[LUNA]
Entah sudah berapa hari aku dikurung di kurungan besi ini, dan aku sudah sangat lemas karena tidak makan sama sekali. Orang itu memang memberiku makanan, tapi aku tidak sudi untuk memakan makanan yang dia berikan.
"Ini, makan! Kau pasti sangat lapar dan lemas. Jangan sampai kau mati sebelum Lucy datang ke sini."
Aku memalingkan wajahku darinya.
"Ya sudah, mati saja kau! Gadis sialan!"
Aku tidak peduli mau seperti apa perlakuannya padaku.
Perutku kembali berbunyi dan kali ini terasa sangat sakit. Jika saja makanan ini tampilannya terlihat lebih baik dari ini mungkin aku akan memakannya. Makanan ini seperti bubur tapi tanpa pelengkap apa pun. Dan aku tidak tau ini terbuat dari apa.
"Sudahlah, makan saja! Rasanya cukup enak jika sudah masuk ke dalam mulutmu."
Orang ini berbicara seolah tahu apa yang aku pikirkan.
"Kau ini, padahal calon menantuku, tapi sikapmu sangat tidak ramah padaku. Aku sebagai calon mertuamu sudah bersikap baik padamu."
Apa maksudnya?
"Kau punya hubungan dengan Lucy, kan? Asal kau tau, Lucy adalah putraku."
Bukannya Ayahnya mati dibunuh oleh keluarga ibunya? Kenapa dia masih hidup.
"Oh, ternyata Lucy bercerita lain tentangku padamu, ya."
"Kenapa kau bisa tau apa yang aku pikirkan?"
"Aku ini bukan manusia biasa, bukan juga manusia yang dirasuki iblis. Tapi, aku memiliki kekuatan iblis. Sehingga aku bisa memiliki kemampuan membaca pikiran orang lain."
Ternyata begitu.
"Hah, menunggu membuatku mengantuk."
Sepertinya dia terlelap di atas singgasananya.
"Lucy, cepatlah datang dan selamatkan aku!"
Bahkan kali ini suaraku sudah sangat pelan.
***
[LUCY]
Sepertinya monster yang kukalahkan ini adalah yang terakhir, karena tidak ada tanda-tanda monster lain di sini.
Kastil ini ternyata sangat besar dan menjulang tinggi ke langit menyerupai gunung berapi. Awan hitam pekat menyelubungi bagian atas kastil ini.
"Aaaarrrggghhhh!"
Aku sekuat tenaga mendorong pintu gerbang yang sangat besar ini.
"Akhirnya bisa terbuka juga."
Tiba-tiba aku mendengar suara si Raja iblis ini.
"INI ADALAH KASTILKU. DI SINILAH TAHTAKU. DAU KAU AKAN BINASA DI SINI."
"Kau pikir aku tidak akan melawan? Ingatlah lagi, kekuatanmu ada dalam kendaliku."
"DASAR KAU MANUSIA SOMBONG!"
Aku tersenyum puas bisa mengintimidasinya.
"Baiklah. Tunggu aku, Luna!"
***
Sepertinya ini pintu menuju singgasana Raja Iblis. Aku harus hati-hati saat membukanya agar Ayahku tidak mengetahui kedatanganku.
"Luas sekali tempat ini."
Dan benar saja Ayahku berada di singgasana, tapi dia kelihatannya sedang terlelap.
"Bagus. Aku jadi bisa leluasa berada di sini."
"Lucy, kamu kah itu?"
Itu suara Luna dan terndengar sangat lemah.
"Luna, kau di mana?"
"Aku di sini, Lucy."
Sial! Dia dikurung di sebuah kurungan yang menyerupai kurungan burung. Tapi, ini lebih besar. Dan dia tampak lemah.
"Bertahanlah, aku akan mengeluarkanmu."
Kurungan ini tidak ada pintunya. Sial! Bagaimana aku bisa mengeluarkannya?
"HAHAHAHAHA. INI ADALAH PENJARA KHUSUS YANG DIBUAT OLEH KEKUATAN SIHIR. KAU TIDAK AKAN BISA MENGHANCURKANNYA."
"Diam kau!"
"Kamu kenapa Lucy? Aku dari tadi diam saja."
"Bukan kau, tapi iblis yang ada di dalam diriku."
Meski akan sia-sia tapi tidak salahnya aku coba menarik jeruji besi ini dengan tangan iblisku.
"Luna, mundurlah."
Sekuat tenaga aku tarik jeruji besi tersebut.
"AAAAAAARRRRGGGGGHHHH!!"
Bagus jerujinya mulai bengkok.
Tapi tiba-tiba aku terlempar oleh lonjakan energi yang berasal dari kurungan tersebut.
"Sial!"
Ternyata kurungan itu bukanlah kurungan yang bisa dihancurkan oleh kekuatan fisik.
"Hhhhooooaaaaammmmmm! Ada apa ini? Kenapa ada ledakan?"
Sial! Ayahku jadi terbangun gara-gara ledakan tadi.
"Oh, kau sudah datang, putraku."
Dia turun dari singgasananya. Lalu, aku bersiaga siapa tahu dia menyerangku secara tiba-tiba. Aku juga sudah memegang pisau belati yang ada di balik jubahku.
"Tenanglah, Lucy! Ayah tidak akan menyerangmu kali ini. Justru Ayah ingin melakukan perjanjian denganmu."
"Huh?"
"Iya, Lucy. Ayah tidak akan membunuhmu."
Ayah berjalan menembus jerusi besi, masuk ke dalam kurungan Luna. Entah bagaimana dia bisa melakukannya.
"Dan Ayah juga akan melepaskan kekasihmu ini."
"Lucy."
Luna tampak menangis dan ketakutan saat dagunya dipegang oleh Ayah.
"Asal kau menyerahkan dirimu pada Ayah."
Aku sudah tahu apa rencananya. Maka, aku tidak akan melakukannya.
"Tidak akan! Lebih baik aku bertarung denganmu."
Ayah melepaskan dagu Luna dengan kasar sehingga dia kesakitan.
"Awh!"
"Sial! Akan aku patahkan tangan itu."
Tiba-tiba Ayah menghilang dari dalam kurungan itu.
"Kau mencari Ayah, Lucy?"
Dia sudah berada di singgasananya lagi, lalu dia berjalan ke arahku. Namun, dia berhenti di tengah-tengah. Dia berjongkok dan menempelkan kedua telapak tangannya di lantai. Dengan seketika lingkaran dengan pola aneh muncul di lantai yang dia pijak.
"Baiklah. Kalau kau tidak mau menyerahkan dirimu, maka Ayah akan mengambil alih secara paksa."
Di bawahku juga muncul pola aneh yang sama. Tiba-tiba kepalaku terasa sangat sakit dan aku kehilangan kendali.
***
[LUNA]
Lucy terlihat seperti hilang kendali ketika lingkaran aneh muncul di bawahnya. Dia memegang kepalanya dan tampak kesakitan.
"AAAAAARRRRRRGGGGHHHHH!!!"
"Aaah!"
Aku ketakutan ketika Lucy mengeluarkan suara teriakan iblis. Lalu, dia tergeletak lemas dan energi hitam keluar dari tubuhnya. Perlahan energi hitam itu membentuk wujud seekor monster yang mengerikan. Dengan empat tanduk yang mengarah ke belakang, gigi tajam dan mata merah. Dan juga sayap yang besar di punggungnya. Serta ekor menyerupai ekor hewan mamalia.
"Jiwa dan ragaku hanya untukmu, Tuan Lucifer."
"KAU TIDAK BERGUNA. PASUKANKU SUDAH ADA DI LUAR SANA. SEDANGKAN AKU MALAH TERKURUNG DI DALAM TUBUH ANAK INI."
"Maafkan, aku."
"DAN LAGI, ANAK INI BISA MENGENDALIKAN KEKUATANKU. JIKA SAJA KAU TIDAK MENYEGELNYA, DIA PASTI SUDAH MENGALAHKANMU."
Ternyata lingkaran aneh itu untuk menyegel Lucy, agar tidak bisa melawan.
"SAAT INI DIA PUNYA PISAU PENYEGEL IBLIS, YANG DIA SEMBUNYIKAN DI BALIK JUBAHNYA ITU. KAU AMBIL PISAU ITU DAN KAU HANCURKAN PISAU ITU."
"Baiklah."
Orang itu mengambil sebuah pisau yang ada di balik jubah Lucy. Namun, tiba-tiba dia tidak kuasa menahan lonjakan kekuatan pisau tersebut. Dia pun terlempar dan pisau itu menancap di lantai.
"Ternyata pisau itu sudah diberi mantra khusus, agar tidak ada orang lain yang bisa menggunakannya."
"BIARKAN SAJA. SEKARANG BAGAIMANA CARANYA AGAR AKU BISA TERLEPAS DARI KENDALI ANAK INI?"
"Kalau itu, aku bersedia menjadi wadahmu yang baru, Tuan."
"APA KAU YAKIN?"
"Sangat yakin. Meski jiwaku akan lenyap tapi tubuhku tetap bisa melihat kejayaan kita nanti. Dan itu sudah cukup bagiku, Tuan."
"BAIKLAH. PERSIAPKAN RITUAL PEMINDAHAN JIWAKU KE DALAM TUBUHMU. DAN JADIKAN SAJA GADIS ITU SEBAGAI TUMBAL RITUAL INI."
Apa dia bilang? Aku akan dijadikan tumbal?
"Tidak! Aku tidak mau."
Tiba-tiba kurungan ini hilang saat orang itu tiba di hadapanku.
"Kau harus, karena ini salah Lucy sendiri yang tidak mau menuruti Ayahnya."
"Aah, lepaskan aku!"
Dia menyeretku hingga terjatuh. Dia pun merafalkan sesuatu yang tidak aku mengerti. Seketika aku takut dan putus asa. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Melawan pun aku tidak berdaya. Sepertinya ini memang akhir dari hidupku. Aku hanya bisa pasrah sembari melihat Lucy yang tidak bergerak sama sekali. Air mataku mengalir cukup deras.
"Selamat tinggal, Lucy!"