Chereads / Menikahimu / Chapter 8 - Pernikahan Tanpa Hati

Chapter 8 - Pernikahan Tanpa Hati

Matahari beranjak tapi dingin menyerang, pagi ini menunjukkan waktu hampir jam sembilan namun Bogor adalah kota hujan, hujan turun tiba-tiba tanpa tanda.

Rafa sangat berhati-hati karena jalanan yang becek, hujan deras namun sebentar saat hujan di musim semi, mentari bersinar lagi.

Pemuda itu membuka lebar kaca mobil dan menghirup bau segar teh yang tertanam subur di tanah Jawa Barat.

Vila besar dan kokoh sudah terlihat bercet putih tulang, susunan batu keramik berwarna hitam di bagian sisi tertentu.

"Oma sampai," ucap Andra, dia mengamati wajah keriput yang penuh dengan uban itu. 'Perjuangan Oma tidaklah mudah, sebisaku aku jangan sampai menyakiti hatinya,' batin Andra, melihat Oma dengan pinaran mata berbinar.

Oma baru saja bangun, mata Oma tiba-tiba terbuka lebar menatap tajam dengan merahnya membuat Andra terkejut dan berkedip-kedip.

"Cepat ganti mandi dan pakai baju pengantin! Langsung nikah!" titah Oma yang tidak sabar.

"Katanya lamaran?!"

"Patuhlah sama Oma."

Andra meneguk ludah mengangguk. Mereka semua turun dari mobil, Oma dibantu dengan Suster Ariana di sisi kanan dan Rafi berlari ke samping Oma sisi kiri, niatnya cari perhatian ke Suster itu.

"Cepat bantu Rafa menurunkan seserahan," titah Oma membuat rencananya gagal.

"Oma, oma kapan kesempatanku," keluh Rafi dia menuruti titah Oma dengan berat hati.

Semuanya sudah siap namun pengantin prianya belum siap, "Andra kaki Oma sudah tidak kuat nih," keluh Oma lalu duduk melempos, Ariana tersenyum.

Rafa datang dengan membawa kursi, "Kotor Oma sini duduk," ujar Rafa membantu Omanya berdiri lalu duduk di kursi plastik.

"Masmu itu lamanya ...." Oma sudah tidak sabar lagi, Aidil lari kesana kemari dengan girangnya, Faisal sibuk menyuapi putranya.

Rafa berlari merangkul ponakkannya lalu menggedongnya, "Ayah capek kalau harus mengejarmu," ujar Rafa, Faisal tersenyum melihat Adiknya pengertian.

Sementara pemuda plontos itu sibuk mengambil foto, dia banyak mencuri foto Ariana, Ariana terlihat bahagia melihat kerukunan keluarga Al Farizi.

"Ya Allah, Andra kok ngalah-ngalahi orang wanita, Oma sampai sampai keluar keringat, Ka, eh, Sal, maksudnya Fi, panggil Mas mu," titah Oma, Rafi menghela napas dan masuk ke Villa.

"Mas ... Mas," Rafi terus memanggil, Andra keluar dari salah satu kamar, Rafi tertawa melihat penampilan berjas putih tapi memakai sarung warna merah cerah.

"Ha ha ha," tawa Rafi memegang perutnya yang terasa mules.

"Jangan bilang Oma, aku lupa bawa celana pernikahnnya, sarung yang baru ya hanya ini. Aduh ...." jelasnya, Rafi menahan tawa lalu menyeret Abangnya keluar.

Semua mata terpesona karena wajahnya, namun semua tertawa ketika melihat sarung yang digunakan Andra. Oma terbelalak berdiri dan memegang jantung.

"Oma jangan pingsan yang pentingkan sah nya Oma," ujar Andra karena cemas, Omanya menjewer telinga Andra sampai merah. "Oma maaf aku pelupa, maaf, faktor U, Oma, Au ...." imbuh Andra.

"Ya sudah ayo, bawa semua! Tunggu Oma memastikan cincinnya dulu," ujar Omanya membuka tas lalu membuka wadah cincin. "Aman," gumamnya.

Langkah mereka pelan menuju rumah yang sangat sederhana namun sangat enak dipandang, rumah sederhana milik Bapak Hadi, tidak ada acara mewah hanya kerabat terdekat.

"Bagaimana Mas? Panas dingin tidak?" tanya Rafa berbisik ke Andra menangguk berjalan merunduk saat melangkah masuk ke rumah itu.

"Assalamualaikum," ucap semua keluarga AlFarizi.

"Wa'alaikumsalam Mbak yu ...." semua tamu saling bersalam-salaman dari arah tirai terdengar mereka menggosipkan sarung merah menyala yang digunakan Andra, Faisal mengelus lengan Kakaknya.

"Aku biasa saja, tapi tanganku dingin dan basah," ujarnya berbisik dengan menggosokkan telapak tangannya ke sarung.

"Aku dulu ya seperti itu Mas, kapan sih Oma merencanakan ini semua?" tanya Faisal. Andra hanya menaikan bahu lalu bersalam-salaman.

"Mari duduk, terima kasih Mbak Tanti sudah mengajukan lamaran waktu itu,

kalau belum Anna pasti sama orang lain, Andra ... terima nanti kekurangan Anna ya ... Jangan kelebihanya saja," ujar Pak Hadi, Andra sedikit malas, wajah yang tidak mengenakkan itu segera dihilangkan Oma, Oma mencubit pahanya.

"Iya Pak sama-sama," ceplos Andra. Rafi, Faisal dan Rafa menahan tawa.

'Aku tidak tau kapan Oma melamarnya, pastas saja aku langsung disuruh nikah, Oma ... Sakit pula cubitannya, Andra jangan memamdang wajah istrimu nanti,bagaimana kalau kamu semakin benci, situasi ini sangat memberatkanku, pusing ... Apa aku pingsan pura-pura ya? Ah malah malu-maluin Oma nanti, huh ....' Batinnya yang tersiksa.

Setelah beberapa menikmati makanan akhirnya penghulu datang.

'Ah pasti gagal, aku kan belum mengurus semuanya, satu suntik kesehatan sebelum nikah, domisili pindah tempat nikah. Pasti masih bisa ditunda,' batinnya sudah tenang.

"Rafa ... Mana kemarin yang kamu urus sama Oma? Bawa kemari berkasnya," ujar Omanya Rafa mengambilkan.

'Oma kenapa tidak lupa ... Padahal sering salah panggil, padahal lupa minum obat juga, lupa kalau Ibunya Aidil sudah meninggal, kan sering lupa ... Kenapa saat begini ingatannya sempurna,' batin Andra meremat sarung.

"Andra jabat tangannya, latihan dulu nih baca," pinta Oma, Andra menatap Omanya dan muncul ide baru.

'Ah, kalau aku sebutin nama yang salah tiga kali kan tidak sah, ah ... Begitulah, Andra kamu memang sangat cerdas, muahc,' batinnya membanggakan diri sendiri.

"Andra jangan sampai salah sebut nama ya, Oma nanti bisa is death disini karna serangan jantung," bisik Omanya, ide Andra tidak berguna setelah Oma mengatakan itu, Andra membaca berkali-kali, semua sudah duduk rumah itu, seserahan sudah tertata rapi.

Peralatan solat yang di bentuk sangat indah pun sudah di depan mata Andra. Andra menjabat tangan penghulu. Penghulu sudah memberikan pertanyaan dan memulai ijab.

"Saya terima nikah dan kawinnya Rosiana Giva Al Husna binti Bapak Hadi dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," ijab Andra sangat cepat dan jelas.

"Sah?" tanya penghulu.

"Sah," jawab saksi serempak Omanya seketika bangun dan sujud syukur, suasana menjadi haru. Omanya bangun.

"Doa setelah pernikahan," titah Oma, penghulu berdoa semua mengamini, Andra hanya fokus melihat kegembiraan dari Oma.

'Oma ... Maafkan aku ....' batin Andra menitihkan air mata. Lalu segera mengusap wajahnya setelah mengamini.

Waktu tidak berselang lama keluarlah istrinya yang dituntun dua pengampit, Anna tanpa make up yang tebal, dia sangat cantik, penampilan yang sangat natural, Rafi menyenggol lengan Andra, namun Andra malas menanggapi sambil memainkan bibirnya terus ngedumel.

Dia merunduk walau istrinya ada di depannya dia tetap merunduk, Omanya mengulurkan tangan Andra, Ana mengecup pungung tangan Andra. Andra sangat ingin menghempas, tapi semua hanya khayalannya, dia tidak berkutik. Faisal meletakkan tangan kiri Andra ke ubun-ubun yang tertutup hijab itu.

'Aku seperti robot,' batinnya, Oma melihat wajah Andra, Oma menginjak kakinya, Andra menatap Oma, Oma semakin melotot, Andra tersenyum paksa kesemua orang, Anna melepaskan sungkemnya, dia sungkem ke Oma, Oma memeluk dan mengecup pipi kanan dan kiri.

'Huh ... Bagaimana ini rasanya ingin kabur,' batin Andra.

Bersambung.