Hari ini adalah hari SV entertainment mengadakan audisi di Jakarta. Aku sudah bersiap menuju tempat audisi dengan celana panjang hitam,hem oversized kotak kotak,dan sepatu putih. Rambut cokelat ku aku biarkan terurai.
Aku menuju ke tempat audisi lebih awal untuk mengambil nomor peserta. Sesampainya disana aku mendapat urutan ke 50 dari beribu ribu orang.
"Hai, kamu dapat urutan ke berapa?" Tanya seseorang.
"Oh ke 50. Kamu?"
"Aku ke 55. Kenalin namaku Erlyn." Ucapnya sambil mengulurkan tangan.
"Oh aku Aerin." Balasku sambil menerima uluran tangannya.
"Kamu masih sekolah? Kelas berapa?"
"Kelas 1 SMA. Kamu?"
"Aku kelas 3 SMA. Good luck ya buat audisi nya semoga lolos."
"Makasih. Good luck too for you."
Setelah menunggu sekian lama, akhirnya nomor urutku dipanggil untuk masuk ke dalam ruang audisi. Aku sedikit gugup ketika ingin memasuki ruang audisi.
Sekarang aku sudah di dalam ruang audisi dan di depan sudah ada para juri yang berasal dari korea.
"Okay, apakah kamu bisa berbahasa korea?" Tanya salah satu juri dalam bahasa Indonesia.
"Tidak, saya hanya bisa berbahasa Inggris." Jawabku mencoba untuk tenang.
"Okay, perkenalkan namamu dalam bahasa inggris."
"Halo, perkenalkan nama saya Aerin Zevara." Ucapku dalam bahasa inggris.
"Apa kemampuan yang kamu miliki untuk menjadi seorang idol?" Tanya juri lain dalam bahasa inggris.
"Saya dapat menyanyi dan melakukan rapp. Juga sedikit dance."
"Tunjukkan kemampuanmu. Lakukan dengan musik inggris lalu korea."
Aku menghela nafas panjang untuk menutupi kegugupanku.
Aku mulai menyanyikan lagu A Whole New World lalu beralih ke lagu Would You Love Me yang menjadi ost dalam drakor i'm not robot. Untuk rapp aku memilih lagu No Brainer-Dj Khaled dan One Of A Kind-G dragon.
Setelah menunjukkan kemampuan ku para juri bertepuk tangan dan tersenyum.
"Kamu benar benar layak untuk menjadi seorang Idol. Suaramu waktu bernyanyi sangat lembut dan berubah menjadi swag ketika kamu melakukan rapp."
"Terimakasih" Aku tersenyum lega mendengar penilaian mereka.
"Selamat kamu diterima menjadi trainee di SV entertainment. Untuk pengurusan silahkan ke staff yang ada di ruang sebelah" Ucap salah satu juri dan memberikan sebuah kartu bertuliskan lolos.
"Tapi menjadi trainee bukan berarti kamu sudah terbebas dari beban. Justru menjadi trainee adalah awal beban hidupmu. Kamu harus sering berlatih dan meningkatkan kemampuanmu. Karena jika kamu tidak mampu menahan beban itu, kamu akan terkalahkan oleh trainee lain dan debutmu akan semakin lama." Jelas juri lain panjang lebar.
"Ya, saya mengerti. Terimakasih." Aku melangkahkan kaki keluar dari ruang audisi dan menangis bahagia. Sungguh aku ingin memeluk keluargaku sekarang. Aku berjalan ke ruang staff sambil menghapus air mataku yang sudah deras daritadi.
___________________________________________________
Sesampainya di kost, aku segera menelepon orang tua ku. Aku sudah tidak sabar memberitahukan mereka tentang hal ini.
"Halo ma."
"Halo. Gimana sama olimpiademu?"
"MA AKU LOLOS" ucapku sedikit berteriak karena terlalu bahagia.
"Wah coba liat sertifikatmu."
Deg.
"Ehm.. belum jadi ma. Kan harus nyetak dulu."
"Oh gitu ya udah selamat ya. Mama bangga sama kamu."
"Papa mana ma?"
"Papa masih lembur. Nanti kalau udah pulang mama kasih tau ke papamu."
"Oke ma."
"Kamu baru pulang?"
"Hehe iya ma."
"Yaudah cepet tidur. Kamu pasti capek."
"Iya ma. Dahh" Aku mematikan telepon dan bersiap siap untuk mandi.
Setelah membersihkan diri,aku merebahkan diri di kasur dan menatap langit langit kamarku. Tak lama kemudian, hp ku bergetar menandakan ada sebuah panggilan masuk.
"Halo?"
"AERINN.. GIMANA AUDISI LO?? LOLOS GAK?? JANGAN BIKIN GUE SEDIH LO YA!!"
"Astaga, Stell tuh mulut lo bisa gak dikecilin sedikit. Sakit nih telinga gue. Gue juga lagi di kost an ntar gue digampar satu kost kalo lo terus teriak malem malem gini."
"Hehe sorry abisnya gue excited. Gimana gimana?"
"Ehm.. lolos."
"Wah beneran?? Widih gue punya temen idol habis ini."
"Masih jadi trainee kali."
"Itu awal yang menjanjikan tau. Terus gimana? Kapan lo ke Korea? Gue mau nitip skincare nih."
"Muke gile."
"Haha becanda baby."
"Ya besok gue mau ngurus semuanya sih. Tadi cuma di data besok disuruh dateng lagi buat ngurus kelanjutan nya. Kalau masalah ke Korea nya kata staff tadi sih 1 minggu lagi."
"Wah daebak emang lo mah. Yaudah cepet pulang kesini gue mau kasih hadiah buat sahabat gue tercinta."
"Oke. Dah lah gue mau bocan dulu. Bye."
"Bye."
___________________________________________________
Setelah semua urusan trainee di Jakarta sudah selesai aku mengemas semua barang-barangku untuk pulang lagi ke kota kelahiranku. Aku sudah sangat merindukan mama,papa,adik ku yang sangat menjengkelkan dan tentunya Stella, sahabat terbaik ku.
Aku mulai menunggu bis yang akan membawaku ke stasiun. Sekitar 15 menit bis itu pun datang dan aku langsung bergegas naik.
Dalam perjalanan di bis dan kereta aku hanya melamun dan tersenyum sendiri. Mengingat bagaimana langkah awalku yang berjalan begitu lancar untuk menjadi seorang idol.
Tingg.. tingg..
Aku membuka ponselku dan melihat ada sebuah notif line dari Stella.
Stella Bucin.
Lo balik jam berapa,Rin?
Ah ini gue lagi di kereta.
Gila lo ya. Pulang gak ngomong-ngomong.
Haha emang niatnya gue ngasih tau lo pas udah mau deket dari sana aja.
Parah lo sama sahabat sendiri.
Haha gue kan mau kasih lo surprise.
Dah ah jangan ngambek.
(Send a photo)

Nih gue kasih foto gue yang paling cantik biar gak ngambek lagi hehe.
Ya udah lo cepet balik. Gua mau beli something dulu. Bye.
Bye.
Setelah membalas line dari Stella, aku memilih untuk tidur sambil mendengarkan musik.
____________________________________________
Hari ini aku sudah sampai di stasiun kota kelahiranku.
"AERIN!!" Teriak seseorang sambil melambaikan tangan nya.
"STELLA??"
"Aerin, gue kangen banget sama lo." Ucapnya sambil memelukku.
"Gue juga beb." Aku membalas pelukannya.
"Gimana nanti kalau lo di Korea. Gak ada yang nemenin gue kemana mana dong."
"Nah kalau gitu, sebelum gue ke Korea kita harus ngehabisin waktu bareng. Lagian mah lo disini juga banyak temen. Yang ada tuh gue yang takut gak ada temen di Korea."
"Tetep aja. Pokoknya nanti kalau lo udah di Korea, pas ada waktu senggang lo harus video call ke gue." Ucapnya sambil mempoutkan bibir dan melepaskan pelukan nya.
"Siap bos."
"Ya udah yuk pulang."
"Yuk."
Aku dan Stella berjalan menuju ke parkiran mobil sambil bercerita tentang audisi dan kehidupanku selama di Jakarta.
Setelah 10 menit perjalanan, aku sudah sampai di depan rumah dan mengajak Stella untuk masuk juga.
"Ma.. Aerin pulang." Ucapku sambil membuka pintu.
"Astaga.. Aerin.. Kamu udah pulang? Kok gak bilang sama mama papa?" Tanya mamaku sambil memeluk ku.
"Iya ma. Biar surprise." Aku tersenyum dan membalas pelukan mamaku.
"Ada Stella? Ayo sini masuk. Kamu juga ikut olimpiade?"
Aku dan Stella saling berpandangan.
"Oh enggak tante. Aku tadi cuma jemput Aerin di stasiun. Aku gak kepilih olimpiade,tante."
"Oh ya udah gak apa. Kamu harus lebih belajar giat lagi. Ya?"
"Iya tante."
"Ehm.. Tante, maaf saya gak bisa lama lama. Soalnya mobil saya mau dipakai kakak buat berangkat kuliah." Pamit Stella
"Oh.. ya udah kalau gitu. Makasih ya udah nganterin pulang Aerin."
"Iya tante sama sama. Rin, gue pulang dulu. Nih hadiah gue buat lo. Kalau bisa lo bawa sekalian ke Korea biar lo inget terus sama gue." Bisik Stella sambil memberikan sebuah kotak.
"Ah.. so sweet banget temen gue. Makasih. Pasti gue bawa ke Korea kok tenang aja."
"Yaudah, gue duluan. Nanti kita bahas jalan-jalan nya di chat aja. Tante,duluan." Pamit Stella sambil menyalimi tangan mama.
"Iya hati-hati" ucapku dan mama secara bersamaan.
Setelah Stella pulang, aku ingin membicarakan tentang keadaan yang sebenarnya kepada mama. Namun, aku mengurungkan niat dan berubah pikiran untuk membicarakan nya nanti pada waktu makan malam bersama.
Ketika selesai makan malam aku memberanikan diri untuk meminta izin kepada mama dan papa tentang kepergianku menjadi trainee di Korea.
"Ma,pa. Ada yang mau Aerin bicarain."
"Bicara apa?" Tanya papa.
"Maaf. Aerin udah bohongin kalian. Jadi, sebenernya aku ke Jakarta itu bukan untuk olimpiade. Tapi aku kesana untuk mengikuti audisi menjadi idol. Aku bohong ke mama sama papa karena aku tau mama sama papa gak bakal ngebolehin aku ikut kalau aku ngomong yang sejujurnya." Jelasku panjang lebar.
"Jadi olimpiade itu cuma bohongan? Kamu juga bohong kalau kamu menang olimpiade?" Tanya papa sedikit mengeras.
"Iya pa. Tapi aku gak bohong tentang kemenangan ku. Aku lolos menjadi trainee dari beribu orang pendaftar. Aku akan berangkat ke Korea minggu depan dan menjalani trainee disana."
"Kamu sudah gila? Kamu kira biaya hidup di Korea murah? Apa kamu punya kenalan disana? Apa kamu bisa bahasa sana? Papa sama mama gak minta kamu sampai keluar negeri buat nyenengin kita. Papa sama mama cuma minta kamu belajar yang bener di sekolah. Supaya kamu besok bisa dapet kerja mapan. Gak usah sok mau ke Korea atau luar negeri." Bentak papa membuat dadaku terasa sesak dan aku mencoba untuk menahan air mataku agar tidak jatuh.
Aku terus meyakinkan papa agar aku diberi izin untuk pergi ke Korea.
"Tapi pa, aku sudah lolos dari audisi dan itu adalah awal yang bagus untuk aku jadi seorang idol."
"Apa perlu papa sobek semua poster dan foto idol korea di kamar kamu? Supaya kamu berhenti menghayal dan sadar diri?"
Jleb.
Aku sudah tidak bisa menahan air mataku untuk jatuh. Dan semakin deras ketika melihat papa benar benar menuju kamarku untuk merobek semua poster dan foto idol kesayanganku.
Sekarang aku sudah tidak bisa berkata apapun. Semangat dan harapanku seketika menghilang.
Mama memeluk ku dan menenangkan ku.
"Mulailah untuk sadar diri." Ucap papa sekilas sambil berjalan keluar kamar.
"Udah jangan nangis. Nanti mama beliin lagi poster sama fotonya. Mama mau ngomong sama papa kamu dulu ya."
"Ma, aku minta tolong ijinin ke papa. Aku mohon ma ini satu-satunya harapan aku."
"Iya nanti mama omongin sama papa. Udah jangan nangis. Cuci muka terus tidur."
"Iya ma."
Aku menatap semua poster dan foto idolaku yang sudah tidak berbentuk. Hatiku sudah benar benar hancur.
"Apa aku harus kabur saja?"
___________________________________________________