Perlahan matanya mulai terbuka. Lamat-lamat ia melihat ke arah depan. Suasana yang asing. Ia mengerang ringan mencoba untuk mengeluarkan sebuah suara. Namun, naas. Semua badannya sudah digerogoti habis oleh rasa sakit dan rasa nyeri, semua itu menahan suaranya untuk tak bisa keluar dengan benar. Ia kini mulai mengedipkan matanya beberapa kali. Ingin mengucek kedua bola mata itu agar bisa melihat dengan benar, tetapi sayang. Kedua tangannya terikat ke belakang. Kakinya pun bernasib sama. Sejajar di bawah sana dengan tali tebal yang melukai permukaan pergelangan kakinya. Jasmine menghela napasnya. Kini kepalanya mulai berputar bersama dengan pandangan mata yang mulai menyapu setiap bagian ruangan. Mengabaikan rasa sakit di belakang lehernya juga rasa pusing yang hebat. Kepalanya seakan-akan mau pecah dan meledak. Aroma lilin terapi yang ada di sudut sana bukannya memenangkan, tetapi malah membuat dirinya berada di ambang kematian sekarang.