Api membara. Menjadi sumber penghangat utama meskipun udara malam ini sedang ganas-ganasnya mencengkeram kuat setiap tulang belulang manusia yang memaksakan dirinya untuk pergi keluar rumah senja ini. Mata gadis itu tak bisa beralih. Ia terus menatap satu persatu benda yang mulai ia masukkan ke dalam api untuk memperbesar volumenya. Gadis itu tak berekspresi sedikit pun. Ia hanya terus memberi tatapan untuk objek yang ada di depannya saat ini. Luna menepati janjinya. Bukan pada sesorang, tetapi kepada dirinya sendiri. Api yang ia buat sore ini melahap habis semua kenangan William Brandy. Semuanya, bahkan sepasang heels cantik yang baru ia kenakan beberapa hari yang lalu. Luna tak akan pernah kembali lagi pada pria itu. Apapun alasannya, ia ingin berdiri pada apa yang sudah menjadi keputusannya.