Kedua wanita berada di dalam satu ruangan, Oma menanti Rafa yang tak kunjung membuka mata. Ariana menemani di samping Oma. Sambil mengaduk makanan yang akan di makan Oma.
"Oma harus makan dulu agar lebih kuat. Kak Rafka pasti tidak suka jika Oma menyiksa diri seperti ini. Oma makan ya aku sudah menyiapkan," bujuk Arina.
"Dia itu sangat mirip dengan bundanya, jika merasa bersalah sedikit dia langsung memikirkan, dan terus terbelenggu akan rasa bersalahnya. Rasanya sedih jika melihatnya seperti itu, dia sering menyalahkan diri sendiri. Dulu menantu saya, selalu tidak Pede, dan mudah berprasaan bersalah. Namun karena suaminya, atau anakku mau memahaminya dan memberi pengertian kepadanya akhirnya seiring waktu menantu ku itu berubah menjadi wanita hebat. Menjadi sosok wanita tegar, bertanggung jawab, apa adanya. Jika ada yang menyalahkan Dia segera mencari kebenarannya. Akupun berharap Rafa akan bisa seperti bundanya." Oma menggenggam tangan yang masih terinfus.
