Kei memandang kosong ke kertas yang berisi nomor ponsel Tika.
Entah apa yang merasukinya hingga Kei berpikir untuk menghubungi wanita itu.
Kei menghela napas panjang. Kepalanya jadi sakit dan berdenyut-denyut.
Pikirannya campur aduk. Lebih-lebih lagi tentang Alice.
Kei melajukan mobilnya tak tentu arah. Dirinya tak ingin pulang ke apartemen, tapi juga tak bisa ke kantor Alice karena Alice bersikeras memintanya untuk jangan datang ke kantor.
Sebenarnya ada apa sih sampai Kei tak boleh datang? Kei kan juga harus tau sampai dimana proses perilisan novel terbarunya.
Kei menganggukkan kepalanya dengan cepat, memutuskan akan tetap datang ke kantor Alice.
Menghubungi Tika itu bisa nanti saja. Lagipula Kei juga tidak dekat dengan Tika hingga harus menghubungi wanita itu bertanya kenapa dia tidak masuk kerja.
Kei semakin dalam menginjak gas dan dalam sekejap sudah sampai di kantor Alice.