Tempat itu sangat asri, ruangan terbuka, di depan resort itu ada aliran sungai dan bambu kuning. Tirai-tirai sebagai penutup dan dilengkapi dengan dinding kaca. Anna masalah dan Andra meregangkan ototnya, dia menikmati pemandangan luar biasa itu.
"Makan siang datang," ujar salah satu pelayan.
"Ri? Iya kan?" tanya Anna kepada pelayan itu. Pelayan tampan dengan kulit kuning sawo.
"Hai Na ..."
"Oo... Jadi Mas Andra suamimu?" tanya pemuda itu, seketika Anna mengumbar kemesraan saat itu juga Andra hendak melepaskan gandengan tangan Anna, Anna menginjakkan kakinya.
"Iya ... ini suami ku."
"Selamat ya," ujar Rio lalu pergi. Setelah Rio melihat pergi Anna bernapas lega.
"Itu mantan pacar aku, sakit ya maaf," ujar Anna menatap suaminya, Andra terlihat sangat malas untuk memulai makan.
'Anna tidak akan kehabisan ide,' batin wanita cantik itu.
"Pantas saja dia tidak mau kamu berjalan, kamu terlalu ganjen, setiap pria itu tidak suka dengan wanita ganjen," ucapan ringan itu sangat menusuk, Anna berdiri lalu mengambil hp lalu ke sungai.
'Sangat menyebalkan, aku berusaha menyembunyikan perasaan sedih malah begini, Anna la tahzan, Anna ...' batinnya lalu duduk dan merendam kaki.
Andra memulai makan, "Tidak enak Oma ... Aku butuh makanan aku lapar," gumam Andra mengeluh, dia memperhatikan Anna yang duduk menaikan wajah ke langit sambil mengayunkan kaki. "Gengsi dong aku habis ngatain dia tapi sekarang aku lap banget, mana mungkin aku minta dia untuk masak, aduh perutku ...." Andra saat penyakit magnya kambuh.
"Oma ...!" teriak Andra, Anna gadis yang tegar dia kuat walau setelah dikatai dia tidak menangis. Anna berdiri lalu membawa suaminya ke ranjang.
"Kenapa? Lapar?" tanya Anna. "Tunggu," lanjutnya segera pergi ke dapur, Andra bersujud sakit. Setelah 40 menit Anna kembali dengan ikan goreng sambal trasi.
"Nih makan, aku tidak mau di bilang ganjen jadi mandiri, makan sendiri," ujarnya sambil meletakkan piring dengan kasar, Anna akan berjalan ke sungai.
"Makan yuk," ajak Andra terhenti langkah Anna.
"Kayaknya ada yang berbicara deh, makhluk apa ya?" ujarnya meledek sang suami.
"Ayo makan istri," ajak Andra merasa tidak enak karena sudah dimasakkan oleh Anna, Anna membalik arah.
"Kamu ... Bicara sama aku? Wah senengnya ... kayak ketiban kebahagiaan besar," ledek Anna.
"Iya, please deh jangan nyebelin," ujar Andra turun dan makan, Anna memutar musik lalu duduk. Andra tetap diam menikmati masakan istrinya.
"Aku akan membayar makanan buatanmu ini, aku tidak mau berhutang," ujarnya, Anna asik memakan, makanan resto.
"Satu kata tertulis cinta telah merasukiku, tak berwujud hanya memilikiku rasa, Astagfirullah ... Allahumma bariklana." Habis nyanyi Anna menyelesaikan doanya lalu makan.
"Bagaimana masakanku enak?" tanya Anna menaikan Alis, suaminya yang fokus ke ponselnya. Anna menyahut ponsel Andra, wanita itu menoleh sejenak ke suaminya setelah melihat foto pernikahan, Anna lalu mengembalikan ponsel itu ke Andra. Andra menyahut dengan cepat.
"Harusnya ... Ku yang di sana, he he he, aduh kita itu sama, sudah deh ... jangan galau ... lagian istrimu ini tidak jelekkan?" tanya Anna.
"Heh Mas. kamu bisa jatuh cinta dan memberikan segalanya untuk orang yang kamu cintai. Tapi ingat hidup kita itu diatur, buat apa menyesalinya untuk hidup akan maju tidak akan mundur lagi. Jadi terima saja istri ganjen ini, toh aku ganjennya ya ke kamu, malu sih setelah kamu katain tapi ... Kamu hakku dan aku hakmu seutuhnya. Hah ... Kamu diam saja, capek sih ngomong terus tidak di jawab. Paling tidak bisa aku bisa ini majnun dan sangat menyebalkan. Mas ... Hai ..." panggil Anna memaikan jari dua kali sampai bunyi, Andra menoleh ke arah lain karena malas dengan wajah yang datar.
"Aku hanya mau mengingatkan, aku wanita biasa kesabaranku juga bisa berhenti, Jadi ... Seumpama aku pergi ... Jangan pernah menyesal, jika akhirnya aku meninggalkanmu dengan sikapmu yang hanya seperti ini. Karena aku yang sudah tidak tahan, aku berharap aku bisa sabar hidup dengan kamu, menua bersama atau terpisah dengan maut, karena aku sudah menikamimu. Mohon dicatat. Menikahimu! Aku tidak ingin ada perceraian. Aku tidak ingin mengetahui seberapa lama umurku yang tersisa, yang aku tau saat ini aku benar-benar ridho dengan apa yang diberikan Allah kepadaku, suami yang dingin pun aku bersyukur, aku yakin meski pernikahan ini terpaksa, aku juga bisa berpikiran mungkin, nanti kamu akan menduakanku, karena sikap dinginmu dan ketidaksukaanmu kepadaku. Diam dan terus membisu keputusanmu aku tidak akan memaksamu, tapi aku yakin kamu akan mudah cinta kepadaku," kata panjang lebar dari Anna benar-benar menegaskan bahwa dia akan bertahan sekuat hati.
Andra hanya melihatnya, lalu menarik tangan Anna dan meniupnya. "Jangan bicara kepedean," tegur Andra, Anna menahan tawa sambil menaikan alis saat mereka bertemu.
"Jika Allah menghendaki, mudahlah Mas cinta sama aku," kata Anna Ringan.
'Ahai ... Tuh ... Dia baik, tapi memang jutek dan sangat dingin, aku terlalu cerewet sih ha ha ha, my Mas kamu itu manis banget, ya Allah semoga Engkau segera memberikan rasa cinta di hatinya untukku Aamiin,' batin Anna dia terlihat sangat bahagia.
"Tidak sakit sama sekali kenapa ditiup?" ujar Anna, Andra melepaskan lalu berdiri dan pergi, Anna tertawa bahagia.
'Baru kali ini ada yang super aneh, sangat nyebelin, hih ... Heh ... Aku tidak yakin jika pernikahan Nayla akan berakhir, apa dayaku aku masih sangat mencintainya, Nayla datanglah padaku saaat kamu butuh. Semoga pada akhirnya kita akan bersama kembali ke Nayla, harapanku,' batin Andra, lalu menoleh ke belakang dia tidak melihat Anna.
"Alhamdulillah ... Akhirnya aku tidak mendengar suara lebahnya, semua kata seperti ngung dasar aneh," ujarnya lalu bermain air.
Cuaca sangat terik Anna membuka tirai sambil membawa loyang besar. "Hai Mas Quy, coba nih," ucapnya lalu meletakkan di meja, dia merasa gerah dia berjalan menutup pintu lalu melepaskan hijabnya, dia mengikat rambut lurusnya lalu duduk sambil menikmati suasana.
"Ayolah coba," bujuknya Andra segera duduk bersamanya, lalu mencuil roti kukus pandan buatan istrinya. Anna memandang langit cerah sambil menyagunkan kaki ke air.
"Kita harus banyak bersyukur, kita hidup nyaman sedang banyak orang yang tidak punya rumah dan menglandang, ada pengemis yang tabungannya sampai milyar dan masih banyak pula pengemis yang tidak punya apa-apa, Alhamdulillah ... Biarlah aku bicara sendiri, anggap saja radio rusak," ujarnya.
Andra melihat kearahnya, tanpa kancing baju Anna di bagian dada terlepas, terlihatlah bagian yang mengganggu pandangan Andra dan cukup berisi, Anna melihat Andra, melihat pandang yang mengarah ke dadanya, Anna menurunkan pandangan.
"Ah ... Hih ... Mesum," Anna segera menutup dan merasa malu, Andra membuang wajah, dia laki-laki normar datanglah syahwat.
'Tak sengaja melihat. Apa aku telah terpancing, Andra ... Stop, kenapa sangat ... Aduh ... Aduh ....' batinya mulai terpikat sebagai naluri pria normal jelas saja ikhwannya berdiri.
"Lain kali hati-hati, untung hanya aku, coba kalau orang lain yang dosa besar," tegur Andra.
"Iya... Lagian hijabku besar-besar kok, ini tadi ya tidak sengaja. Anginnya kencang," jelasnya. "Tapi... Saya merasa kamu menikmati pemandangan putih dan mulus ini, iya kan?" tambahan menantang.
"Heh ... Aku bisa bayar siapapun yang lebih aduhai untuk melayaniku," jawab Andra ringan.
"Tapi aku yakin kamu tidak seperti itu, aku yakin kamu takut akan dosa, dan tidak ingin mengecewakan Oma," jawab cepat dari Anna, Andra pergi setelah tersenyum miring.
Bersambung.