Keduanya tertawa dalam candaan mobil berhenti di depan halaman yang sangat luas.
"Itu klinik?" tanya Rafi.
"Iya. Menurut kamu, apa?!"
"Judesnya ...." kata Rafi. Dira tersenyum.
"Sebenarnya ayahku sangat ingin membangun rumah sakit sebelum beliau meninggal," kata Rafi terlihat sedih lalu turun. Mendengar itu, Dira merasa ada kesedihan yang tertoreh dari suara Rafi.
Keduanya berjalan bersama, berjalan melintasi taman dari klinik yang persisnya di belakang klinik. Tiga ratus meter terlihat rumah sederhana namun asri.
"Jadi rumah kamu berada persis di belakang klinik? Aku sedikit curiga, apa ini klinik Ayahmu?" tanya Rafi. Belum sampai di jawab oleh Dira ponselnya berdiring.
"Maaf Mas ... aku pergi ke rumah teman Ayah. Om Firman, siapa tau Om Firman bisa bicara dengan Om Zio," kata Rafi, lalu menutup telepon.