanan. Semoga ini berhasil!
Sejauh ini tidak ada yang mencurigai kami.
Petugas ini sempat berhenti ketika melihat kerumunan prajurit.
"Terus jalan, dan bertindaklah sesuai perintahku. Maka kita aman."
Aku berbisik padanya.
Kami melalui kerumunan prajurit itu, namun ada salah satu dari mereka yang menghadang.
"Tunggu."
"Tetaplah diam."
Prajurit ini mengitari kami dan keranjang sampah ini.
"Kerja bagus."
Aku tidak mengerti, kenapa dia menyeringai.
"Maaf, Pak. Sebenarnya kami sudah tahu kalian ada di dalam sana."
"Apa?!"
Sial! Orang ini ternyata sudah bekerja sama dengan mereka. Hah, Lucy! Kau terlalu baik untuk seorang Hybrid.
"Kau, pergilah!"
"Baik."
Orang ini pergi dan aku ditodong senjata oleh prajurit-prajurit ini. Sial!
"Senior, sebenarnya kau dipihak siapa?"
Anak ini?
"Ternyata kau sudah menduga kalau aku akan membelot. Iya, kan?"
"Awalnya sih, tidak. Tapi, saat ada kabar tahanan lepas, aku langsung menduga itu adalah ulah kau, senior."
Cih!
"Sekarang di mana monster itu?"
Ternyata mereka belum menyadarinya, ya.
"Lucy, keluar dan lawan mereka!"
Tiba-tiba Lucy melompat tinggi dan menghamburkan kain-kain itu. Selagi mereka lengah, aku menghajar mereka satu demi satu.
"Panggil bantuan!"
Sial! Salah satu dari mereka berhasil lolos.
"Rencana kita untuk keluar secara diam-diam telah gagal."
"Maafkan aku!"
"Tidak. Ini bukan salahmu. Meski kita melumpuhkan mereka berdua, kita tetap akan ketahuan. Mereka sudah tahu keberadaan kita."
Mumpung belum datang prajurit lain. Kami pun bergegas pergi.
"Ayo!"
***
Sekarang kami berada di hanggar pesawat dan tengah sembunyi dibalik truk besar. Sambil menyusun rencana.
"Tidak ada pilihan lain, kita harus melawan mereka jika terlibat kontak dengan mereka. Tapi, kita usahakan untuk tidak mencolok. Kita menyelinap menuju salah satu helikopter yang paling dekat."
"Baik."
Kami mengendap-endap, menghindari kontak fisik dengan prajurit yang berjaga. Berhasil. Kami sudah berada di dalam helikopter.
"Apa kau bisa menerbangkan ini?"
"Tentu saja, sebelum ini aku adalah seorang pilot helikopter."
Mesin sudah menyala dan kami siap lepas landas. Namun tiba-tiba...
"Itu mereka, cepat hancurkan saja helikopter itu."
"Baik."
Salah satu dari mereka menembakkan RPG pada kami. Namun, aku bisa bermanuver untuk menghindarinya. Ledakannya cukup kuat sehingga membuat helikopter ini terdorong.
"Sial!"
Aku terus berusaha menyeimbangkan helikopter ini. Akhirnya kami bisa lepas landas, dan pergi dari sini.
"Fasilitas ini cukup dekat dengan pegunungan tempat Ayah dan Ibu tinggal."
"Foxy, alarmnya menyala."
"Sial! Kita dikunci. Bertahanlah."
Aku melakukan berbagai manuver untuk menghindari rudal tersebut. Dan berhasil. Rudal itu meledak di atas tanah.
"Ini Kapten yang bicara. Kalian menyerah saja."
Kapten berbicara lewat komunikasi radio di pesawat ini.
"Tidak akan."
"Baiklah. Terpaksa kami harus melumpuhkan kalian."
"Lucy, sepertinya kita tidak akan bisa lolos dari mereka."
Sial! Mereka menembakkan cukup banyak rudal. Aku terus bermanuver ke kanan dan kiri untuk menghindar. Tapi, sia-sia.
"Lompat!"
Kami berdua melompat dan terjun bebas. Ledakan dari helikopter itu cukup besar. Kami terpisah sangat jauh.
***
[LUCY]
Aku terjun bebas dan jatuh di rerimbunan pohon yang lebat. Tubuhku banyak luka gores. Dan ada satu luka yang cukup besar di bahu kiriku.
"Aagh, sakit."
Sejak saat itu, aku selalu merasakan sakit yang lebih dari biasanya. Meski lukaku tidak begitu parah.
"Foxy! Di mana kau?"
Sial, tadi aku tidak memperhatikan arah jatuhnya di mana. Apa dia masih hidup? Mendapati aku sebagai manusia iblis sudah kesakitan seperti ini, apalagi dia. Tapi...
"Aku harus tetap mencarinya."
Aku berjalan terus ke arah puing-puing helikopter itu jatuh. Semoga saja dia masih hidup! Dan orang-orang berhenti mengejar.
Aku sudah dekat dengan puing-puing helikopter itu. Dan aku bisa merasakan aura Foxy.
"Tidak jauh lagi. Bertahanlah, Foxy!"
Akhirnya aku menemukannya. Kondisinya cukup mengenaskan. Tunggu, aura apa ini yang keluar dari tubuhnya?
Terdengar beberapa helikopter dari arah belakang.
"Sial, mereka tetap mengejar."
Helikopter itu menurunkan beberapa prajurit bersenjata lengkap.
"Foxy, bangunlah! Kita harus pergi dari sini."
Dia terlihat berusaha bangkit, lalu sebuah asap keluar dari tubuhnya. Luka-luka ditubuhnya terlihat memudar. Dan aura iblis mulai aku rasakan darinya. Jangan-jangan dia? Tapi, bagaimana bisa?
"Lucy, sebaiknya kau saja yang pergi. Biar aku yang menahan mereka."
"Tapi, bagaimana caranya kau bisa menahan mereka?"
Dia tersenyum.
"Kau pikir, kenapa namaku Foxy?"
"Jadi, kau..."
"Iya, aku sama sepertimu."
"Tapi, bagaimana kau bisa menyembunyikan aura iblismu itu?"
"Aku dianugerahi oleh dua malaikat, kekuatan untuk menyembunyikan aura iblisku itu."
Ternyata begitu.
"Sekarang, kau pergilah! Temui Ibu dan Ayah. Mereka akan membantumu menyelamatkan kekasihmu itu. Cepat!"
Aku ingin membantunya melawan tapi kondisiku tidak memungkinkan.
"Terima kasih!"
"Benar, ini waktu yang tepat kau bilang terima kasih padaku. Sama-sama teman lamaku."
Dia tersenyum tulus. Wujudnya berubah jadi monster serigala. Lalu, melompat dan menghajar mereka satu persatu.
Aku pergi dengan berlari sekuat yang aku bisa. Aku melihat ke belakang, Foxy masih bisa melawan. Tiba-tiba ada ledakan yang cukup besar di sekitar Foxy, dan dia tersungkur.
Aku berhenti berlari dan menyaksikan Foxy dihujani begitu banyak tembakan dan bom. Sampai aku tidak bisa melihat wujudnya karena tertutup oleh asap tebal. Dan, aura iblisnya melemah.
Aku pun kembali berlari. Pengorbananmu tidak akan kusia-siakan, teman. Terima kasih!
***
Aku sudah terlalu lelah berlari. Sepertinya aku harus istirahat dulu. Aku duduk dan bersandar di pohon besar nan rindang. Luka-lukaku sudah mulai pulih. Tapi, tenagaku masih lemah.
"Ternyata, selain menahan kekuatanku, ruangan itu juga menyerap energiku."
Sial! Manusia-manusia itu perkembangannya sangat cepat dalam mengatasi manusia iblis.
"Siapa di sana?"
Aku merasakan ada beberapa orang yang bersembunyi di balik semak. Dan salah satunya manusia iblis.
"Aku tau kalian di sana. Keluarlah! Apa mau kalian?"
Mereka bertiga keluar.
"Ternyata kau bisa merasakan kami, ya?"
"Jangan-jangan kau itu Hybrid."
"Benar, dan jangan coba-coba melawanku. Aku tidak ingin membunuh kalian."
Aku berdiri dengan susah payah.
"Apa? Apa kau bercanda?"
Mereka tertawa meledekku. Tiba-tiba aku diserang oleh mereka secara bergantian. Aku tidak bisa menghindar dan aku pun terbaring lemah.
"Kau lemah, mama mungkin bisa membunuh kami."
Aku marah dan aku merubah wujudku jadi monster. Menusuk mereka satu per satu hingga tewas.
"Sudah aku bilang jangan melawanku."
"AAAAAKKK, AAAAAGGH..."
Wujudku kembali seperti semula, lalu aku hampir tumbang.
Aku kembali berjalan. Setelah beberapa saat aku melihat rumah kedua orang tua Wulan dan Foxy. Aku semakin mempercepat langkahku.
Mereka berdua ada di sana dan mereka melihatku.
"Suamiku! Lihat!"
"Lucy?!"
"Cepat tolong dia!"
Ayah Wulan berhasil menahan tubuhku.
"Aku menahanmu, Nak."
Lalu, aku hilang kesadaran.
***
"Ibu, Ayah, tolong aku!"