"Damian ...." Gadis itu melepaskan setiap jari jemari panjang milik Damian dari helai rambut pendeknya. Kembali kedua netra mereka bertemu dalam satu titik. Tak ada senyum yang mengembang, tak ada tawa apalagi gurauan di antara keduanya. Suasana yang identik. Kesedihan masih ada di dalam alur pembicaraan mereka saat ini. Luna ingin mencoba mengerti apa yang dirasakan Damian yang sesungguhnya. Namun, sebesar dan sekuat apapun usahanya untuk mengerti, Luna tetap saja gadis dungu yang tak kunjung peka dengan keadaan di sekitarnya. Ia hanya bisa menyimpulkan satu hal, perasaan itu sangat besar. Dalam kehidupan percintaannya, Luna belajar satu kalimat yang pasti perihal bagaimana cinta seorang anak manusia.