"Bapak ingin makan siang apa? Biar saya pesankan saja"
Raditya memandang heran ke arah Rey yang sedari tadi hanya diam dan bengong. Entah apa yang sebenarnya ada dalam pikiran atasannya itu.
Bahkan sejak kedatangan Rey ke kantor, raut wajahnya tampak murung. Seperti banyak beban pikiran dan rasanya tak berkesudahan.
"Pak?" Raditya memanggil lagi karena Rey tak kunjung menanggapi.
"Ah iya" jawab Rey seperti orang bingung
"Ada apa?"
Raditya menghela napas.
"Bapak mau makan siang apa? Biar saya pesankan saja. Bapak terlihat sedang banyak pikiran"
Rey tertawa canggung, "Tidak ada apa-apa. Pesankan saya menu biasanya saja"
Raditya mengangguk mengerti lalu pergi dari hadapan Rey dan menghubungi restoran yang sudah menjadi tempat langganan Rey.
Rey memijat pelipisnya yang semakin berdenyut-denyut menyakitkan. Pikirannya benar-benar dipenuhi oleh Rara.