Pagi harinya, sesudah kejadian malam itu aku dan papaku tidak bertemu karena papaku selalu berangkat kerja sebelum aku bangun tidur.
"Udah bangun? Ayo sarapan biar kamu semangat di sekolahnya." Ucap mamaku sambil memberiku sepiring nasi goreng.
"Ma, gimana? Papa ngeijinin?" Tanyaku.
"Enggak, papamu tetep khawatir kalau kamu ke Korea. Udah kamu gak usah maksa turutin aja apa kata papa kamu."
"Ma. Gimana mau nurutin sih? Aku udah lolos dari audisi terus aku ngebiarin kesempatan itu gitu?" Ucapku sedikit keras karena aku merasa tidak ada orang yang percaya denganku.
Aku beralih mengambil tempat makan dan memindahkan nasi gorengku disana.
"Aku berangkat dulu. Nasinya aku makan di sekolah." Ucapku berlalu meninggalkan rumah.
Aku berjalan ke halte untuk menunggu bis jemputan. Orang-orang melihatku aneh dan seakan bertanya apa yang terjadi karena daritadi aku menangis sampai mataku terlihat bengkak. Namun, aku tidak peduli dengan tatapan mereka. Sekarang yang ada di otak ku hanya cara bagaimana aku bisa ke Korea tanpa halangan kedua orang tuaku karena 3 hari lagi adalah jadwal keberangkatan para trainee.
Sesampainya di sekolah, aku langsung terduduk lemas di bangku ku sambil memakan nasi goreng.
"Woy.. tumben banget lo-"
"LO KENAPA RIN? SIAPA YANG UDAH GINIIN LO?? PERASAAN KEMARIN LO BAHAGIA DEH" ucap Stella histeris ketika melihat mataku bengkak dan wajahku yang lesu.
Ya, pasalnya meskipun aku punya masalah, aku tidak pernah menangis selama ini dan aku juga tidak pernah menunjukkan nya di sekolah.
"Gue gak di bolehin ke Korea sama mama papa. Malah, poster sama foto idol-idol gue dirobek sama papa. Entahlah, gue capek ngejalani rutinitas yang bahkan gak gue suka sama sekali." Jelasku sambil menutup kotak makan yang sudah habis. Banyak menangis membuatku lapar.
"Terus gimana? Lo mau berhenti sampai sini?"
"Gak. Gue mau kabur. Gue harus tetep ke Korea demi impian gue."
"LO GILA??"
"Udah lah. Gue mau minta tolong lo."
"Apaan?"
"Lo ada uang gak? Gue mau pinjem dulu ntar kalau gue udah ada uang disana bakal gue transfer. Tabungan gue tinggal sedikit soalnya."
"Iya gue pinjemin. Tapi lo yakin mau kabur gitu aja?"
"Gue gak ada pilihan lain. Semoga aja semuanya berjalan lancar. Seenggaknya niat gue udah bener walaupun cara gue yang salah."
"Oh ya, kita ngehabisin waktu di rumah lo aja ya. Gue nginep sana. Menghemat pengeluaran gue."
"Iya dah."
___________________________________________________
Sepulang sekolah, aku dan Stella langsung pulang kerumahnya. Aku mengabari mama dan adik ku lewat line bahwa aku akan tidur di rumah Stella malam ini.
"Kok tumben sepi rumah lo, stell?"
"Iya mama sama papa lagi ada urusan di New York. Kakak gue juga lagi ada kegiatan kampus di Inggris.
"Bi Nem kemana?"
"Dia nginep di rumah saudaranya. Lagi pulang kesini soalnya. Jadi, gue biarin mereka kumpul bareng. Eh, makan yuk. Laper gue."
Aku hanya menganggukkan kepala dan mengikuti Stella ke ruang makan.
Setelah makan, aku dan Stella mulai menghabiskan waktu bersama. Mulai dari berenang, bermain basket, dan memasak pancake.
"Rin, foto yuk buat kenang-kenangan. Nih, lo aja yang pegang hp nya. Pose merem ya biar lucu." Ucap Stella sambil menyodorkan hpnya.
"Oke.. 1.. 2.. 3.."
"Wah.. bagus nih stell.. lucu banget kita." Ucapku sambil melihat hasil foto.
"Iya dong.. kek ulzzang kan kita. Dah yuk kita tidur besok masih sekolah."
Aku dan Stella beranjak ke kasur untuk tidur.
"Goodnight." Ucap Stella sambil mematikan lampu kamar dan menggantinya dengan lampu tidur.
"Too."
___________________________________________________
Jam menunjukkan pukul 7 malam. Besok pagi adalah jadwal keberangkatanku ke Korea. Semua baju,barang-barang,dan hadiah kenang-kenangan dari teman-temanku disini juga sudah aku masukkan ke dalam koper di dalam lemari kayuku agar orang rumah tidak ada yang curiga.
"Aerin, ayo turun. Kita makan malam." Teriak mama dari arah dapur.
"Iya ma."
Aku bergegas turun ke bawah untuk makan malam. Disana sudah ada mama, papa dan juga adik ku.
"Nah udah ayo dimakan." Ucap mama sambil membagikan piring.
Aku menatap mereka lekat lekat.
'Ma,pa maaf ini jalan satu-satunya untuk mengejar impianku' batinku dalam hati.
Aku tersenyum. Mungkin ini adalah terakhir kalinya aku bisa berkumpul bersama mereka sebelum aku ke Korea. Karena aku tidak bisa pulang menemui mereka selama aku menjadi trainee di Korea.
Setelah makan malam, aku mengunci kamar dan menulis surat untuk mama, papa, dan adikku. Aku bersiap siap untuk berangkat ke bandara.
(Pukul 23:00)
Aku mengendap endap turun dari kamar sambil menenteng koper. Aku membuka kunci dan menarik gagang pintu sangat pelan hingga akhirnya aku bisa keluar dari rumah. Aku menaruh kunci tersebut seperti awal dan menguncinya dari dalam.
'Aku akan merindukan kalian'
Aku berjalan ke arah mobil Stella. Karena kemarin, Stella memintaku agar dia yang mengantarkan sampai ke bandara.
"Gimana?" Tanyanya.
"Lancar kok. Udah ayo berangkat."
Aku dan Stella sudah sampai di bandara. Stella menemaniku sampai besok pagi sampai waktunya keberangkatan.
Perhatian, para penumpang pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA328 tujuan Seoul dipersilahkan naik ke pesawat udara melalui pintu A12.
Aku memeluk Stella dan berpamitan.
"Rin, lo jaga diri baik baik ya disana. Kalau ada apa apa telfon ke gue. Gue pasti kangen berat sama lo. Jangan lupain gue ya." Ucap Stella meneteskan air mata.
"Iya, lo juga jaga diri baik baik disini. Gue janji bakal selalu hubungin lo dan gak akan ngelupain lo. Gue juga bakal kangen sama lo, stell." Air mataku sudah tidak dapat lagi dibendung. Mengingat aku harus jauh dari orang yang aku sayang selama bertahun tahun.
Aku melepaskan pelukan Stella.
"Udah. Gue berangkat dulu ya." Pamitku.
"Bye.." Ucap Stella sambil melambaikan tangannya.
"Bye.." Balasku melambaikan tangan kepada Stella dan berjalan menuju pintu yang sudah ditentukan.
'Goodbye Indonesia' aku tersenyum seiring dengan naiknya pesawat.
'See you Stella.. terimakasih udah selalu ada buat aku'
___________________________________________________