Gadis itu melepas pelukannya dengan kasar. Ia mengusap air mata yang turun dari kelopak mata indahnya itu lalu menatap William penuh dengan penekanan. Ia tak ingin luluh kembali, meskipun hatinya meminta hal yang seperti itu. Luna tak akan pernah ingin bersama pria yang sudah mengkhianati dirinya dan membuangnya mentah-mentah. Ia bukan permen karet yang kalau sudah tak manis, maka sudah tak berharga lagi. Ada Damian yang mau menerimanya dengan keadaan seperti ini. Dirinya bukan lagi gadis suci yang belum pernah disentuh oleh seorang pria. Luna bukan gadis yang baik. Itu sebabnya, kehadiran Damian benar-benar berarti untuk dirinya saat ini.
Luna menghela napasnya. Ia menundukkan pandangan tak mau menatap paras tampan milik William Brandy. Kini Luna memutus semua rasa itu. Ia akan melupakan William dan terus berjalan maju mengikuti alur dan garis kehidupan yang sudah ditakdirkan oleh semesta untuk dirinya. William tak berharga untuknya lagi!
