SOPA High School
Pagi ini Raena menghela nafasnya sedikit berat. Karena saat dia membuka lokernya, banyak sekali kado untuk ayahnya sekaligus notes tempel kata - kata kasar kepadanya. Karena beberapa hari lalu, berita tentang anak angkat Jhope mulai di ungkapkan oleh hampir semua media.
"Kado dan kata - kata kasar lagi?" Tanya Soobin sahabat Raena sejak sekolah dasar.
"Yah, begitulah." Jawab Raena lesu.
Soobin juga tahu, kalau sahabatnya ini bukan anak pungut seorang dari Jhope. Tapi Raena benar adalah anak kandung sang superstar itu.
"Kenapa kau diam saja kalau ada berita tentang anak pungut itu?" Tanya Soobin mengikuti langkah kaki Raena menuju kelas.
"Dan membuat karir Appaku hancur begitu saja?" Soobin menaikkan alisnya
"Jangan gila kau...," Balas Raena mempercepat langkahnya menuju kelas.
"Yak! Jangan tinggalkan aku, tunggu....," Kejar Soobin.
Sesampainya di kelas, Raena di kejutkan tulisan yang tidak bermakna tentang dirinya di papan tulis. Dengan menghela nafasnya, Raena menatap tajam ke arah teman - teman sekelasnya.
"Kalian pikir, dengan perkataan dan tulisan tidak masuk akal ini. Aku akan seperti Jihan yang pindah sekolah?" Tanya Raena tajam.
"Memang benar kan, kau hanya anak pungut Jhope Oppa, dan masuk ke sekolah ini karena beasiswa." Sinis Han Jae In dan di sambut kedua teman gangnya.
"BRAKKk.....!" Raena memukul papan penghapus di mejanya dan menatap Jae In.
"Kalau aku anak pungut memangnya kenapa, Jaein - ah? Toh, di luar sana masih banyak anak-anak yang terlantar. Terutama kau, Nyonya Han." Jelas Raena sambil menunjuk ke arah Jaein.
"Apa kau tidak malu, selama ini orang tuamu banting tulang sana sini supaya kau bisa sekolah di sini. Sementara kau mengaku anak pengusaha kaya raya?" Ucap Raena sinis kepada Jein.
"Me-mang keluargaku pengusaha kaya raya, Raena. Kau jangan mengada-ada," ucapnya tetnata.
"Bagaimana kau dari keluarga kaya raya, tapi Appamu tadi pagi hampir saja mencuri sepeda pemilik loper koran karena ingin membelikan sepatu bagus untukmu. Kemarin, ibumu hampir saja di pukuli para orang - orang pasar hanya karena ingin membelikan diri jam bermerek mahal." jelas Raena panjang lebar.
Semua mata kini beralih kearah Jaein, sementara Jaein air mukanya mulai merah padam.
"Yak! anak pungut. Aku memang anak orang kaya. Ayahku seorang pengusaha sukses, dan ibuku seorang desainer ternma." Jaein coba mengelak.
"Kalau begitu, kenapa Ibumu sering menjadi tukang cuci di rumahku?" tanya Soobin sdikit tajam.
"Dan Ayahmu sering kerja sebutan menjadipetugas kebersihan bersama Tuan Shin." tambahnya dan membuat Jaein semkin terpojok.
"STOP! OKE,AKU MENGAKU. AKU BUKAN ANAK ORANG KAYA SEPERTI KALIAN. PUAS...!" teriak Jaein emosi.
"Akhirnya kau mengaku juga," jawab Raena santai dan berjalan menuju bangkunya.
Namun saat Raena akan menuju bangkunya. Jein ingin menjabak rambut kucir Rana. Tapi, dia lupa kalau Raena master wushu di sekolah. Sehingga tangannya langsung dicengkeram kuat oleh Raena.
"Yak! Sakit. Lepaskan, Raena - ya." Jaein keskitan bahkan tangannya mulai memerah.
"Sekali lagi kau buat keributan di Sekolah. Aku tidak akan segan memberitahu wali kelas untuk mncabut beasiswamu." bisik Raena sambil melepaskan cengkrmannya.
Sesaat kemudian, guru mereka masuk, dan mulai perjalanannya.
***
Sore pun tiba, Raenamu pun Soobin pulang sekolah. Namun mereka tidak langsung pulang ke rumah karena bos pmilik kios susu yang biasa mereka antar saat shift pagi. Memanggil mereka secara mendadak.
"Aku mohon maaf kepada kalian berdua. Karena Woozi dan Hoshi, tidak mau mengantarkan susu ini ke rumah Tuan Park. Padahal ini, jam shift mereka untuk bertugas." ucap Tuan Yook kepada mereka berdua.
"Kenapa haruske rumah kakek galak itu lagi, sih...," Protes Raena.
Karena Raena tahu, Tuan Park adalah kakek dari pihak ibu. Namun Tuan Park dan Nyonya Park, tidak tahu kalau Raena cucu mereka. Sebab saat itu, Tuan Park tidak menanyakan cucunya lahir laki - laki atau perempuan. Tuan Park sibuk menyalahkan Hoseok, setelah mendapatkan info Hyemi meninggal karena pendarahan hebat saat melahirkan.
"Ya, mau bagaimana lagi. Hanya kau dan Soobin yang berani ke rumah keluarga Park," balas Tuan Yook.
Tanpa banyak bertanya, Raena dan Soobin berangkat mengantarkan susu ke Rumah pengusaha kaya itu dengan sepeda kayuh mereka. Sebenarnya, mereka bisa menggunakan motor. Namun mereka ingat, belum cukup umur mengendarai sepeda motor itu.
15 menit kemudian, mereka sampai di rumah Tuan Park. Raena dan Soobin bernafas lega karena Nyonya Park menyambut mereka dan di bantu para pelayan rumah itu.
"Apa kalian tidak masuk dulu? Sepertinya kalian berdua baru saja pulang dari sekolah." ucap Nyonya Park ketika Raena dan Soobin ingin berpamitan.
"Tidak usah, Nyonya. Kami harus segera pulang karena hari mulai gelap." tolak Raena halus.
Nyonya Park menatap wajah Raena, menjadi tercengang teringat wajah mendiang anaknya ketika menolak sesuatu dengan halus.
"Hye...hyemi...," ucapnya tanpa sadar membuat Soobin dan Raena saling pandang.
"Oh, mianhae. Ini bonus untuk kalian berdua. Terimakasih sudah mengantarkan susunya." ucap Nyonya Park memberikan dua amplop kepada mereka.
Mereka berdua tentu saja senang menerimanya, dan berpamitan pulang kepada Nyonya Park.
"Andai aku tahu cucuku. Mungkin dia seumuran dengan mereka." gumam Nyonya Park melihat Raena dan Soobin semakin menjauh.
***
Sesampainya di Rumah, Raena memakirkan sepeda gunugnya itu di dalam rumahnya. Rasa lelah, dan letih pun mulai menyelimuti yeoja itu. Saat melwati meja makan,Raena terkejut melihat Hoseok duduk di kursi meja makan sambil menikmati ramen miliknya.
"A..appa,"ucap Raena pelan.
"Kau selalu pulang jam selarut ini?" tanya Hoseok tajam.
"Tidak pernah, Appa. Tadi ada kerjaan lembur dari pemilik kedai susu."jawab Raena pelan.
"Baguslah, kau bertahan hidup tanpa menyusahkanku." ucapnya santai dan membuat hati Raena terluka.
"Oh,iya. Ada satu hal lagi, kau jangan pernah lagi ke makam Hyemi. Seharusnya kau itu, malu di hadapan Hyemi. Kau yang membuat dia meninggal," kata Hoseok semkin tajam kepada anaknya.
"Aku kira, Appa datang ke sini karena melihat kondisiku atau menanyakan kabarku. Ternyata aku salah, ya?" balas Raena dengan mata sedikit berkaca - kaca.
"Jangan harap aku seperti itu kepadamu. Mungkin aku tanyakan seperti itu dengan anakku kelak." ucapnya mengejek..
"Aku juga anakmu,Appa!" Ucapan Raena semakin tinggi.
'Plakkk....!'
Satu tamparan keras di pipi Raena, hingga membuat Raena ke sakitan.
"Kau memang anakku hanya tertulis di akta kelahiran. Kau adalah sumber masalahku sehingga aku kehilangan masa mudaku dan sahabatku. Kau anak paling tidak aku anggap sampai kapanpun, mengerti?!" Hoseok langsung saja mendorong Raena kearah dinding, dan kepala Raena terbentur.
"Kenapa kau harus hadir, huh?!"
'Bug!'
Hoseok menendang perut Raena yang akan bangun.
"Kau tahu, Seulgi hampir saja mengakhiri hubunganku dengannya. Hanya kau di kenalkan sebagai anakku?!" Hoseok kalap dan terus menendang perut anaknya.
Tanpa Hoseok sadari, darah keluar dari mulut Raena.
"Kenapa Appa tidak sekalian tidak membunuhku saja? dengan begitu Appa bisa tenang tanpa aku,"ucap Raena lemah.
"Memang itu tujuanku ke sini, anak sial!" Hoseok langsung mengambil tongkat besball yang dia bawa sebelumnya.
"Kau adalah kesialanku, Jung Raena...,"ucap Hoseok mengyunkan tongkatnya dan memukukan tongkat itu kearah kening anaknya berkali - kali.
Hoseok tidak peduli darah mulai keluar dari plipis Raena dan mengotori seragam putih milik Raena. Sementara Raena tidak ada kekuatan lagi untuk melawan Ayahnya. Dengan kepala semakin pening, dan pandangan mulai kabur.
"Bruuukkk!' Raena terkulai lemas tidak sadarkan diri di lntai dengan kondisi babak belur dan banyak luka.
Sedangkan Hoseok, setelah memukuli anaknya. Berjalan santai seolah - olah tidak terjadi apa - apa.
"Sekali lagi kau muncul di sekitarku lagi. Jangan harap kau ada di dunia ini. Ini hanya peringatan," ucap Hoseok sebelum keluar dari rumah itu.
***
@Seoul Hospital
"Suster! cepat tolong keponakan saya!" teriak Yoongi sambil membopong tubuh lemah Raena.
Yoongi tidak peduli,banyak penggemarnya memperhatikannya, dan membuat ricuh Rumah Sakit. Untungnya dengan sigap, keamanan Rumah Sakit langsung mengamankan kericuhan itu. Sedangkan Raena langsung di bawa ke ruang oleh para perawat.
"Kau tunggulah di luar, biar aku menangani keponkanku." ucap seorang Dokter dengan nada dingin dan menyuruh Yoongi keluar.
"Taekwon hyung, aku mohon tolong selamatkan Raena." ucap Yoongi.
Taekwoon hanya mengganggukan kepalanya, sebelum masuk ke ruang IGD.
Beberapa menit kemudian, Jiwoo datang bersama Nyonya Jung. Mereka terkejut ketika Yoongi memberitahu bahwa Raena masuk Rumah Sakit. Ya, Yoogi yang menemukan Raena dalam kondisi sangat kitis saat dia mngantarkan makan mlam untuk Raena.
"Yoongi - ah, bagaimana keadaan Raena?
"Dia sedang di tangani dokter, ahjumma." jawab Yoongi berusaha menenangkan nyonya Jung.
"Kenapa bisa begini, Yoongi -ah? Apa kesalahan keponakanku, hiks...hiks..." Jiwoo mulai terisak.
"Noona, tenanglah. Kita tunggu keterangan dari Jung Uisia," Yoongi mulai kesusahan untuk menenangkan kedua wanita itu.
Sesaat kemudian, Jung Uisia keluar dari ruang UGD dan menatap ketiga orang yang sedang menunggu.
"Noona, bisakah bicara sebentar diruanganku?" ajak Jung Taekwoon.
"Bolehkah aku ikut?"tanya Yoongi datar.
Jung Uisia hanya menganggukan kepalanya, karena dia tahu kalau tidak mengajak Yoongi juga. Bisa - bisa namja itu membuat keributan di rumah sakit.
"Ahjumma di sini saja dulu, ya. Nanti Raena akan di pindahkan ke ruang rawat." ucap Jung Uisia halus dan mendapatkan anggukan dari nyonya Jung.
Di ruangan serba putih inilah, Jiwoo dan Yoongi duduk bersama sambil melihat hasil rongsen milik Raena.
"Pendarahan tulang belakang, dan patah tulang rusuk. Salah satu tulang patah ini, hampiir menusuk paru - parunya. Jika di biarkan, seiring jalan pertumbuhan tulangnya.Bisa jadi Raena kesulitan untuk bernafas. Untung saja, aku bisa mengoperasinya. Namun, tidak dengan pendarahannya. Aku harap, Noona jangan biarkan tinggal sendiri lagi." jelas Jung Uisia.
"Lalu,luka di kepalanya bagaimana?"tanya Yoongi.
"Cukup lumayan parah,bahkan jahitannya terbuka lagi." jawab Jung Uisia.
"Taekwon - ah, apa yang bisa kami lakukan agar pendarahan tidak semakin parah?"
"Raena harus mengikuti terapi, dan jangan sampai dia terbentur lagi." jawab Jung Uisia.
"Oh, iya. Satu lagi, aku mohon rundingkan dengan keluarga. Biarkan Raena tinggal denganku, dari pada dia hidup sendiri."tambah Jung Uisia dan mendapatkan pelototan dari Yoongi.
"Yak! apa kau ingin ribut lagi dengan kami lagi, huh. Walaupun Hoseok tidak pernah mengganggap Raena ada. Kami berenam juga bisa mengasuhnya." protes Yoongi.
"Dan kau ingin mendapat amarah dari Appaku lagi, Taekwoon -ah." tambah Jiwoo.
Jung Uisia hanya menghela nafas berat, dan menatap yoongi dan sepupunya itu.
"Okey, aku mengalah. Tapi, kalau sampai aku tahu Raena terluka lagi. Kalian semua jangan menghalangiku untuk membawanya pergi." ucapnya dengan sedikit ancaman.
"Itu tidak akan terjadi. Aku yakin, Raena akan baik -baik saja dengan kami." ujar Yoongi yakin.
Setelah keluar dari ruangan Taekwoon, Yoongi dan Jiwoo berjalan menuju Ruangan Raena. Di sana ada Nyonya Jung sedang menemani Raena, dengan wajah sendu sambil sesekali membelai kepala cucunya yang di balut perban.
"Kau mirip sekali dengan Hoseok, nak. Namun entah kenapa Hoseok tidak pernah memperhatikanmu." Ucapnya sambil menitikkan air matanya.
Jiwoo mendengar ucapan Oemmanya, langsung memeluk ibunya itu memberikan kekuatan. Sementara Yoongi, memandang Raena dengan wajah penuh harap.
"Yak! Bocah. Cepatlah sadar, dan tinggallah dengan ahjussideulmu nanti." Ucapnya pelan.
Sementara itu di dorm BTS, Namjoon menggebrak meja ruang tengah setelah mendengar ucapan Hoseok mengenai Raena dan kenapa Hoseok merasa santai – santai saja ketika Raena dinyatakan koma.
"Kau! Ayah macam apa kau ini, huh! Dia darah dagingmu, Hoseok – ah. Kenapa kau setega itu kepada anakmu?!" bentak Namjoon.
"Aku hanya memberikan pelajaran untuknya agar dia jangan menampakkan diri di hadapanku ketika bersama Seulgi. Kau tahu gara – gara dia menampakan diri di café keluargaku tempo hari. Seulgi merasa tidak nyaman denganku dan keluargaku." Jelas Hoseok sedikit tenang.
"Kau memberikan pelajaran untuk anakmu. Bukan begitu caranya, hyung. Kau tahu? Gara – gara kau dia mengalami pendarahan tulang belakang dan tulang rusuknya patah. Bahkan salah satu patahan tulang rusuknya yang patah, menusuk paru – parunya. Andai Raena tidak selamat nyawanya, bagaimana?!" ucap Jimin panjang lebar.
"Kalian jangan ikut campur, ini urusanku. Dia anakku, bukan anak kalian…," Hoseok mulai kesal.
"Tapi kami semua ikut mengasuhnya sejak dia dating ke sini, arra…" Seokjin menimpali omongannya dan membuat Hoseok semakin kesal.
***