Kerja sama namun tetap acuh kepada rekan kerjanya. Zahra mengikuti langkah pemuda itu.
"Kayaknya aku kerja sama dengan orang yang salah, kamu gelisah dan itu sangat tidak nyaman untuk di tatap."
"Huft ... aku sudah ada ide nulis, dan ini bab tamatnya. Makanya itu aku gelisah, kalau gak cepat ditulis aku galau," kata Zahra.
"Kamu nulis, biar aku yang menyelesaikan penelitian," ucap pemuda tampan itu.
"Kamu serius Arfan?" tanya Zahra.
"Ya. Cukup jadikan aku sahabatmu saja," kata Arfan dengan tersenyum, Zahra membalas senyum itu. Dengan rasa tak sabar Zahra pun segera duduk di bawah pohon rindang dan mulai mengetik dengan ponselnya.
****
Deril hanya dapat tetap termenung di ruang kerjanya, dengan pikiran yang kemana mana pula. Sampai suara ketokan pintu yang membuyarkan semunya.
Tok.... Tok... Tok...
"Masuk," jawab Deril dari dalam.
Krek!
Suara pintu terbuka, dan memperlihatkan seorang pria yang tadi pagi memarahinya.