Chereads / Children of The Abyss / Chapter 1 - Chapter 01 : Blessed Child

Children of The Abyss

🇮🇩dnl_rks
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 4k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Chapter 01 : Blessed Child

Dirachel Avenir, itulah namaku. Teman-teman biasa memanggilku Dee. Aku tinggal di Kota Fond du Lac, di Amerika Utara. Seperti gadis remaja biasa pada umumnya, aku bersekolah dengan penuh semangat. Kuhabiskan waktu di sekolah dengan belajar, bergaul dengan teman-teman, dan aktif berorganisasi.

Langit sore yang cerah di hari itu menemani perjalanan pulangku dari sekolah. Kukayuh sepeda kesayanganku dengan penuh semangat agar segera sampai di rumah. Dapat kurasakan angin membelai rambut coklat mudaku yang panjang. Letak rumahku tidak terlalu jauh dari sekolahku, hanya sekitar 15 menit bersepeda. Perjalanan singkat itu melewati pemandangan danau besar yang indah, Danau Winnebago.

Kota tempatku tinggal terletak di selatan Danau Winnebago, sekolahku dekat dengan danau itu. Begitupula rumahku, pekarangan belakang rumahku adalah tepian danau. Keluargaku mempunyai perahu kecil yang biasa kami pakai untuk memancing atau sekedar berekreasi.

Aku tinggal bersama kakek dan nenekku. Kedua orang tuaku sering berpergian ke luar negri sejak aku kecil karena tuntutan pekerjaan mereka. Sekarangpun mereka sedang bertugas di Amerika Selatan. Walaupun jarang bertemu langsung dengan mereka, kami tetap sering berkomunikasi melalui video call dan chatting. Sayang saat ini aku tidak diperbolehkan ikut berpergian dengan mereka, padahal aku penasaran seperti apa pekerjaan mereka di lapangan. Aku diminta untuk fokus dengan sekolahku. Mungkin setelah lulus nanti aku bisa ikut bergabung dengan mereka.

Tak terasa, aku sudah sampai di depan rumah. Kumasukkan sepeda putih kesayanganku ke garasi dan bergegas masuk ke rumah utama. Kakek dan nenekku tidak terlihat di ruang tengah tempat biasanya mereka berkumpul setiap sore. Secarik kertas menempel di lemari es, pesan dari kakek dan nenek. Rupanya mereka sedang menghadiri acara perkumpulan lansia bersama teman-teman mereka, beberapa blok dari sini. Mereka akan pulang sekitar jam 7-8 malam nanti.

Sendirian di rumah, bukanlah hal yang aneh bagiku. Walau sudah berumur, kakek dan nenekku aktif mengikuti berbagai macam kegiatan. Mereka sering datang ke perkumpulan dan menggelar acara amal bersama teman-temannya. Mereka masih bugar dan bersemangat. Keluargaku adalah orang-orang aktif yang tidak bisa diam saja di rumah. Begitu juga denganku.

Aku selalu pulang ke rumah lebih awal bukan untuk mengurung diri di kamar, atau berkutat terlalu lama dengan komputer dan gadget canggih. Aku selalu menyempatkan diriku untuk pergi ke danau di belakang rumah. Menikmati pemandangan, memberi makan ikan, atau untuk bertemu dengan temanku. Ya, 'teman'ku, dia tinggal di dasar danau ini.

Konon, terdapat legenda tentang monster penghuni danau ini. Ratusan tahun yang lalu, seekor ikan raksasa sebesar perahu nelayan terdampar di tepian danau. Beruntung makhuk itu dalam keadaan mati. Para penduduk yang penasaran berkumpul untuk melihatnya. Khawatir jika ada warga yang menjadi korban, mereka membelah perut ikan raksasa itu. Tubuh seekor rusa jantan besar ditemukan di dalamnya. Sejak saat itu danau ini terkenal dengan legenda ikan pemakan rusa. Penduduk setempat pun masih percaya kalau masih ada keturunan ikan raksasa legenda tersebut yang masih hidup sampai saat ini.

Apa yang mereka percayai itu tidak sepenuhnya salah. Monster ikan raksasa yang terdampar ratusan tahun yang lalu itu sebenarnya adalah seekor ikan istimewa. Tidak hanya keturunannya saja, para ikan istimewa itu sekarangpun masih tinggal di danau ini. Berenang dengan bebas dan bersembunyi dari manusia dalam goa bawah air. 'Teman'ku adalah salah satunya.

Kulihat ke arah danau di belakang rumahku, ada gelembung udara besar yang muncul. Aku berlari menuju limbung kapal, mendekati gelembung itu.

"Kimi!", kupanggil nama temanku. Dalam bahasa penduduk asli Amerika, Kimi berarti 'rahasia'.

Bayangan ikan besar berwarna putih samar-samar terlihat dari dalam air danau yang berwana hijau kebiruan itu. Gelembung udara bermunculan di atasnya. Aku melepas pakaian luarku dan menjatuhkan diri ke dalam air. Di bawah sana seekor ikan Sturgeon besar berenang mengitariku. Ukuran Kimi tidak cukup besar untuk menelan seekor rusa seperti pada cerita legenda, panjangnya hanya sekitar dua kali tinggiku saja. Tapi tenang saja, Kimi bukan hewan pemakan manusia atau rusa seperti pada legenda.

"Dee! Kemarin aku menemukan sesuatu yang mencurigakan di tengah sana. Ada yang melempar batu berwarna ungu ke dalam air. Batu itu terus menyala setiap malam dan mengeluarkan aura yang aneh. Mau memeriksanya?"

"Mengeluarkan aura yang aneh? Itu bukan alat elektronik manusia untuk penelitian seperti biasanya?"

"Bukan, bukan, ini berbeda. Tidak seperti alat buatan manusia. Batu itu hanya menyala kalau matahari sudah terbenam dan seperti memanggil kami untuk berkumpul di sekitarnya."

"Hmm... menarik, ayo kita lihat!"

Ini adalah salah satu dari kemampuanku yang kusembunyikan dari orang lain. Aku bisa berkomunikasi dengan hewan air, tetapi hanya pada hewan istimewa saja. Aku tidak bisa berbicara dengan ikan kecil peliharaan atau ikan yang biasa ditangkap untuk dimakan, hanya pada hewan air berumur ratusan tahun yang 'spesial' saja. Seperti temanku Kimi, umurnya sudah lebih dari 300 tahun, dan ia mendapat berkat dari Water Spirit.

Berenang dan menyelam ke dalam air tanpa alat bantu adalah hal biasa bagiku. Aku tidak takut tenggelam, tidak takut juga kehabisan nafas di dalam air. Bernafas dan bergerak bebas di dalam air adalah kemampuanku yang lain. Seperti putri duyung Ariel dalam cerita Putri-Putri Disney, hanya saja kedua kakiku tidak berubah menjadi sirip ikan. Mungkin aku juga mendapat berkat dari Water Spirit seperti Kimi.

"Rasanya di sekitar sini...", Kimi berhenti berenang dan mulai mengaduk lumpur di dasar danau dengan moncongnya. Dia mencari kristal yang dimaksud. Aku melihat sekitar. Tidak ada satupun benda yang terlihat seperti kristal berwarna ungu.

"Apa sudah terbawa arus ya... Kemarin masih ada di sini", ikan besar itu menyisir dasar danau. Dari kejauhan aku melihat ada benda yang berkilau diantara tanaman air. Apakah itu kristal yang dimaksud?

"Kimi, apa itu kristalnya?", aku menunjuk ke arah benda itu.

"Oh iya! Itu dia! Ayo kesana!"

Baru saja kami akan berenang kesana, sesosok bayangan hitam datang dan mengambil benda itu. Begitu cepat sehingga kami tidak sempat melihat detail wujudnya. Bayangan besar itu pergi dan menghilang begitu saja.

"Lho! Siapa itu? Temanmu, Kimi?"

"Bukan, itu bukan dari bangsa kami"

Mendengar pernyataan Kimi, aku sadar makhluk asing itu bisa saja berbahaya bagi kami. Tubuh besar Kimi mengitariku, dia melindungiku. Dengan waspada, kami melihat ke sekitar. Tidak ada tanda-tanda makhluk itu lagi.

"Sepertinya dia sudah pergi"

"Iya, sebaiknya kamu segera kembali ke daratan, Dee."

Kimi mengantarku pulang sampai ke belakang rumahku. Dia menjagaku dan memastikan makhluk tadi tidak mengikuti kami. Setelah naik ke darat dan mengambil sisa pakaianku di limbung kapal, kami berbincang sebentar.

"Kenapa bisa ada makhluk asing di danau ini ya?"

"Entahlah... Aku hapal benar siapa-siapa yang tinggal di danau ini dan siapa saja yang suka berkunjung kesini. Mungkin dia terpanggil oleh kristal itu, atau ada yang sengaja membawanya kesini."

"Oh iya, katamu tadi kristal itu seperti memanggilmu?"

"Iya, tapi hanya ketika kristal itu sedang bersinar. Kalau seperti tadi, kristal itu tidak mengeluarkan apa-apa. Seperti batu biasa."

"Hmm... apa mungkin makhluk itu yang membawa kristalnya ke danau ini?"

"Mungkin... Dee, sebaiknya kamu jangan masuk ke danau dulu. Aku akan bertanya pada teman-teman dan mencari tahu soal makhluk itu."

"Baik, hati-hati ya Kimi!"

Kami berpisah, Kimi kembali ke dalam danau dan aku kembali ke rumahku. Sore ini akan segera berakhir, udara mulai berubah dingin. Kulihat matahari terbenam dari dalam jendela rumahku. Kakek dan nenekku masih belum pulang.

Aku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, kucoba mengingat wujud makhluk asing itu. Bayangannya berwarna hitam, bentuk tubuhnya tidak seperti ikan pada umumnya, dan ukurannya tidak lebih besar dari Kimi. Gerakannya lincah dan bisa berenang cepat. Aku penasaran hewan seperti apa... atau makhluk seperti apakah itu.

Kusiapkan makan malam di teras belakang rumahku. Aku menikmati makananku sambil melihat suasana danau di malam hari. Kulihat rumah tetanggaku yang sering disewakan untuk umum sedang mengadakan pesta barbeque. Halaman belakangnya ramai oleh pemuda-pemudi. Wangi daging berbumbu yang mereka masak sampai tercium kesini.

Aku mendengar suara mobil dari depan rumahku, kakek dan nenekku sudah pulang. Kusambut mereka dan kubantu bawakan barang-barang yang mereka bawa.

"Kakek! Nenek! Selamat datang!"

"Dee! Maaf kami meninggalkanmu sendiri, kamu sudah makan?"

"Sudah nek, baru saja aku selesai makan malam"

"Ooh, jangan khawatir kalau masih merasa lapar, kami bawa banyak makanan untukmu, Nak!"

"Aduh aku masih kenyang nek, kita simpan untuk besok saja ya"

"Iya, kami juga tidak mungkin menghabiskan makanan sebanyak ini. Mungkin baru bisa habis seminggu lagi. Hahahaha"

Kakek dan nenekku tertawa. Nenekku membawakanku banyak makanan, beliau takut aku masih merasa lapar. Ada pizza, mac & cheese, cookies, dan cheese cake. Sayangnya aku baru saja selesai makan. Aku bersyukur bisa merasakan kasih sayang mereka. Menjadi cucu satu-satunya kadang membuat mereka jadi sering memanjakanku.

Kami berbincang mengenai bagaimana hari ini dilewatkan. Mereka bercerita betapa menyenangkannya berkumpul bersama teman-temannya. Akupun bercerita bagaimana aku bermain dengan temanku Kimi. Tentu saja aku tidak pernah menyebutkan bahwa Kimi adalah seekor ikan. Aku juga melewatkan bagian dimana kami bertemu dengan makhluk misterius di bawah danau. Aku tidak ingin mereka tahu soal rahasiaku. Malam semakin larut, kami kembali ke kamar masing-masing untuk istirahat. Aku tidak sabar ingin bertemu kembali dengan Kimi esok sepulang sekolah.

Hari selanjutnya pun tiba, aku berangkat ke sekolah dan menjalani kehidupan remaja seperti biasa. Setelah semua kegiatan di sekolah selesai, aku segera pulang ke rumah. Kulihat ada mobil polisi yang parkir di depan rumah tetanggaku. Beberapa warga berkumpul disana, kulihat ada kakekku juga di kerumunan warga.

"Dee, ayo kemari!", nenekku memanggil.

"Iya nek!", aku mengurungkan diri untuk menyusul kakekku ke rumah itu.

Air muka nenekku tampak muram. Ia bercerita tentang apa yang diketahuinya mengenai penyebab ramainya polisi di rumah tetangga kami.

"Dee, ada kecelakaan tadi malam. Dua orang tenggelam di tengah Danau karena perahu mereka rusak. Kamu sebaiknya jangan bermain ke danau dulu ya!"

"Hah!? Ada yang tenggelam di danau? Lalu kondis mereka sekarang bagaimana?"

"Mereka sudah meninggal..."

Nenekku bilang ada sepasang pemuda-pemudi yang tenggelam tadi malam di danau. Korban adalah bagian dari rombongan penyewa rumah tetangga kami. Tadi malam mereka mengadakan pesta barbeque. Awalnya teman-teman mereka mengira kalau mereka sengaja memisahkan diri untuk menghabiskan waktu bersama. Sampai tadi siang mereka belum kembali, teman-teman mereka mulai khawatir karena mereka tidak bisa dihubungi. Apalagi barang-barang penting mereka seperti dompet berisi uang dan tanda pengenal tertinggal begitu saja.

Jasad mereka kini sudah dievakuasi dan dibawa ke rumah sakit terdekat. Polisi bilang penyebab tenggelamnya mereka karena perahu motor yang dikendarai rusak ketika mereka berada di tengah danau. Mendengar berita duka ini, aku teringat akan makhluk asing yang kutemui kemarin. Apa mungkin makhluk itu penyebab kecelakaan ini? Aku harus bersabar menunggu orang-orang pergi dari tepi danau agar bisa memanggil Kimi.

Hari sudah gelap, orang-orang sudah tidak berkerumun di lokasi kejadian. Tidak ada seorangpun yang berani melewati garis polisi. Aku ingin memanggil Kimi namun kakek nenekku melarangku pergi ke danau untuk sementara waktu. Tengah malam ketika mereka sudah tertidur, aku diam-diam pergi ke danau. Dari atas limbung kapal aku memanggil Kimi. Beberapa kali kumencoba memanggilnya, namun tidak ada tanda-tanda kedatangan temanku itu. Aku jadi khawatir.

Dari kejauhan kulihat ada gelombang air mendekat. Biasanya temanku muncul dengan gelembung dari bawah danau, bukan berenang cepat dengan gelombang. Kimi tidak akan melakukan hal yang menarik perhatian manusia seperti itu. Aku mendapat firasat tidak menyenangkan. Aku berbalik dan berlari menuju daratan. Kudengar suara sesuatu yang muncul dari air. Aku menoleh ke belakang, kulihat sesosok hewan berleher panjang dengan kepala kecil. Seperti ular besar, tetapi memiliki badan di air. Ukurannya lebih besar dari Kimi. Hewan itu terlihat tidak ramah.

"Manusia! Hei manusia! Kemari kau! Kemari!!!", Aku bisa mengerti apa yang diteriakannya. Hewan itu adalah hewan istimewa seperti temanku.

Aku berlari menuju rumahku. Kukunci dan kupastikan semua pintu dan jendela tertutup rapat. Beruntung kakek dan nenekku tidak terbangun karena suaraku. Aku masuk ke kamarku, naik ke atas ranjang dan menyelimuti seluruh badanku.Perasaanku tidak enak. Apakah terjadi sesuatu dengan Kimi? Apa hewan tadi adalah makhluk yang sebelumnya pernah kulihat di bawah air? Apa hewan itu penyebab kecelakaan kemarin? Aku akan mencari tahu besok.